Anak Angkat

Mengikhlaskan Yang Pergi



Mengikhlaskan Yang Pergi

0Suasana pagi tampak sendu.     
0

Mentari bersinar cerah namun terasa mendung di hati mereka.     

Mesya, Salsa, David, Lizzy, Delon, dan Satria, tengah berdiri di atas pusara.     

Mereka semua berpakaian serba hitam. Yang menggambarkan duka yang mendalam di hati.     

Ini adalah prosesi pemakaman Arthur dan Celine.     

Namun acara pemakaman itu diadakan secara sederhana dan hanya di datangi oleh karabat dekat saja. .     

Tak ada pelayat lain, memang Arthur dan Celine belum cukup dikenal di kalangan masyarakat sini, lagi pula David dan Mesya sengaja merahasiakan kematian ini.     

Mereka tidak ingin para tetangga tahu jika Arthur dan Celine mati terbunuh, karena hal ini bisa menggiring mereka pada pertanyaan yang lebih jauh lagi.     

Mesya dan David ingin hidup tenang di dunia ini.     

Mereka tidak mau orang-orang akan mengenang tentang keluarga Davies.     

Mereka hanya ingin orang-orang akan melupakan secara sendirinya tentang keluarga sesat itu. Tak peduli berapa ribu orang yang memuji-muji kelurha kaya itu, karena kerendahan hati dan kebaikan keluarga Davies. Dan mereka juga tak peduli beberapa gelintir orang yang ketakutan atas kekejaman keluarga itu.     

Orang-orang tidak perlu tahu jika para keluarga itu sudah tewas.     

Karena hal ini akan menjadi berita besar. Dan akan membuat kehidupan David dan yang lainnya menjadi terusik.     

"Kak Arthur, Kak Celine, semoga kalian tenang di alam sana, dan maafkan kami yang tidak bisa menguburkan Langit di sisi kalian," tukas Mesya. Kemudian wanita itu menaruh karangan bunga mawar di makam Celine, sementara Lizzy menaruh karangan bunga serupa di pusara Arthur.     

Mereka dikebumikan secara bersebelahan. Sangat disayangkan Langit, putra tercinta mereka tidak bsa dimakamkan di sini.     

Jasad bayi malang itu sudah lenyap. Selain menggunakan bayi itu untuk tumbal, mereka juga memakan jasad bayi itu. Dan sisanya entah mereka kebumikan di mana? Lizzy sedang tak sadarkan diri pada saat itu.     

Hingga saat ini, Lizzy tak berhenti menangis ketika mengingat pristiwa yang menimpa Langit. Karena pada saat itu dialah yang menyaksikan niat jahat kedua orang tuanya. Namun sayangnya Lizzy yang lemah tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan dia dibuat pingsan dalam waktu yang cukup lama.     

Setelah menaruh bunga itu Mesya dan Lizzy tersenyum. Kedua wanita itu menghapus air matanya.     

Tak ada yang perlu disesali lagi, semua sudah terjadi.     

Dan tak ada yang bisa membangkitkan Arthur serta Celine.     

Yang harus mereka lakukan hanyalah ikhlas. Dan mendoakan agar Tuhan mengampuni segala perbuatan mereka, khususnya Arthur.     

Mereka juga yakin bahwa Celine serta Arthur akan turut berbahagia, apabila mereka semua juga bahagia.     

Dan inilah yang membuat Mesya serta Lizzy tidak lagi bersedih.     

Kemudian David, merangkul Mesya dan juga Lizzy.     

Inilah kedua wanita yang harus ia jaga.     

Salsa, Delon, serta Satria, juga turut memeluk tiga bersaudara ini. Mereka sudah seperti keluarga.     

*****     

Beberapa bulan kemudian.     

Hari ini adalah hari kelahiran putra pertama dari David dan Mesya.     

Suasana rumah diselimuti dengan kebahagiaan.     

Bayi laki-laki itu mereka beri nama Surya, yang berarti matahari.     

Mereka ingin agar putra pertamanya menjadi sosok yang menghangatkan seperti matari, dan senantiasa menerangi setiap kegelapan hati mereka.     

Kebahagiaan tak terkira dirasakan oleh David.     

Betapa bangganya dia menjadi seorang ayah.     

Dia masih tak menyangka, bisa hidup bersama dan memiliki seorang putra dari Mesya.     

Gadis yang dulu sempat menjadi adik angkatnya, gadis yang dulu sempat ia benci.     

Namun kini menjadi sosok wanita yang setia mendampinginya.     

Selain David dan Mesya yang tengah berbahagia atas kelahiran putra rercintanya, kebahagiaan juga dirasakan oleh Lizzy.     

Gadis itu berkali-kali tersenyum dan menggendong keponakan barunya itu.     

Lizzy memang sangat menyukai anak kecil. Terlebih seorang bayi imut seperti Surya.     

Bayi ini juga mengingatkan dirinya kepada Langit.     

Dulu ketika bayi itu baru lahir, juga tampak seimut Surya.     

Lizzy menganggap Surya adalah kiriman dari Tuhan untuk menggantikan Langit. Dan untuk mengobati kerinduan Lizzy terhadap Langit.     

"Lizzy, bawa ke sini ... Surya sepertinya sedang haus," ujar Mesya.     

"Eh, iya, Mesya!" Kemudian Lizzy memberikan Surya pada ibunya.     

"Lizzy, kamu sangat pantas menjadi seorang Ibu," tukas Mesya, "kamu sengat telaten merawat bayi,"     

"Masa sih? Tapi sayangnya aku belum menjadi ini sungguhan," tukas Lizzy dengan raut wajah yang sedikit kecewa.     

"Tidak apa-apa, semua butuh waktu, Lizzy. Nanti kamu juga akan menemukan pria yang balik lalu menikah dan punya anak," kata Mesya.     

"Iya, harusnya begitu, tapi ...."     

"Tapi kenapa?"     

"Tapi mana ada pria yang mau denganku?"     

"Loh, memangnya kenapa denganmu?" tanya Mesya. "Kamu itu cantik, baik, pintar memasak ... jadi tak ada alasan yang membuat lelaki tidak menyukaimu!" ujar Mesya meyakinkan Lizzy.     

"Tapi ... Kak Satria—"     

"Kamu masih mengharapkan dia, ya?" tanya Mesya yang memotong ucapan Lizzy. Dan Lizzy pun mengangguk dengan cepat.     

"Lizzy, dengar aku ya! Kak Satria itu—" ucapan Mesya mendadak terhenti saat Salsa berteriak memanggilnya seraya membuka pintu. Dan Lizzy pun terabaikan.     

"Hai, Mesya!"     

"Hai, Kak Salsa!" sahut Mesya.     

Salsa pun duduk dan segera mengusap pipi bayi mungil itu dengan lembut.     

"Astaga lucunya, dia sangat tampan, perpaduan ayah dan ibunya," puji Salsa. Kemudian Salsa menoleh kearah Delon, "iya, 'kan, Sayang?" tanya Salsa.     

"Iya, Salsa," jawab Delon.     

"Terima kasih atas pujiannya Kak Salas," sahut Mesya.     

"Selamat ya, Mesya! Aku turut senang, akhirnya kamu sekarang menjadi seorang Ibu," tukas Salsa dengan raut yang bahagia. Dia juga mengusap atas rambut Mesya.     

"Iya, Kak Salsa, sekali lagi terima kasih. Dan aku juga mendoakan agar Kak Salsa serta janin yang ada dalam kandungan Kakak selalu sehat." tukas Mesya.     

"Iya, Mesya! Terima kasih atas doanya. Aku juga sudah tidak sabar ingin melihat bayiku terlahir ke dunia ini!" ujar Salsa.     

"Sabar, Kak! Nikmati saja proses ini," Ucap Mesya.     

Saat ini Salsa tengah mengandung 3 bulan.     

Salsa sangat mensyukuri atas karunia ini.     

Awalanya dia sangat iri kepada Mesya, karena wanita itu sudah hamil lebih dulu dari dirinya. Padahal jarak pernikahan mereka hampir bersamaan, tetapi ternyata Mesya duluan yang dikaruniai keturunan. Semantara Salsa belum.     

Namun kini rasa iri itu mendadak lenyap, saat ia mengetahui bahwa dia tengah berbadan dua dan akan segera menjadi seorang Ibu.     

"Mesya, apa kamu sudah memberikan nama untuk bayi, ini?" tanya Salsa.     

"Oh, sudah, Kak!" jawab Mesya.     

"Siapa, namanya?"     

"Namanya, Surya,"     

"Wah, nama yang sangat bagus. Aku jadi kepikiran dengan bayiku nanti, aku belum tahu jenis kelaminnya. Bagusnya aku beri nama siapa, ya?" gumam Salsa.     

"Tunggu sampai usia 5 bulan, Kak, setelah cek jenis kelamin baru mencarikan nama yang cocok,"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.