Anak Angkat

Kematian Arthur



Kematian Arthur

0"Ya, Tuhan! Arthur ... Arthur ...!" David menangis dengan lantang.     
0

Dia juga melihat sang ibu yang tergeletak di sebelahnya juga.     

David pun berhenti sejenak menangisi adiknya, kerena dia sadar, jika hal ini hanya akan percuma saja.     

Arthur sudah terlanjur mati dan tidak akan bisa bangkit lagi. Sekeras apapun dia menangis tidak akan bisa membuat Arthur bangun. Yang harus ia lakukan hanyalah mengikhlaskannya.     

Dan yang harus ia perhatikan adalah kedua orang tuanya. Kalau David tidak segera memotong-motong tubuh sang ibu, maka tak lama Arumi pasti akan bangkit lagi.     

David pun meraih pedang yang ada di samping Arumi. Kemudian David menggunakan pedang itu untuk memotong-motong tubuh Arumi. Dimulai dari kaki, tangan, kepala, bahkan perutnya juga di belah menjadi dua.     

"Maafkan aku, Ibu, Ayah, tapi kalian memang pantas mendapat ini!" tukas David seraya menguliti tubuh orang tuanya.     

Perasaan David bercampur aduk, dia mamang sering melakukan hal ini, namun pada tubuh orang lain. Dan sekarang David melakukannya pada tubuh kedua orang tuanya sendiri.     

David ingin menangis, tetapi tampak sulit mengeluarkan air matanya. Seakan matanya sudah kehabisan stok cairan.     

Persaan David semakin kalut.     

Sedih kerena Arthur dan Celine telah meninggal, tapi juga senang akhirnya bisa membunuh kedua orang jahat ini. Artinya setelah ini tidak akan ada lagi yang memjadi korban atas kekejaman mereka.     

Namun di balik semua itu, David juga menyimpan kesedihan.     

Karena dia harus memperlakukan kedua orang tuanya dengan keji.     

Dia selalu berandai, jika kedua orang tuanya ini adalah orang yang baik, maka dia tidak akan melakukan hal yang kejih seperti ini. Takdir terasa kejam bagi David.     

Hingga dia tak kuasa menahan kesedihan ini. Dia membanting pedang itu. Lalu dia juga membanting seluruh barang yang ada di dalam ruangan.     

Klontang!     

Klontang!     

"Sialan! Kenapa aku hidup dalam keluarga seperti ini?! Kenapa aku tidak mati saja sejak bayi?!" ucapnya dengan penuh emosi.     

David memukul-mukulkan tangannya ke tembok, hingga berkali-kali, sampak tangannya mengeluartak darah.     

Sementara itu Mesya yang tengah bersembunyi mulai merasa aneh dengan suasana yang sepi.     

Sambil memegang kitab kuno itu dalam pelukan, dia keluar dari dalam persembunyiannya.     

"Kenapa aku bertingkah seperti pengecut? Bagaimana jika terjadi hal buruk kepada mereka?" gumam Mesya. Wanita itu menyesal telah melakukan hal ini. Harusnya tadi dia tidak menuruti perintah Arthur, dan turut bergabung bersama mereka untuk menyerang orang tuanya.     

Arthur menyuruh Mesya untuk menjauh jauh, karena dia tidak mau kalau sampai Mesya mengalami nasib sama seperti Celine. Terlebih saat ini Mesya tengah mengandung.     

***     

Mesya berjalan menghampiri David dan Arthur.     

Namun sesampainya di dalam gudang itu.     

Suasana benar-benar tenang, hanya terdengar isak tangis lamat-lamat.     

Rupanya David tengah menangis, sambil duduk di pojok tembok, kepalanya dibenamkan di antar kedua lutut.     

Mesya melihat semua sudah tergeletak, bahkan tubuh kedua orang tuanya sudah tak berbentuk lagi, kecuali Arthur.     

Mesya tahu, bahwa David yang telah melakukan ini semua.     

Namun kekhawatiran Mesya semakin nyata saat melihat Arthur yang sejak tadi tidak bergerak.     

Mesya pun berjalan mendekat, dan mencoba membangunkan Arthur.     

"Kak Arthur! Bangun, Kak Arthur! Ayo bangun, Kak!" panggil Mesya.     

Namun Arthur tak meresponya.     

"Mesya, dia sudah pergi!" tukas David.     

"Kak Arthur, meninggal?" tanya Mesya memastikan, dan David pun menganggukkan kepalanya     

Seketka tangis Mesya pecah. Dia memeluk tubuh Arthur. Masya benar-benar tak percaya dengan ini semua.     

"Kak Arthur, kenapa pergi? Kak Arthur, menyuruhku untuk menjauh dan bersembunyi! Aku sudah melakukannya, Kak! Tepi kenapa Kak Arthur, malah pergi!" tukas Mesya dengan derai air mata.     

Setelah itu David menghampiri Mesya. Dan memeluk sang istri dengan erat.     

Dengan pelukan ini Mesya berharap, dapat mengurangi beban David. Dia tahu jika David itu sedang bersedih, keluarga Davies benar-benar sudah hancur.     

Tak ada kekompakan lagi seperti dulu. Semua benar-benar sudah berubah.     

Andai saja yang meninggal hanya Arumi dan Charles saja, mungkin Mesya tak akan sesedih ini, tetapi kenyataannya Celine dan Arthur pun juga sudah tidak bernyawa lagi.     

Dan tepat di saat itu, satu per satu bagian turun Charles mulai bergerak lagi.     

Potongan tubuh-tubuh itu saling menyatu, David tidak melihat hal itu kerena dia masih fokus memikirkan nasib Celine dan Arthur. Lagi pula sia juga berdiri menunggungi jasad itu.     

Lain halnya dengan Mesya, dia berdiri menghadap di depan jasat, sehingga dia melihatnya. Potongan tubuh itu mulai bergerak meski pelan tapi pasti, dan mereka berkumpul untuk menjadi tubuh yang utuh, Mesya segera memberitahu David.     

"Kak David! Lihat itu Kak!" teriaknya sambil menunjuk kearah Charles.     

David pun tak tinggal diam. Dia mencari cara agar tubuh Charles tak bisa menyatu lagi. Pedang yang sempat ia lemparkan kini diraihnya lagi.     

Dan kembali memotong-motong tubuh Charles yang hampir menyatu.     

Ternyata David masih kewalahan, rupanya gerak tubuh Charles semakin lama semakin cepat, tidak lagi bergerak lambat. Di tambah pula tubuh Arumi yang juga mulai bergerak-gerak.     

"Kak, tubuh Ibu juga bergerak-gerak!" ujar Mesya.     

"Tidak ada cara lain, Mesya! Ambil dagingnya dan segera memasaknya!" suruh David.     

"Tapi aku tidak bisa melakukannya, Kak!"     

"Ayoloah, Mesya! Tidak ada cara lain!" sergah David.     

Mesya benar-benar tak tega untuk menuruti perintah David, dia itu tak pernah membunuh orang.     

Mesya juga tak bisa membayangkan saat memakan daging itu, terlebih dia sedang hamil. Rasanya benar-benar ingin muntah.     

"Ayo cepat, Mesya!" sergah David, seraya menggerak-gerakkan tanganya menghalau potongan-potongan tubuh yang hendak menyatu.     

Dan bertepatan saat itu juga Lizzy datang.     

"Biar aku saja yang melakukannya!" ujarnya.     

"Lizzy?!" David dan Mesya berteriak secara kompak. Kedatangan Lizzy benar-benar tak disangka-sangka.     

Dan tanpa ragu gadis itu membawa sebagian daging-daging orang tuanya.     

Lizzy memasukkan daging itu ke dalam sebuah ketel besar.     

Dengan wajah datar tanpa emosi dia mengaduk daging itu secara telaten.     

Tak lupa dia menambahkan aneka bumbu-bumbu untuk menambah cita rasa.     

Sebagian tubuh sudah ada di atas tungku, dan bagian tubuh yang tersisa sudah tidak bisa bergerak lagi.     

Beberapa saat kemudian daging yang ia olah sudah matang, Lizzy menaruhnya di atas piring-piring.     

Dia menyediakan 3 porsi dalam meja makan.     

Ini adalah sup, dari daging orang tua mereka sendiri.     

"Silahkan, di nikmati, Kak David, Mesya!" ujar Lizzy. Pandangannya masih datar.     

Mereka mendekat, tetapi keraguan di wajah Mesya kian menjadi.     

"Apa aku juga harus memakannya?" tanya Mesya.     

Lizzy tak menjawab pertanyaan itu, dia melirik kearah David, seolah mengisratkan agar David yang menjawabnya.     

"Kamu tidak usah memakannya, kamu bukan anak kandung mereka. Biar aku dan Lizzy, saja," jawab David.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.