Anak Angkat

Arthur Harus Mati!



Arthur Harus Mati!

0Arthur menyerang sang Ayah dengan bogeman mentahnya, dan pukulan itu tepat mengenai wajah Charles.     
0

Sesaat Charles terjatuh, namun pria itu kembali bangkit. Bibirnya menyeringai, dan dia membalas pukulan Arthur.     

Charles menampar wajah Arthur dengan keras.     

Plak!     

"Dasar, Anak Nakal!" umpatnya.     

Arthur tak tinggal diam, dan dia kembali melayangkan sebuah tendangan pada sang Ayah.     

Charles pun terjatuh setelah tendangan Arthur mendarat di dadanya.     

Melihat sang Ayah sedang lengah Arthur pun meraih tongkat besi yang ada di dekatnya.     

Tanpa ragu dia menggunakan tongkat itu untuk menyerang Charles.     

Dia mengayunkannya hingga beberapa kali. Tongkat mendarat, di wajah, tangan, kaki, dan beberapa tubuh Charles yang lainnya. Charles tampak kewalahan melawan Arthur, terlebih dia tidak memegang senjata apapun.     

Pria itu tak menyerah dan dia berusaha untuk menghentikan tindakan Arthur.     

Namun Arthur seolah tak mau memberikan kesempatan bagi sang ayah untuk melawan.     

Tongkat kembali mendarat di bagian wajah Charles. Dan Arthur kembali akan melayangkan pukulan yang selanjutnya, namun Charles berhasil menghindar. Pukulan mendarat di lantai lalu Charles menarik kaki kiri Arthur hingga terjatuh.     

Dan tepat saat itu Charles berbalik menyerang Arthur.     

Dia menginjak-injak kepala Arthur hingga beberapa kali. "Rasakan, Anak Nakal! Mati kau! Mati!"     

Charles berbicara dengan ekspresi puas.     

Namun Arumi tak rela melihat suaminya melakuan hal itu pada putranya.     

"Hentikan, Charles!" teriak Arumi.     

"Jangan, sakiti dia!"     

Charles menengok kearah Arumi dan mengabaikan sesaat Arthur yang tengah terkapar.     

"Kenapa kamu menyuruhku berhenti?" tanya Charles pada Arumi.     

"Charles, kalau kamu memukulinya terus, dia bisa mati!" jawab Arumi.     

"Memang itu yang aku mau! Dia tidak pantas untuk kita sebut 'Anak!'" sahut Charles.     

"Jangan, Charles! Aku mohon jangan lakukan itu! Dia putraku!"     

"Lupakan dia, Arumi! Lebih baik kita tidak memikirkan anak! Dia itu pantas mati!" Charles meraih sebuah pedang dan hendak menggunakan pedang itu untuk membunuh Arthur.     

Melihatnya Arumi merasa tidak rela, dan dia berusaha untuk menahan Charles agar tidak membunuh Arthur.     

"Tolong, jangan lakukan itu, Charles!" Arumi mencengkram tangan Charles.     

"Berikan pedangmu, dan biarkan dia tetap hidup, Charles!" pinta Arumi.     

Charles memang sudah terlanjur murka, dan sangat memebenci Arthur. Sehingga dia ingin membunuh putra itu.     

Lain halnya dengan Arumi, sampai kapan pun dia tidak rela jika Arthur atau anaknya yang lain sampai meninggal.     

Meski mereka semua telah membangkang kepadanya, tetapi Arumi yakin jika suatu saat nanti mereka akan kembali tunduk kepadanya.     

"Arumi! Jangan menghalangiku!" bentak Charles.     

"Charles! Kau bahkan berani membentakku?!" Arumi pun berbalik menghardik Charles, "apa kamu sudah bosan menjadi suamiku?!"     

Seketika Charles pun menjatuhkan pedang dari tangannya.     

Dengan wajah panik dia langsung memeluk istrinya.     

"Arumi, jangan bicara seperti itu! Aku ini satu-satunya pria paling setia di dunia ini!" ujar Charles.     

Sekeras apapun, dan sebrutal, apapun sifat Charles, dia tidak akan sanggup bila ditinggalkan oleh Arumi.     

Dalam hatinya hanya ada satu wanita saja yaitu Arumi. Meski sudah puluhan tahun tinggal bersama dengan wanita itu, tetapi tak pernah sedikit pun Charles merasa bosan, baginya Arumi adalah segalanya. Dan orang yang paling berharga di dunia ini.     

Sehingga satu gertakan saja dari Arumi akan membuatnya merasa hancur, dan dirundung ketakutan akan bayang-bayang hidup tanpa Arumi.     

"Arumi, aku mohon tarik kembali ucapanmu itu," pinta Charles dengan wajah memelas.     

"Aku akan menarik ucapanku, jika kamu mau menuruti permintaanku," ujar Arumi.     

"Tapi anak itu sangat berbahaya, Arumi! Dia bisa—"     

"Turuti permintaanku, atau aku akan meninggalkanmu, Charles?" ancam Arumi pada suaminya.     

"Baiklah aku akan menuruti permintaanmu, Arumi, aku akan membebaskan dia. Tapi dengan satu syarat ... jika dia melakukan kesalahan lagi maka aku akan membubuhnya!" ucap Charles.     

Arumi pun tak langsung menyetujuinya begitu saja.     

Dan perundingan pun masih berlanjut.     

Mereka masih sibuk membicarakan Arthur, hingga mereka lupa jika Arthur yang masih hidup itu bisa melakukan hal yang buruk     

'Rupanya, Charles itu hanyalah pria yang payah!' cerca Arthur di dalam hati.     

Kemudian dia meraih pedang milik sang ayah yang tergeletak di lantai.     

Dan Arthur pun menggunakan pedang itu untuk menyerang Charles.     

Arthur mengayunkan pedanganya kearah Charles yang tengah berdiri membelakanginya.     

Seketika Charles terjatuh dengan bagian belakang tubunya yang berlubang.     

Pedang besar itu berhasil mengoyak tulang belakang Charles.     

Seketika Arumi terkejut, dan Arthur beralih menyerang sang ibu. Dengan membabi buta Arthur mengayunkan pedang itu, berharap, bisa membunuh sang ibu saat itu juga.     

Jlug!     

Arumi berhasil menghindar dan Arthur kembali melakukan serangannya lagi.     

"Ibu, sudah membunuh anak dan istriku! Ibu, tidak pantas hidup!" ucap Arthur penuh amarah.     

"Lupakan semua itu, Arthur! Dan ayo kita hidup menajdi keluarga lagi!" pinta Arumi.     

"Sampai mati pun aku tak mau menjadi anakmu lagi!" sahut Arthur. Dan pria itu kembali mengayunkan pedangnya kerah sang ibu.     

Namun Arumi meraih sebuah tongkat besi dan ia menggunakan tongkat besi itu untuk menangkis setiap serangan Arthur.     

"Dasar, Anak Tidak Tahu Diuntung!" pekik Arumi seraya mengayunkan tingkat besinya. Dia melakukan serangan balik kepada Arthur.     

Dia menyesal tidak mendengarkan ucapan sang suami.     

Rupanya apa yang dikatakan oleh Charles itu benar, bahwa membiarkan Arthur itu hanya akan membuat mereka dalam bahaya.     

Selamanya Arthur tidak akan berubah, dan dia tidak akan bisa menjadi anak yang penurut lagi     

Arumi tak bisa mengubah hati para anak-anaknya yang sudah terlanjur kembangkang.     

"Aku membelamu dari serangan ayahmu! Tapi kau malah ingin membunuhku!?" pekik Arumi. "Kau itu anak macam apa, Arthur!" Arumi menggerakkan tongkat itu.     

Tongkat terus berafu dengan pedang Arthur.     

Suara bising itu memanggil Mesya dan David, untuk kembali ke gudang sempit. Mereka meninggalkan ruang rahasia, dengan kitab kuno di tangan Mesya.     

"Mesya! Hati-hati! Jangan berlari! Kamu itu sedang hamil!" oceh David.     

"Maaf, Kak! Tapi sepertinya Kak Arthur dalam bahaya!" ujar Mesya.     

"Biar aku saja yang ke sana! Kamu di sini saja!"     

"Tidak bisa, Kak! Aku harus ikut!" Mesya pun berlari dengan kencang. Saja tidak mau kalau sampai Arthur memiliki nasib yang sama seperti Celine.     

Dan sesampainya di gudang sempit itu, tampak Arumi dan Arthur yang sedang baku hantam, dan mereka melihat tubuh Charles yang sedang tergeletak.     

"Cepat sekali mereka bangkit dari kematian?!" tukas David yang hampir tak percaya dengan kenyataan ini.     

"Sesuai dengan yang tertulis dalam kitab ini, Kak! Mereka akan cepat hidup kembali, apabila tubuh mereka tidak terpisah!" kata Mesya     

"Kalau begitu, aku akan membiarkan Arthur menyerang Ibu, dan aku akan memotong-motong tubuh Ayah!" ucap David.     

"Lakukan sekarang, Kak!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.