Anak Angkat

Teror Arumi Dan Charles



Teror Arumi Dan Charles

0David dan Satria juga turut berdamai. Kini tak ada lagi permusuhan di antara mereka semua.     
0

Mereka dapat memahami satu sama lain.     

Bahwa mereka sama-sama sedang berjuang, untuk hidup yang lebih baik.     

Mereka juga menyadari jika kehidupan normal sangatlah indah ketimbang hidup bergelimangan harta namun sama sekali tak mendapat ketenangan.     

*******     

Di suasana pagi yang begitu cerah seperti, tanpa sedikit pun sentuhan mendung.     

Semuanya tampak sibuk dengan aktivitas masing-masing.     

Lizzy mendatangi rumah Salsa, seperti biasa dia ingin membantu Salsa menyiapkan dagangannya, dan tentunya Lizzy juga ingin menjadikan ini sebagai alasan untuk dapat bertemu dengan Satria. Karena rumah Satria dan Salsa yang berdekatan.     

Sementara Mesya, memilih untuk pergi bersama David dan menjaga toko pakaian mereka.     

Celine berada di rumah sendirian, sedangkan Arthur pergi menemui rekan bisnisnya.     

Mereka semua sudah mulai beradaptasi dengan kehidupan baru mereka di kota ini.     

"Rasanya bosan juga tinggal di rumah sendirian," gumam Celine seraya menyetrika pakaian-pakaian di dalam keranjang.     

"Sebelumnya aku tidak pernah membayangkan, jika aku bisa tinggal bersama-sama dengan yang lainnya dalam satu atap. Tapi di sinilah aku merasa memiliki keluarga yang sesungguhnya." Gumam Celine.     

"Kami hidup dengan penuh kasih sayang, dan peduli baik satu sama lain. Aku juga merasa diperhatikan di sini."     

"Walau pun terkadang aku masih takut jika mertuaku datang dan akan kembali mengancam kehidupanku dan Arthur. Tapi tak masalah juga sih ... yang terpenting Arthur selalu ada bersamaku,"     

"Padahal aku bisa hidup jauh lebih tenang dan terbebas dari mara bahaya, dengan tinggal bersama orang tuaku. Dan itu artinya aku harus meninggalkan Arthur."     

"Tantu saja aku tak mau melakukan hal itu, aku tahu aku bisa tenang dan terbebas dari kejahatan keluarga Davies, tatapi aku tidak sanggup kehilangan Arthur. Kerena dia adalah segalanya bagiku,"     

Celine masih bermonolog, sambil menggerak-gerakkan tangannya menjalankan alat setrikaan.     

Meski tak semudah kelihatanya, tetapi Celine sangat bersyukur dengan kehidupannya yang sekarang. Rasa cintanya terhadap Arthur membuatnya tak peduli lagi dengan bahaya yang akan mengancam. Walau sejujurnya dia juga takut, akan tetapi Arthur mampu membuatnya bisa mengabaikan semua itu.     

Celine telah menyerahkan seluruh jiwa dan raga untuk Arthur.     

Setelah menyetrika pakaian-pakaian itu, Celine berpindah ke pekerjaan yang lainnya.     

Selayaknya ibu rumah tangga pada umumnya, Celine melakukan semua pekerjaan rumah dengan baik. Terkadang juga dibantu oleh Mesya dan Lizzy.     

Sambil bersenandung ria, dia berpindah ke halaman rumah dan menyirami semua tanaman.     

Namun suasananya yang awalanya ceria mendadak mencekam, ketika datang tiga pria berbadan besar menghampirinya.     

Tanpa permisi terlebih dahulu mereka menerobos pintu gerbang.     

"Nama kamu, Celine, ya?!" tanya salah satu dari pria itu.     

"I-iya, ka-ka-lian itu siapa?" tanya Celine dengan suara terbata-bata karena mulai panik, dia yakin jika para pria ini bukan orang baik.     

Dilihat dari kedatangan mereka yang secara tiba-tiba dan tidak disangka-sangka, itu terasa aneh. Terlebih penampilan mereka juga terlihat sangat menyeramkan.     

Tanpa berbasa-basi lagi, para pria itu langsung menarik tangan Celine, dan membawanya masuk ke dalam mobil. Salah satu dari pria pria itu sempat meninggalkan surat di meja ruang tamu.     

"Kalian akan membawaku kemana?!" pekik Celine.     

"Diam, kamu!" bentak salah seorang pria berbadan besar itu.     

Meski terus meronta dan berusaha untuk melepaskan diri dari mereka, namun tenaga Celine tidak sanggup melawannya.     

*****     

Sore harinya, David dan Mesya baru saja sampai di rumah, dan mereka menemukan secarik kertas di atas meja.     

"Surat siapa ini?" gumam Mesya seraya meraih surat itu. Kemudian Mesya membuka amplopnya lalu membaca tulisan dalam surat itu.     

Seketika kedua mata Mesya menajam.     

"Astaga!" teriaknya secara reflek, sampai membuat David tersentak.     

"Ada apa, Mesya?!" tanya David.     

"Kak Celine, diculik, Kak!" jawab Mesya dengan panik.     

"Apa?!" David segera meraih surat itu dan membacanya ulang.     

'Untuk para Anak-anak kami tercinta, maaf kami terpaksa membawa Celine. Kalau kalian masih ingin     

bertemu denganya, Ayah dan Ibu menunggu kedatangan kalian di rumah. Salam sayang dari orang tua tercinta kalian.' Tulisan dalam surat itu.     

Rupanya mereka sudah memulai kembali menebar teror untuk anak-anak mereka.     

"Sialan!" umpat David.     

"Kaka, bagaimana ini?!" Mesya tampak panik.     

Tak lama Arthur pun juga datang.     

"Ada apa ini? Kenapa kalian kelihatan panik?" tanya Arthur.     

"Arthur, mereka menculik Celine!" jawab David.     

"Maksudnya, Ayah dan Ibu?!" tanya Arthur memastikan.     

"Iya, benar!" jawab David.     

"Ya, Tuhan!" Arthur benar-benar tak bisa tenang tanpa berpikir panjang, dia kembali masuk ke dalam mobilnya.     

"Arthur! Tunggu!" teriak David.     

David dan Mesya pun langsung masuk ke dalam mobil.     

Sore itu juga mereka bertolak ke Jakarta.     

Pikiran Arthur benar-benar sudah kacau, dia mengendari mobilnya dengan kecepatan tinggi.     

Dia hampir lupa dengan keselamatannya sendiri dan orang-orang yang ada di dalam mobil. Karena yang ada di pikirannya hanyalah Celine.     

"Kak Arthur, hati-hati!" tukas Mesya yang mencoba memperingatkanya.     

"Arthur, biar aku saja yang menyetir!" ujar David.     

"Kalian diam saja!" bentak Arthur.     

Mesya dan David pun terdiam, mereka dapat mengerti jika Arthur sedang kalut.     

Meski pria itu menyetir dengan kecepatan tinggi dan membahayakan nyawamu pun, terpaksa mereka tetap memakluminya.     

Dan tak berselang lama, Lizzy mengirim pesan kepada Mesya.     

[Kalian, ada di mana? Kenapa rumah begitu sepi?]     

"Astaga! Kita hampir lupa dengan Lizzy!" ujar Mesya.     

"Ya sudah, kamu kabari saja kalau kita sedang dalam perjalanan menuju Jakarta!" tukas David.     

"Baik, Kak!"     

Mesya pun segera membalas pesan dari Lizzy, bahwa dia dan yang lainnya sedang dalam perjalanan menuju Jakarta, untuk menyusul Celine, yang diculik oleh Arumi serta Charles.     

Mesya juga berpesan kepada Lizzy, agar menjaga diri baik-baik di sana, dan meminta Lizzy agar tinggal bersama Salsa untuk sementara waktu.     

***     

Lizzy benar-benar tak menyangka para saudaranya meninggalkannya di sini sendirian.     

Dan dia juga sangat mengkhawatirkan keadaan Celine, dia takut terjadi apa-apa dengan kakak iparnya itu.     

"Aduh aku harus bagaiamana?"     

"Kalau aku mengadu kepada Kak Satria, aku takut dia akan turut pusing memikirkan ini, dan aku juga tidak mau dia kembali terseret dalam urusan keluargaku," gumam Lizzy.     

Dia mengabari Salsa, dan menceritakan ini semua.     

Dan dia juga ingin pergi ke Jakarta saat ini juga. Namun Salsa menyuruhnya untuk bersabar, dan tetap berada di sini. Dan kalau pun ingin tetap ke Jakarta, Salsa menyarankan untuk pergi esok hari saja, karena sekarang sudah terlalu larut malam dan akan sulit untuk mendapat alat transportasi.     

Lizzy terpaksa menuruti permintaan Salsa, dia mencoba bersabar untuk menunggu hari esok.     

Dan malam itu pun dia juga tak bisa memejamkan matanya, karean pikirannya yang sedang kalut.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.