Anak Angkat

Bukan Salahku!



Bukan Salahku!

0Arthur mengajak Ratu dan Celine memasuki gudang di lantai 4, tempat dimana kemarin ia mencelakai Natasha.     
0

"Pak Arthur, kenapa Anda mangajak kami kemari?"  tanya Celine heran.     

"Bu Celine, tadi saya sudah bilang, 'kan kalau saya ingin mengajak kalian mengobrol di tempat yang aman," jawab Arthur.     

"Iya, tapi kenapa harus di tempat yang seperti ini? Memangnya tidak ada tempat lain?" sahut Celine.     

Sementara Ratu hanya terdiam dengan raut wajah yang panik.     

'Apa yang akan dilakukan oleh Arthur, di tempat ini? Apa aku sudah mencintai orang yang salah? Ah... kau benar-benar bodoh, Ratu!' bicara Ratu di dalam hari. Dia benar-benar tak tenang.     

Dia mulai menyadari ada yang tidak beres dengan Arthur, awalnya Arthur selalu ada dipihakanya, bahkan pria itu juga mendukungnya dalam hal yang tidak baik, dan bodohnya Ratu malah menuruti permintaan Arthur. Padahal dia itu seorang kepala sekolah dan  memiliki gelar pendidikan yang jauh lebih tinggi dibanding Arthur, tapi entah mengapa Ratu masih saja terpengaruh oleh ucapan Arthur.     

Nampaknya cinta yang membutakan mata hatinya, sehingga dia tak bisa membedakan yang baik dan yang benar. Mengancam seseorang dengan benda tajam tentu saja ini termasuk perbuatan kriminal, walau dia hanya menggertak dan tak membunuhnya sungguhan. Tapi tetap saja itu adalah perbuatan yang salah. Dan sekarang dia menyesal, bahkan dia menjadi tersangka atas perbuatan yang tidak pernah ia lakukan.     

Ratu benar-benar sudah menyesal, dia merasa sebagai orang yang bodoh. Walau Arthur belum mengatakan  semuanya, tapi dia sudah menyadari jika Arthur tengah memepermainkanya. Ratu harus menghentikan semua ini, dan dia juga harus menyadarkan Celine, yang saat ini tengah dipermainkan oleh Arthur.     

"Arthur, stop!" teriak Ratu.     

Arthur dan Celine menghentikan langkahnya, tepat di tengah aula yang terbengkalai, dan sudah selama bertahun-tahun tak pernah terpakai. Tebalnya debu yang menutupi bangku-bangku rusak dan barang-barang tidak terpakai.     

"Sudah cukup kau mempermainkan aku, Arthur!" bentak Ratu.     

"Bu Ratu! Kenapa berbicara seolah membentakku?" tanya Arthur.     

Celine memandang Ratu dengan senyuman tipis yang sinis.     

"Arthur! Apa yang akan kau lakukan? Dan kenapa kau menggiring aku dan Celine di tempat seperti ini? Memangnya tidak ada tempat yang lebik baik?" tanya Ratu dengan sorot mata tajam.     

"Tidak! Ini adalah tempat terbaik untuk kita mengobrol!" jawab Arthur.     

"Kau mulai menujukkan sikap anehmu, Arthur! Bahkan tempat kotor dan menyeramkan seperti ini kau bilang tempat yang terbaik?" Ratu memicingkan ujung bibirnya, lalu dia melirik kearah Celine.     

"Hey, Celine! Apa kau tak menyadari kalau pria ini sedang mempermainkan kita?!" tanya Ratu.     

Celine terlihat bingung mendengar pertanyaan Ratu.     

Sebenarnya dia tak mau berpihak kepada Ratu, tapi melihat sikap Arthur yang malah membuatnya berada di tempat seram seperti ini membuatnya merasa tidak yakin jika Arthur itu benar-benar dipihaknya, dan benar-benar akan memebelanya. Justru Celine berpikir jika Arthur memang pria aneh yang sengaja akan mengadu-domba dia dan Ratu. Tapi ini hanya dugaannya saja, dia tak punya bukti.     

"Celine! Kenapa kamu malah melamun! Ayo kita pergi dari tempat ini! Kalau kita di sini bisa jadi nyawa kita yang akan terancam!" ujar Ratu.     

"Tapi, Anda itu tidak memiliki bukti, Bu Ratu! Dan belum tentu Pak Arthur, itu orang yang jahat!" jawab Celine.     

"Celine! Aku tidak menyakiti Natasha! Dan tiba-tiba Natasha terluka parah dengan pisau karter yang sama dengan milkku! Dan pisau yang aku pegang ini adalah pemberian dari Arthur! Apa kau tidak curiga jika yang mencelakai Natasha sebenarnya adalah Arthur?!" pungkas Ratu.     

Dan Celine pun masih tampak ragu-ragu. Dia tak bisa memilih salah satu dari Arthur, ataupun Ratu mereka semua tampak membingungkan.     

Dia memilih diam wajah paniknya.     

Melihat kegalauan itu membuat Arthur merasa ada kesempatan untuk mendekati Celine.     

"Bu Celine, sudah jangan di ambil pusing, kalau Anda pusing karna memikirkan ucapan, Bu Ratu, itu sama saja Anda pusing memikirkan orang gila," ujar Arthur mempengaruhi Celine.     

Ratu tampak kesal mendengar ucapan Arthur kepada Celine.     

"Orang gila katanya!" Kedua mata Ratu membulat dengan sempurna.     

"Tapi, Pak—"     

"Bu Celine, wanita itu benar-benar gila! Bahkan Anda tadi juga mengatakan hal sama kepadaku. Jika Bu Ratu benar-benar gila, dia sudah bertingkah di luar nalar, bahkan dia berani mencelakai Natasha!" ujar Arthur     

"Tapi kalau benar Bu Ratu, itu orang yang berbahaya, lalu mengapa Anda malah membebaskannya dari penjara?!" protes Celine.     

"Saya melakukan hal itu karna saya, menjaga reputasi sekolah. Setelah kasus ini reda, maka saya akan segera memecatnya!"     

"APA?!" Ratu semakin murka mendengar ucapan dari Arthur.     

"Pak Arthur itu benar-benar sudah gila! Kemarin Anda, menyuruh saya untuk melakukan perbuatan jahat, tapi sekarang Anda memperlakukan saya sebagai orang yang jahat!" teriak Ratu semakin menjadi.     

"Coba lihat emosinya yang berlebihan. Aku yakin orang ini mengidap skizofrenia!" ujar Arthur.     

"Arthur! Kau benar-benar sudah keterlaluan! Aku ini masih waras!" Ratu tak kuat lagi menahan emosinya terhadap Arthur, dia pun segera menyerang Arthur.     

"Awas kau, Bajingan!" teriaknya sambil menghunjamkan pisau karter itu.     

Dan Arthur menangkis serangan itu dengan lengan tangannya.     

Jlub!     

Pisau karter itu menancap di tangan Arthur.     

Darah segar mengotori kulit putihnya, Artur meringis kesakitan.     

"Bu Ratu! Kau benar-benar sudah gila!" umpat Celine kepada Ratu.     

Lalu wanita itu segera menghampiri Arthur untuk memberi pertolongan.     

"Pak! Apa Anda baik-baik saja!" ujar Celine dengan raut paniknya.     

Dia sampai menyobek sebagian kemejanya untuk menutupi luka Arthur.     

Sementara Ratu masih berdiri dengan tubuh gemetaran, sekarang dia tak bisa mengelak lagi. Dan pasti orang-orang akan mengira jika dia benar-benar sudah gila.     

"Oh tidak ... Aku harus bagaiamana ini ...," Ratu tampak panik.     

Klunting ....     

Dia menjatuhkan pisau karternya di atas lantai, dan dia berlari sekencang-kencangnya meninggalkan lantai itu.     

Tak ada pilihan lain bagi Ratu, selain melarikan diri sejauh mungkin. Karna sudah pasti polisi akan menggiringnya ke kantor polisi lagi, dan dia akan mendekam di dalam sel.     

Ratu tak bisa membayangkan kalau harus mendekam di tempat terkutuk itu lagi.  Dia tidak mau merasakan dinginya lantai sel, dan pengapnya ruangan yang kurang pentilasi.     

"Aku harus pergi saat ini juga! Bila perlu aku akan pergi ke luar negeri saja!" ucapnya dengan langkah kaki yang melaju kencang.     

Dia tak menghiraukan semua muridnya yang tengah memperhatikan langkahnya dengan nanar.     

Secepat mungkin dia harus keluar dari gedung sekolah. Yang terpenting saat ini dia segera selamat dari kejaran polisi. Ratu yakin sebentar lagi polisi akan datang untuk menggiringnya ke penjara.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.