Anak Angkat

Melamar



Melamar

0"Pak, tolong lepaskan saya Pak! Bukan saya yang menecelakai, Natasha! Sungguh saya benar-benar tidak bersalah!"  Ratu merengek di hadapan polisi.     
0

"Maaf, Bu Ratu, untuk sementara waktu, Anda harus tinggal di sel ini, sampai pelaku yang sesungguhnya di temukan!" tukas salah seorang anggota kepolisian.     

Dan Ratu tak bisa berbuat apa-apa lagi. Semua bukti tertuju kepadanya, meski dia terus menyangkal. Polisi tidak bisa percaya begitu saja terhadapnya. Dia hanya bisa pasrah digiring masuki sel tahanan.     

Dia hanya bisa menangis dan merenungi nasibnya. Ratu menyesal telah melakukan ancaman terhadapa Natasha. Dan kini malah dia yang menjadi tersangkanya.     

Padahal Ratu tak merasa sudah melukai Natasha. Dalam hatinya terus bertanya-tanya tentang siapa pelakunya?     

"Arthur! Dimana kau? Kenapa kau hanya diam saja  di saat aku sedang terpuruk begini?" ucap Ratu sambil menangis di balik jeruji.     

Dia tidak tahu harus berbuat apa lagi.     

"Arthur! Aku menunggu kedatanganmu untuk menemuiku," ucap Ratu penuh harap.     

***     

Akhirnya karna rasa lelahnya, Retu pun tertidur di dalam sel. Dan tak berselang lama Arthur datang menghampirinya.     

"Bu Ratu!" panggil seorang penjaga sel.     

Ratu pun tersentak.     

"Iya, ada apa?" tanya Ratu.     

"Ada yang ingin bertemu dengan Anda," ucap petugas itu.     

"Siapa?" Ratu mengedarkan pendangan, dan tak lama Arthur muncul menghampirinya.     

"Kak Ratu, bagaimana keadaanmu?" tanya Arthur berbasa-basi.     

"Arthur!" Ratu langsung berdiri, "akhirnya kau datang juga, Arthur! Sejak tadi aku menunggumu!" ujar Ratu.      

"Bu Ratu, kenapa bisa begini?" Arthur pura-pura tak tahu-menahu.     

Ratu langsung menangis di hadapan Arthur.     

"Aku tidak tahu Arthur! Mereka mengurungku karna aku dianggap pelakunya. Mereka bilang pisau yang menancap di punggung Natasha adalah pisau ku, padahal pisau miliku ada di rumah. Mereka tak mempercayai ucapanku, Arthur!"     

Arthur masih terlihat tenang, bahkan dia masih sempat tersenyum, dan dia berusaha untuk menenangkan Ratu.     

"Kak Ratu, jangan bersedih," ucap Arthur.     

"Arthur, aku mohon keluarkan aku dari tempat sialan ini! Kau pernah berjanji bahwa kau akan menyelamatkan jabatanku! Aku menunggu kau membuktikan ucapanmu itu!" tukas Ratu dengan derai air mata yang sudah tak terhitung lagi.     

"Kak Ratu, kau tidak perlu khawatir. Kau hanya akan menginap satu malam saja di sel ini. Dan kau akan keluar besok pagi," ujar Arthur.     

"Benarkah?!" Ratu tampak antusias mendengarnya.     

"Tentu saja, aku ini, 'kan Arthur Davies, aku bisa melakukan apa pun, Kak. Kalau hanya mengeluarkanmu dari sini bukanlah hal yang sulit bagiku," tukas Arthur penuh percaya diri.     

Dan setelah itu Arthur pergi begitu saja meninggalkan Ratu.     

Wanita itu berteriak memanggil Arthur, tapi Arthur tak menanggapinya.     

"Arthur! Arthur! Jangan pergi dulu, Arthur! Aku masih ingin mengobrol bersamamu!" teriak Ratu.     

"Ah, sial!" umpatnya dengan wajah frustasi.     

Ratu kembali duduk di atas lantai keramik yang dingin.     

"Apa benar yang di ucapkan Arthur itu? Jika dia akan mengeluarkanku, besok?" gumam Ratu.     

Dia masih ragu dengan ucapan Arthur.     

Dia takut jika Arthur hanya berbohong kepadanya, dan dia tetap tidak bisa keluar dari dalam penjara ini.     

"Aku tidak bisa diam terus, aku harus mencari Pengacara handal agar bisa keluar dari sel ini!" tukasnya dengan penuh yakin.     

***     

Tak terasa malam pun sudah berganti pagi.     

Ratu masih terjaga, sepanjang malam dia tak bisa memejamkan mata, semenjak kedatangan Arthur.     

"Apa benar aku bisa keluar dari tempat sialan ini pagi ini juga?" gumamnya.     

"Ya Tuhan, semoga saja apa yang dikatakan oleh Arthur, itu memang benar. Dan aku bisa keluar hari ini juga," ucap Ratu penuh harap.     

Tapi sampai siang hari, tak ada tanda-tanda kedatangan Arthur untuk membawanya keluar dari dalam sel ini.     

Ratu mulai panik, dan takut jika Arthur itu benar-benar hanya mempermainkan dirinya saja.     

"Ah, sial! Anak itu benar-benar sudah mempermainkanku!" umpat Ratu.     

Dia kembali pasrah dengan nasibnya, dia hanya bisa menangis di dalam sel itu. Hingga dia mengalami sesak nafas secara tiba-tiba, akibat sakit asma yang diritanya kambuh.     

Ratu memegangi bagian dada dengan nafas yang tersengal-sengal, dan tak berselang lama Ratu pun pingsan di dalam sel.     

***     

Satu jam kemudian, Ratu terbangun dari pingsannya dan dia mendapati dirinya sudah berada di dalam rumah.     

"Loh, aku ada di mana?" tukas Ratu yang kebingungan, beberapa detik kemudian dia baru tersadar jika dia sudah berada di kamar pribadinya.     

"Aku ada di kamarku?" Ratu mencubit tangannya sendiri untuk memastikan bahwa ini nyata.     

"Awhh! Sakit!" teriaknya sambil peringisan.     

"Ternyata aku tidak sedang bermimpi! Ini nyata! Haha! Ini nyata!" Ratu tampak sangat girang.     

Lalu seorang Asisten Rumah Tangga-nya bercerita kepada Ratu, jika Arthur dan orang-orang dari keluarga Davies yang membawanya pulang ke rumah ini, dan dalam keadaan ia yang masih pingsan.     

Ratu sangat bahagia, dia tak menyangka jika apa yang diucapkan oleh Arthur itu benar adanya.     

Dia benar-benar membebaskan Ratu.     

"Entah, Sayang-ku, itu membebaskanku dengan cara apa? Yang jelas aku sangat bangga menjadi kekasihnya! Dia sangat keren dan bisa diandalakan!" tukas Ratu dengan bangga.     

***     

Di kediaman keluarga Davies, Arumi dan yang lainnya  tampak sedang bersiap-siap untuk mengantarkan David mendatangi rumah calon istrinya, yaitu Selena.     

Hari ini mereka akan melamar Selena untuk David.     

Tentu saja ini adalah hari yang di nanti-nanti oleh Selena.     

Gadis itu juga sudah bersiap dengan riasan terbaiknya untuk menyambut David.     

Dia dan keluarganya tengah menunggu kedatangan keluarga Davies di rumahnya.     

"Selena, kau benar-benar yakin jika kelurga Davies yang kaya-raya itu benar-benar akan datang melamarmu?" tanya sang Ibu.     

"Berapa kali aku harus menegaskan kepada, Ibu! Bahwa mereka benar-benar akan datang ke rumah kita dan melamarku!" tegas Selena meyakinkan sang ibu.     

"Habisnya Ibu  masih tidak percaya, Nak. Keluarga Davies itu  konglomerat! Sedangkan kita hanya orang biasa dari kelas menengah?" ujar sang ibu.     

"Yah, memang sulit dipercaya. Tapi yang perlu Ibu tahu. Keluarga Davies itu benar-benar keluarga yang berbeda. Mereka sangat baik dan tidak memandang kasta. Aku merasa sangat beruntung, Bu. Karna sudah mengenal mereka, dan sebentar lagi aku akan menjadi bagian dari mereka!"  pungkas Selena dengan penuh bangga.     

"Ah syukurlah, Nak. Ibu turut senang mendengarnya,"     

Terima kasih, Bu. Doakan hubunganku dan David, berjalan mulus ya, Bu,"     

"Tentu saja, Nak! Ibu pasti akan mendoakanmu,"     

Dan tak lama bel pintu rumah mereka mulai terdengar, Selena tampak antusias untuk membukanya.     

Dia yakin jika yang datang  adalah David dan keluarganya.     

Dan ternyata dugaannya benar.     

Selena dan keluarganya tampak antusias menyambut kedatangan keluarga Davies.     

"Ahkirnya, yang ditunggu-tunggu datang juga!" tukas Selena dengan gembira.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.