Anak Angkat

Tatapan Arthur



Tatapan Arthur

1Esok harinya berita tentang kejadian yang menimpa Natasha mulai heboh diperbincangkan.     

Polisi masih menyelidiki kasus ini.     

Mereka mulai mengintrogasi beberapa orang terdekat Natasha. Di antaranya Anita, Mesya dan Romi. Tak tekecuali Dimas, yang menjadi satu-satunya saksi tadi tempat kejadian.     

Saat ini Natasha belum bisa di mintai keterangan, gadis itu masih syok berat dan ada beberapa cidera syaraf sehingga membuatnya tak dapat berbicara.     

Bukan hanya teman-teman dekat Natasha yang diintrogasi tapi juga guru serta kepala sekolah di tempat itu juga di mintai keterangan.     

Saat dimintai keterangan Mesya, dan Romi, lebih sering diam dan berkata 'tidak tahu' sebenarnya Mesya dan Romi sudah tahu jika dalang dari semua ini adalah Arthur. Tapi Mesya tidak mau rahasia ini terbongkar. Karna sangat berbahaya bagi banyak orang.     

Lain halnya dengan Anita, dia mengatakan jika kejadian yang menimpa sahabatnya ini adalah ulah dari Ratu si Kepala Sekolah.     

Karna pisau karter yang menjadi barang bukti sangat mirip dengan pisau karter milik Bu Ratu. Gadis itu juga menceritakan jika Ratu sempat mengancam akan membunuh dirinya dan Natasha.     

"Apa kau yakin jika pisau ini milik, Bu Ratu?" tanya salah satu anggota kepolisian.     

"Iya, Pak! Saya yakin. Sebelum kejadian itu, Bu Ratu mengancam akan membunuh kami dengan pisau karter itu!" jawab Anita dengan yakin.     

***     

Mendengar berita yang sudah menggemparkan sekolah, Celine langsung mendatangi sekolahan untuk turut memberi keterangan.     

Dia mengatakan apa yang sudah dilakukan Ratu terhadapnya.     

Dan Celine juga mengatakan  jika Dia mencurigai wanita yang sudah mencelakai Natasha adalah Ratu si kepala sekolah.     

"Apa, Bu Celine, yakin jika pelakunya adalah, Bu Kepala Sekolah?" tanya salah seorang anggota kepolisian.     

"Tentu saja saya yakin, Pak! Saya berbicara begini bukan tanpa alasan, karna saya sendiri mengalami hal yang sama dengan Natasha dan Anita. Bu Ratu, mengancam saya dengan pisau ini!" jelas Celine seraya melirik kearah barang bukti.     

Dia masih mengira jika pisau yang ditemukan tertancap di punggung Natasha itu pisau yang sama dengan pisau milik Ratu. Padahal pisau itu berbeda, Arthur memang memiliki beberapa pisau karter dengan model yang sama persis.     

Dua orang sudah bersaksi dan mengatakan jika Ratu lah yang bersalah.     

Dan hal ini  sukses membuat Ratu di giring ke kantor polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut.     

***     

Kini Arthur tersenyum bangga atas perbuatannya.     

Dia berhasil membuat keadaan sekolah kembali tak tenang. Persis seperti yang ia harapkan.     

Arthur berjalan santai dengan senyuman selengeannya. Mesya berlari menghampiri Arthur.     

"Kak Arthur!" teriaknya.     

Arthur menghentikan langkah kakinya. Dan menoleh kearah Mesya.     

"Ada apa, Adik Cantik?" tanya Arthur.     

"Apa yang sudah kau lakukan, Kak!?"  teriak Mesya dengan nada tinggi.     

"Apa yang kulakukan? Kau membuatku bingung, Adik Cantik?" ucap Arthur.     

"Jangan pura-pura bodoh, Kak! Aku tahu jika kau yang sudah mencelakai Natasha, dan menjadikan Bu Ratu, sebagai tersangkanya!" Mesya menatap tajam sambil bertolak pinggang. "Apa mau, Kak Arthur?! Apa tidak bisa, Kak Arthur, itu lebih diam sedikit saja! Biar sekolah ini menjadi tenang?" Mesya mencengkram kerah baju Arthur, "aku sudah muak dengan perbuatanmu, Kak!"     

Tak ada sedikit pun rasa jera atau rasa bersalah. Dia masih tetap santai dengan gaya khasnya.     

"Haha! Kau itu selalu menuduhku! Yang tidak-tidak, Adik Cantik!" Arthur kembali tersenyum dengan gaya anehnya.     

"Diam!" bentak Mesya. "Jangan pura-pura bodoh, Kak!"     

"Hay, Mesya!" Arthur mendekatkan wajahnya kepada Mesya. Dia nendorong tubuh Mesya dan menjepitnya di antara tembok dan tubuhnya. Mesya sampai tak bisa berkutik.     

"Kau mau apa?!" bentak Mesya.     

"Adik Cantik, kau selalu bertingkah tidak sopan di hadapanku! Padahal aku selalu menghargaimu!" tukas Arthur.     

"Kak, aku tidak akan bertingkah tidak sopan jika kau tidak menggangguku!"     

"Apa?! Menganggumu!" Arthur mengernyitkan dahinya, "aku tidak merasa menggangumu tuh!"     

"Kau sudah mencelakai temanku, Kak! Apa itu namanya kalau bukan menggangguku?!"     

"Hay, aku mengganggu temanmu, bukan dirimu, Adik Cantik!" sangkal Arthur.     

"Itu namanya menggangguku, Kak! Mereka itu teman-temanku! Lalu bagaiamana aku bisa tenang melihat mereka dalam bahaya?!"     

"Kau tetap harus diam, Mesya! Atau ...."     

Arthur kembali mnyeringai  dengan tatapan yang tajam.     

"Atau apa?!" tanya Mesya.     

"Atau kau ingin tahu maksud kata 'mengganggu' yang sesungguhnya?!" tanya Arthur dengan nada mengancam.     

Mesya mulai panik, tatapan itu begitu menyeramkan. Jarang sekali Arthur menatang dengan raut wajah seperti itu. Terlihat betul jika Arthur itu sedang marah kepadanya.     

"Apa yang akan kau lakukan kepadaku?! Apa kau akan membunuhju, Kak?!" tanya Mesya.     

Arthur menggelengkan kepalanya. "Tidak!" jawab Arthur.     

"Lalu kau mau apa, Kak?!"     

"Aku ... ingin ... menciummu!" jawab Arthur sambil memeluk tubuh Mesya, dan wajahnya semakin dekat, Mesya meronta-ronta.     

"Lepaskan!?" teriak Mesya     

"Haha, kau takut juga ya!" Arthur kembali melepaskan tubuh Mesya.     

0

"Aku baru saja ingin menciummu, Mesya! Tapi kau malah ketakutan!" ujarnya.     

"Kau sudah gila, Kak Arthur!" umpat Mesya.     

"Haha! Aku tidak gila! Aku ingin menciummu apa itu salah?!" tanggap Arthur dengan wajah selengean.     

"Kau itu, Kakaku, apa pantas seorang Kakak mencium adiknya dengan nafsu bejat seperti itu?!"     

"Haha! Kakak ya?" Arthur menggelengkan kepalanya dengan gaya tengilnya. "David itu juga kakakmu! Tapi dia biasa menciummu, bisa mengenggam tanganmu, dan bisa—"     

"Cukup, Kak Arthur!" bentak Mesya.     

"Kenapa?" tanya Arthur. "Kau tidak boleh pilih kasih, Adik Cantik! Aku juga Kakakmu, kalau David bisa menyentuhmu, kenapa aku tidak?"     

Mesya terdiam tanpa kata dengan deru nafas yang tersengal-sengal.     

"Aku akan membiarkanmu hidup tenang, dan tidak akan melakukan perbuatan bejat seperti tadi, asalkan kau tetap diam dan tak mengurusi urusanku!"  tegas Arthur.     

Lalu pria berusia 21 tahu itu memutar posisi tubuhnya.     

"Tapi ingat! Kalau sampai kau mencampuri dengan kesenanganku, maka jangan harap aku akan  melepaskanmu! Bahkan bukan hanya menciummu! Tapi aku juga akan  menghamilimu!"  ancam Arthur. Setelah itu dia pergi meninggalkan Mesya.     

Mesya sedikit merasa lega, karna  Arthur sudah melepaskan tubuhnya.     

Mesya tak habis pikir kalau sampai Arthur, benar-benar akan melakukan perbuatan yang tidak senonoh terhadapnya.     

Entah mengapa kali ini Mesya merasa takut kepada Arthur.     

Padahal semanjak dia mempelajari ilmu bela diri, Mesya mulai berani melawan Arthur. Tapi melihat tatapan  menyeramkan tadi membuatnya merasa kehilangan keberanian.     

"Apa aku mengadu kepada Ibu, dan Ayah, saja ya?" gumam Mesya.     

Tapi dia memikirkan ulang ucapanya itu. Karna kalau sampai kedua orang tuanya tahu, maka David, juga akan tahu, dan dia akan bertengkar lagi dengan Arthur.     

Mesya tidak mau hal itu terjadi, sudah cukup David tersiksa melihatnya bersama Satria. Mesya tak tega jika David kembali terbebani karna melihatnya bersama dengan Arthur  adik kandungnya sendiri.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.