Anak Angkat

Perbuatan Keji Arthur



Perbuatan Keji Arthur

0"Jadi, Pak Arthur itu, Kakak Angkat-nya, Mesya?!"     
0

Arthur terkekeh melihat ekspresi Natasha yang sangat syok.     

"Kalau sedang syok begitu, kamu itu terlihat sangat lucu ya, haha!"     

"Diam! Ini tidak ada yang lucu! Aku mau pergi saja!" Natasha berusaha untuk bangkit dari atas lantai, dan lagi-lagi Arthur menghalanginya.     

"Lepaskan aku, Pak Arthur! Apa yang kita inginkan dariku?!" teriak Natasha.     

"Kau tuli atau pikun sih? Aku, 'kan sudah bilang aku ingin membunuhmu!" tegas Arthur.     

"Memangnya kenapa, Pak Arthur, ingin membunuh saya? Kemarin, Bu Ratu, dan sekarang Anda! Apa salahnya saya!?"     

"Tentu saja salahmu karna sudah membicarakanku, dan Ratu, di bekakang?" sindir Arthur.     

"Tapi, itu hanya masalah kecil! Bahkan aku sudah bersujud di bawah kaki Bu Ratu, untuk meminta maaf. Lalu aku harus bagaiamana lagi!?" ujar Natasha.     

Arthur malah kembali tertawa, Natasha tampak bingung melihat ekspresi Arthur, pria yang selama ini terlihat tampan dan menjadi idola bagi para siswi di sekolah ini, ternyata seorang pria yang menyeramkan. Bahkan Arthur bagi Natasha mirip pria yang memiliki gangguan jiwa.     

'Cara tertawanya telihat tidak wajar ternyata Pak Arthur itu memang orang gila ya?' bicara Natasha di dalam hati.     

"Jangan diam saja, Natasha? Kau tidak ingin melawanku?" tanya Arthur.     

Natasha masih diam saja, dan dia sedang mencari sesuatu untuk melawan Arthur. Dia melihat kursi rusak, tapi letaknya cukup jauh, Natasha tidak bisa dengan mudah meraihnya, karna Arthur sudah ada di hadapannya dan bersiap untuk menyerang sekarang.     

"Aduh, bagaimana ini?" gumam Natasha dengan panik, netranya masih melirik kearah kursi yang rusak itu.     

Dia hendak meraihnya, apa pun yang terjadi, tapi baru beberapa langkah dia berlari, Arthur kembali meraih tangan Natasha.     

"Mau kemana kau?" tanya Arthur dengan suara pelan.     

Tangan pria itu mencengkram lengan Natasha dengan kuat.     

"Ah, sial! Kenapa kau mencengkramku?!" teriak Natasha.     

"Aku sudah bilang kalau kau itu tidak bisa pergi kemana-mana, Natasha!"     

"Pak, kumohon lepaskan aku! Aku harus bertemu dengan Dimas!"     

"Kau tidak akan bisa bertemu dengan Dimas! Dia sedang terkurung di dalam ruang ganti!" jelas Arthur.     

"Ah, sial! Pasti kau yang sudah mengurungnya!" umpat Natasha.     

"Haha! Tentu saja, memang siapa lagi!" jawab Arthur tanpa rasa bersalah.     

"Ah, lepaskan aku!" bentak Natasha, "aku berjanji tidak akan mengusik hubunganmu dengan Bu Ratu, tapi tolong lepaskan aku!" pinta Natasha dengan nada tinggi.     

"Natasha, ini bukan masalah hubunganku dengan, Wanita Tua, itu!" ujar Arthur.     

"Lalu kalau bukan karna itu terus apa?" tanya Natasha.     

"Ya karna aku hanya ingin membunuhmu saja!" sahut Arthur santai.     

"Alasan macam apa itu? Kau hanya ingin membunuhku tanpa alasan yang jelas?! Kau manusia macam apa, Pak Arthur?!" teriak Natasha.     

"Yah begininilah aku, membunuh orang bukan berarti orang itu bermasalah denganku. Tapi aku melakukannya karna semata-mata demi hobi haha!"     

"LEPASKAN!" Natasha berteriak sekencang-kencangnya.     

Tapi tak ada satu orang pun yang mendengarnya, suasana sekolahan sudah sepi, terlebih mereka sedang berada di lantai paling atas.     

Arthur mendorong tubuh Natasha hingga kembali terjatuh. Lalu Arthur berjalan mendekat sambil menyeringai. Pria itu mengeluarkan pisau karter dari saku jaketnya. Dan yang membuat Natasha tercengang adalah bentuk dari pisau itu.     

"Kenapa pisaunya sangat mirip dengan milik, Bu Ratu?" Natasha segera menggelengkan kepalanya.     

"Ah, tidak penting! Dan yang harus aku lakukan adalah menghindar dari, Pria Gila ini!" Natasha kembali berdiri, dia hendak berlari.     

Tapi Arthur lagi-lagi berhasil menangkapnya.     

"Mau kemana?!" tanya Arthur sambil tertawa, dia mencengkram kerah belakang Natasha, dan hendak menghujamkan pisaunya ke tubuh gadis malang itu. Tapi Natasha tak menyerah dan dia berhasil lepas dari tangan Arthur, tapi naas kakinya malah tersandung dan dia kembali terjatuh.     

Arthur menghujamkan pisau itu ke bagian punggung Natasha. Gadis, itu pun menrintih kesakitan, dia memaksakan diri untuk tetap berlari menuruni tangga.     

'Hosh! Hosh!" Nafas gadis itu tersengal-sengal.     

Akhirnya Natasha berhasil turun ke lantai tiga dengan selamat, walau di punggungnya masih tertancap pisau karter milik Arthur.     

"Ah, sakitnya!" Natasha berhenti sejenak untuk mengatur nafas, tapi Arthur malah sudah semakin dekat di belakangnya. Dengan segera gadis itu berlari lagi.     

Tapi sayangnya kaki Natasha malah terkilir, hingga akhir dia pun jatuh dari atas tangga lantai tiga ke lantai dua.     

Tubuh gadis itu mendarat dengan posisi miring, di bagian dahinya mengeluarkan darah akibat terbentur anak tangga. Natasha pasrah dengan tubuh yang lemah.     

Dengan santai Arthur pun turun dari lantai atas sambil tersenyum.     

Dia berhenti sesaat tepat di depan Natasha, yang tubuhnya masih terkulai lemah. Tampak kedua mata gadis itu mendelik sesaat dengan tubuh yang kejang.     

"Aku yakin beberapa menit lagi kau akan mati. Baiklah aku tidak akan menyakitimu lagi. Dan esok hari akan ada berita yang menggemparkan sekolah ini. Huft... tak sabar aku ingin mendengarnya!" Arthur pun berlalu pergi.     

***     

Sementara itu, Dimas yang masih berada di dalam ruang ganti, masih berusaha untuk membuka pintu. Sekeras apa pun dia berteriak tak ada yang menolongnya. Dan tak ada pilihan lain selain mendobrak pintu ini dengan paksa.     

Brak!     

Brak!     

"Aku harus bisa mendobraknya sekarang! Pasti Natasha sedang menungguku!"     

Dimas mengerahkan seluruh tenaganya dia mendobrak pintu itu sekali lagi.     

BRAK!     

Pintu pun akhirnya berhasil terbuka, dan dengan segera Dimas meraih barang-barangnya dan segera keluar dari dalam ruang ganti.     

Dia berlari masuk ke dalam kelas untuk menemui Natasha, tapi ternyata Natasha sudah tidak ada di dalam.     

"Di mana dia? Ah pasti dia sudah pulang dan marah kepadaku!" gumam Dimas.     

Lalu dia kembali keluar dari dalam kelas. Dimas tampak putus asa dan ingin pulang saja, tapi entah mengapa perasaannya masih tak enak. Entah atas dasar apa, tapi Dimas merasa jika Natasha masih berada di ruang ini.     

"Aku coba cek ke lantai tiga saja mungkin," gemingnya.     

Dan tepat di bawah tangga menuju lantai tiga, Dimas mendapati kekasihnya sudah terkapar. Dimas tampak sangat syok melihatnya.     

"Natasha! Kau kenapa?!" teriaknya sambil berlari menghampiri kekasihnya.     

"Apa yang sudah terjadi?!"     

Tak ada respon dari Natasha. Dimas menggerak-gerakkan tubuh Natasha dengan kencang, dan dia menemukan pisau karter yang tertancap di punggung kekasihnya.     

"Astaga!"     

Gadis itu sadarkan diri dan pakaian seragamnya di penuhi dengan darah. Dimas mengira jika kekasihnya itu sudah meninggal. Tapi ketika pria itu memeriksanya lagi, ternyata jantungnya masih berdetak, dan Natasha masih bernafas.     

"Dia masih hidup!" tanpa berbasa-basi lagi Dimas mengangkat tubuh Natasha dan melarikanya ke rumah sakit terdekat.     

"Ayo bertahan, Natasha!" ujar Dimas sambil berlari menggendong Natasha.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.