Anak Angkat

Mempengaruhi Ratu



Mempengaruhi Ratu

0"Iya, saya berani mengancam Anda! Memangnya apa yang harus saya takutkan?!" tantang seorang gadis bernama Natasha.     
0

Ratu langsung mmengangkat dagunya dengan sombong.     

"Aku memang hanya Kepala Sekolah di tempat ini, dan aku juga bukan orang kaya seperti orang tuamu, tapi kau sudah berurusan dengan orang yang salah, Natasha!" ujar Ratu dengan senyuman tipis.     

"Orang yang salah?" Gadis itu tersenyum sinis.     

"Kau yang berurusan dengan orang yang salah, Bu Ratu!" Natasha kembali menantangnya.     

"Hey, jangan macam-macam, kau!" Ratu segera mengeluarkan pisau karter dari dalam sakunya, dan dia menggunakan pisau itu untuk menakut-nakuti mereka berdua.     

Ratu menaruh pisaunya di leher Natasha.     

Anita sahabat Natasha tampak ketakutan.     

"Bu Ratu, tolong jangan nekat, Bu!" tukas Anita menghentikan Ratu.     

"Kenapa?! Kau juga ingin kubunuh?!" hardik Ratu.     

"Ti-tidak, Bu! Tolong jangan lakukan ini kepadanya, itu berbahaya!" Gadis itu memohon kepada Ratu. Dan wanita 40 tahun itu menyeringai, dia merasa puas melihat dua muridnya ketakutan.     

Gadis yang bernama Natasha juga tak bisa berkutik, dia tak berani mengucapkan apa pun untuk menghentikan Ratu, bahkan kata-kata ancamannya yang tadi juga sudah tidak di ucapkan lagi. Dia takut jika sedikit saja dia memberontak maka pisau yang ada di lehernya benar-benar akan menggores kulit.     

"Bagaimana, Gadis Ingusan! Apa kau masih akan menentangku?" tanya Ratu dengan nada mengintimidasi.     

"Ti-tidak, Bu... kami tidak akan melawan Anda lagi," sahut Natasha dengan suara yang gemetar.     

Ratu pun menyeringai. "Bagus, sekarang untuk menebus kesalahan kalian, aku akan memberikan hukuman kepada kalian!" tegas Ratu.     

"Hukuman? Hukuman apa lagi?" tanya Anita.     

Ratu Menyeringa penuh bangga.     

"Karna kalian sudah membicarakanku di belangkang. Maka aku ingin agar kalian meminta maaf dengan cara bersujud di bawah kakiku!" tegas Ratu.     

Dan mau tidak mau mereka menuruti perintah Ratu.     

Mereka benar-benar bersujud di bawah kaki Ratu.     

***     

"Sudah cukup, kalian boleh pergi! Dan perlu kalian ingat, kalau sampai kalian mengadukan hal ini kepada siapapun, maka akan kupastikan hidup kalian tidak akan tenang!" ancam Ratu.     

"Baik, Bu, kami tidak akan mengadu kepada siapa pun," sahut Anita.     

Sedangkan Natasha tampak sedang manahan geram, tapi dia tidak bisa melawan Ratu sekarang.     

Dia masih takut karna melihat pisau di tangan Ratu. Tapi dendam sudah tertanam dalam dirinya.     

'Lihat saja, aku tetap akan mengadu kepada orang tuaku! Aku tidak rela diperlakukan seperti ini! Lagi pula kalau dibiarkan orang jahat seperti Bu Ratu, bisa membahayakan murid lain!' bicara Natasha di dalam hati.     

Mereka berdua melangkah keluar dari ruang kepala sekolah, dan raut ketakutan masih terpancar di wajah Anita.     

Melewati koridor sekolah yang sepi mereka berpapasan dengan Arthur.     

"Selamatan pagi," sapa Arthur.     

Anita menganggukkan kepalanya pertanda hormat, sedangkan Natasha malah membuang muka.     

"Natasha, tolong jangan bertingkah seperti ini," bisik Anita di telinga Natasha.     

"Memangnya kenapa?" sengut Natasha.     

"Natasha, itu berbahaya ... bagaimana kalau Pak Arthur, tak terima dengan sikapmu tadi, lalu mereka mengadu kepada Bu Ratu?"     

"Ah, jangan bicarakan Wanita Menyebalakan itu! Karna aku pasti akan membalasnya!" tegas Natasha dengan wajah yang kesal.     

"Sst... jangan keras-keras," Anita berusaha untuk menenangkan sahabatnya.     

"Huh!" Natasha mendengus kesal dan mempercepat langkah kakinya.     

Arthur menghentikan langkahnya sambil tersenyum memandang dua gadis yang sedang berbisik membicarakannya.     

"Ini akan menjadi permainan yang bagus," tukas Arthur sambil tersenyum tipis.     

Dia segera memasuki ruangan Ratu, tentu saja Arthur ingin mempengaruhi Ratu lagi.     

Tok! Tok!     

"Iya, masuk!" sahut Ratu dengan suara yang ketus.     

Ceklek!     

Begitu melihat yang datang adalah Arthur, Ratu pun langsung terkejut, dan raut wajahnya langsung berbeda.     

"Arthur! Kau datang kemari!" Ratu tampak heboh dan segera mendekati Arthur.     

"Kak Ratu, apa yang baru saja kau lakukan?"     

"Emm, maksudnya?"     

"Ah, kau ini sangat hobi mengulaingi pertanyaan ya?" tanya Arthur.     

"Bukan begitu, tapi—"     

"Kak Ratu, apa kau sudah memberikan pelajaran kepada dua gadis yang tadi?"     

"Dua gadis yang tadi? Maksudnya Natasha dan Anita?" tanya Ratu memastikan.     

"Tentu saja! Memangnya siapa lagi? Aku baru saja berpapasan dengan gadis itu!"     

"Ah, tentu saja! Aku sudah membuat mereka jera! Mereka tadi sudah berani membicarakanku di belakang, jadi aku membuat mereka berlutut di hadapanku! Yah ... sebagai permintaan maaf," tukas Ratu dengan bangga.     

"Wah  hebat sekali, tapi apa Kak Ratu, yakin kalau mereka tidak akan membalas dendam?" tanya Arthur dengan senyuman tipis.     

"Tentu saja!" jawab Arthur penuh percaya diri.     

"Tapi aku lihat, salah satu gadis yang bernama Natasha itu mulai merencakan  sesuatu,"     

"Hah! Benarkah?!"     

"Tentu saja, aku rasa dia akan mengadukan perbuatan, Kak Ratu, kepada orang tuanya," ujar Arthur.     

"Mana mungkin? Gadis Ingusan, itu tidak akan berani mengadukan perbuatanku kepada siapa pun!"     

"Tapi aku mendengarnya sendiri, Kak Ratu,"     

Mendengar ucapan Arthur kini membuat Ratu kembali panik.     

"Ah sial! Bagaimana ini? Kau harus menolongku Arthur! Kau, 'kan anak pemilik sekolah ini, kau harus bisa menyelamatkan jabatanku!" pinta Ratu.     

Arthur masih tampak santai, dengan senyuman khasnya.     

"Tenang saja, Kak Ratu. Aku pastikan akan membuat gadis itu tidak akan bisa mengganggumu lagi. Apa lagi sampai menjatuhkan pangkatmu,"  ucap Arthur memenangkan Ratu.     

"Benarkah?" Ratu segera memeluk Arthur, "terima kasih Arthur," bisik Ratu di telinga Arthur.     

"Iya sama-sama," jawab Arthur.      

Ratu tersenyum bahagia dalam pelukan Arthur.     

Dia masih tak menyangka jika dia bisa memeluk pria pujaannya seperti sekarang.     

"Arthur, apa kau benar-benar mencintaiku?" tanya Ratu.     

"Kenapa, Kak Ratu, bertanya seperti itu?"     

"Ya karna aku masih takut kalau kau hanya mempermainkanku, Arthur,"     

"Tidak usah takut, Kak Ratu. Percayalah kepadaku. Aku ini tulus mencintaimu, sama  seperti kau yang tulus mencintaiku," ucap Arthur meyakinkan Ratu.     

Ratu benar-benar bahagia mendengarnya. Rasanya sulit sekali untuk mengungkapkan perasaan bahagianya ini dengan kata-kata.     

Jiwannya serasa terbang ke awang-awang.     

***     

Bel pulang sekolah sudah terdengar dan kini para murid mulai keluar dari kelas masing-masing.     

Begitu pula dengan Mesya dan Romi.     

Kebetulan sekali mereka juga satu kelas dengan Anita dan Natasha.     

"Hay, kami duluan ya!" tukas Mesya melambaikan tangannya kepada dua gadis yang duduk di bangku belakangnya.     

"Iya,"  sahut Natasha, "Anita, kau pulang duluan saja dengan Mesya," suruhnya kepada Anita.     

"Kamu pulang dengan siapa?" tahu Anita.     

"Seperti biasa, sopir pribadiku akan menjemputku!" jawab Natasha.     

"Memangnya kenapa tidak pulang bersama saja sih? Aku akan menunggumu?" ujar Anita.     

"Ah, aku tidak mau membuatmu menunggu, aku akan menyelesaikan tugasku dulu. Setelahnya aku akan bertemu dengan Dimas," jelas Natasha. Dimas, nama kekasih Natasha.     

"Ah, yasudah kalau begitu, aku duluan ya?" ucap Anita.     

"Iya!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.