Anak Angkat

Permainan Arthur



Permainan Arthur

0Dalam suasana sekolah yang mulai sepi, Celine sedang merapikan buku-buku di ruangannya. Sesekali dia melihat jam di ponsel.     
0

"10 menit lagi aku akan pulang," tukasnya.     

Dia mempercepat gerakan tangannya.     

Ceklek!     

Celine dikejutkan oleh seseorang yang membuka pintu ruangan tanpa permisi terlebih dahulu.     

"Bu Ratu, apa yang akan Anda lakukan di ruangan saya?" tanya Celine.     

Ratu tersenyum sinis menyapanya. Dia duduk di kursi milik Celine.     

"Bu Celine, pasti kau senang sekali ya, karna Arthur sudah membelamu!" ucap Ratu.     

"Apa maksudnya, Bu?" Celine tampak bingung.     

Brak!     

Ratu menggebrak meja itu dengan kasar, hingga membuat Celine tersentak.     

"Jangan pura-pura bodoh, Celine! Kalau kau tidak segera menulis surat pengunduran diri maka aku akan membuat hidupmu tidak tenang!" ancam Ratu.     

"Tapi apa alasan, Bu Ratu, yang begitu ingin saya meninggalkan sekolah ini? Saya tidak punya pekerjaan lain, Bu! Di sini mata pencarian saya!" ujar Celine.     

"Memangnya saya peduli dengan hal itu?!" Ratu mencengkram dagu Celine.     

"Aku tahu kau menyukai, Arthur, 'kan?" desak Celine.     

Wanita itu menggelengkan kepalanya dan menyangkal tuduhan Ratu.     

"Aku tidak menyukai, Pak Arthur, Bu Ratu!" tegas Celine.     

"Bohong! Aku lihat kemarin kau memberikan kue kepada Arthur! Itu namanya apa kalau tidak suka?!"     

"Bu, saya memeberikan kue itu sebagai ucapan terima kasihku kepadanya!"     

"Benarkah? Hah, aku tidak percaya begitu saja, Celine! Aku yakin kau menyukai Arthur, jadi atas dasar itulah aku ingin kau enyah dari tempat ini!" teriak Ratu.     

"Jadi itu alasan, Bu Ratu, ingin  saya keluar dari sekolah ini?"     

"Iya!"     

"Apa ini artinya, Bu Ratu, menyukai Pak Arthur?"     

"Iya!" jawab Ratu dengan tegas, "dan bukan hanya menyukainya, tapi aku sudah resmi menjadi kekasih Arthur!" tegas Ratu.     

Celine hampir tak percaya mendengar pernyataan dari Ratu, begitu mustahil baginya. Seorang Arthur, staf pengajar muda dan belum lulus kuliah mau menjadi kekasih Ratu, yang seorang wanita matang berusia 40 tahun.     

Terlihat seperti seorang Ibu dan anak.     

'Tapi, cinta itu memang tak memandang usia, 'kan? Ah aku tidak boleh menertawakan hubungan mereka, terkait itu benar atau tidak bukan urusanku juga,' bicara Celine di dalam hati.     

"Hey, Celine! Kenapa kau malah diam?! Apa kau tidak  punya telinga!" hardik Ratu.     

Celine kembali tersentak.     

"Maaf, Bu Ratu, tapi Ibu sendiri yang mencabut surat pemecatan saya! Yang artinya saya tetap harus bekerja di sini!" tegas Celine.     

"Aku ingin agar kau mengundurkan diri! Bukan tetap bertahan di tempat ini!" bentak Ratu.     

"Maaf, Bu, saya tidak bisa melakukan ini, saya masih butuh pekerjaan ini, atau bila perlu saya akan mengadukan ini kepada pemilik yayasan!" ancam Celine, dan hal itu membuat Ratu semakin geram.     

Lalu Ratu mengeluarkan pisau karter dari sakunya, dia menaruh pisau itu di leher Celine.     

"Aku tidak main-main, Celine! Aku akan membunuhmu jika kau tetap berada di sini!" ancam Ratu, dan ancaman itu berhasil membuat Celine merasa ketakutan.     

Rupanya Ratu tidak main-main, bahkan wanita ini sangat nekat, dia hendak membunuhnya hanya demi Arthur.     

Celine tak bisa berbuat apa-apa lagi selain mengikuti perintah Ratu, karna bertahan disini pun yang ada malah nyawanya yang akan  berada dalam bahaya.     

"Baik, Bu Ratu, saya akan meninggalkan sekolah ini, saya akan segera menulis surat pengunduran diri saya. Tapi saya mohon agar Bu Ratu, menyingkirkan pisau ini dari leher saya!" ujar Celine dengan suara yang gemetar ketakutan.     

Ratu sangat senang melihat ekspresi Celine, dia kembali memasukkan pisaunya ke dalam saku.     

"Bagus kalau kau sudah mengerti, Celine! Aku akan melepaskanmu. Tapi ingat kalau sampai kau mengadu hal ini kepada siapapun, aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang!" ujar Ratu.     

Celine pun mengangguk pasrah, dan dia mulai bergegas merapikan lagi barang-barangnya.     

Ratu bertolak pinggang dan memandang tajam dengan  senyuman penuh kemenangan.     

"Celine, aku akan menunggu  surat pengunduranmu besok!" ucapnya, setelah itu Ratu keluar dari ruangan Celine.     

Dia merasa bangga dengan apa yang telah ia perbuat hari ini. Dia memandang pisau karter pemberian dari Arthur.     

"Ternyata pisau ini sangat berguna, dan aku berjanji akan menyimpan benda ini dengan baik. Karna benda ini pemberian dari pria yang sangat kucintai," Ratu mencium pisau itu.     

"Ah, kenapa bau amis? Seperti bau darah?" Ratu menyingkirkan pisau itu dari indra penciumannya.     

Dia merasa aneh, dengan aroma yang menyengat itu.     

"Tidak salah lagi, ini benar-benar aroma darah!" Ratu sangat yakin dengan tebakannya.     

Dia mulai berpikiran yang tidak-tidak terhadap Arthur, tapi dia juga tak yakin jika Arthur telah menggunakan pisau ini untuk mencelakai orang. Karna di mata Ratu, Arthur adalah pria tampan yang polis dan baik.     

"Ah, aku tidak boleh berpikiran buruk. Bau amis bukan berarti darah manusia. Bisa juga darah binatang," gumam Ratu.     

Dia masih mengira jika Arthur hanya menyuruhnya menggunakan pisau itu untuk menakut-nakuti Celine, bukan untuk membunuh Celine.     

***     

Celine keluar dari dalam ruangannya sambil menangis.  Dia berjalan sedikit lebih cepat.     

Tak sengaja dia bertabrakan dengan Arthur.     

"Bu Celine, kenapa jalannya cepat sekali?!" tanya Arthur.     

Celine tak menjawabnya, dia segera menyingkir dari Arthur. Dia tak mau mendapat masalah lagi, gara-gara mengobrol berdua dengan Arthur.     

Dia mengira jika Ratu adalah wanita psikopat yang bisa melakukan hal-hal yang berbahaya termasuk membunuh orang tanpa rasa bersalah. Dan itu di sebabkan karna rasa cemburu.     

"Bu Celine, jangan pergi! Ayo kita berbicara dulu, Bu!" teriak Arthur.     

"Maaf, Pak Arthur, tapi saya buru-buru!" sahut Celine. Arthur tak menyerah dan dia menarik tangan Celine.     

"Tunggu, Bu!" ucapnya.     

"Tolong lepaskan saya, Pak! Saya tidak mau mendapat masalah lagi!" bentak Celine.     

"Memangnya masalah apa?! Kita ini, 'kan hanya mengobrol saja, apa itu melanggar peraturan?!"     

"Bagi, Pak  Arthur, memang tidak melanggar peraturan, tapi bagi saya itu adalah kesalahan besar dan Bu Ratu akan mengancam saya lagi!" tegas Celine.     

"Apa, Bu Ratu, mengancam Anda!?"     

"Eh," Celine segera menutup mulutnya, karna sangat berbahaya kalau Arthur sampai tahu. Hal itu bisa membuat Ratu marah dan akan kembali menerornya atau bahkan membunuhnya.     

"Pak, tolong menjauh dari saya, karna saya—"     

"Karna, Bu Ratu, meneror Anda?!"     

"Bu-bukan!"     

"Ayolah, Bu Celine, mengaku saja!"     

"Tidak, Pak!"     

"Saya harus—"     

"Bu Celine, tidak perlu takut kepada Bu Ratu. Dia tidak bisa memecat atau mengancam Anda, karna yang lebih berkuasa di sekolah ini saya bukan dia!" tegas Arthur.     

Celine tampak bingung mendengar pernyataan dari Arthur.     

"Kenapa Anda bicara begitu? Memangnya, Pak Arthur, ini siapa? Sehingga bisa berkuasa di sekolah ini?" tanya Celine.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.