Anak Angkat

Dalam Masa Kelam



Dalam Masa Kelam

0"Bu Ratu, saya tahu Ibu, sebenarnya menyukai saya, 'kan?" desak Arthur dengan suara pelan dan tertawa selengaan.     
0

Ratu tampak sangat canggung dan malu.     

Dia tak menyangka jika  Arthur sudah mengetahui persaannya.     

"Sudah, katakan saja dengan jujur, Bu! Tidak usah malu-malu," Arthur melirik Ratu dengan meledek. Ratu tak bisa berbuat apa-apa lagi akhirnya dia pun mengakui persaannya kepada Arthur.     

"Karna kamu sudah tahu semuanya, maka aku akan mengakuinya, Arthur! Yah... aku memang menyukaimu, aku ingin menjadi kekasihmu, Arthur ... sungguh ...." Ratu sampai berlinang air mata mengatakannya.     

Arthur pun mendekati Ratu, dan dia berbisik kepada wanita itu.     

"Bu Ratu, saya senang sekali mendengar Anda mengakui perasaan Anda, tapi saya ingin bukti," ucapnya.     

"Bukti apa lagi yang kau inginkan, Arthur? Kau sudah tahu kalau aku menyukaimu, tapi mengapa kau masih ingin bukti dariku?" ucap Ratu.     

"Ehm! Begini, Bu Ratu, saya hanya ingin memastikan kalau saya benar-benar mendapatkan wanita yang setia kepada saya," jawab Arthur.     

Dengan segera Ratu metakinkan Arthur.     

"Saya ini, wanita yang setia, Arthur!" tegas Ratu dengan penuh percaya diri.     

"Maaf, Bu Ratu, saya memang tahu kalau Anda menyukai saya, tapi saya tidak yakin Anda wanita yang setia," ujar Arthur.     

"Percayalah denganku, Arthur! Kalau kau mau menjadi kekasihku, aku berjanji akan membuatmu menjadi pria yang beruntung di dunia ini," ujar Ratu kembali meyakinkan Arthur.     

Arthur tersenyum sinis mendengarnya.     

'Cih, pria yang beruntung katanya?' batin Arthur     

Walau sebenarnya Arthur sangat membenci Ratu, tapi dia ingin memanfatkan Ratu untuk kesenangannya.     

"Begini, Bu Ratu, saya tidak mau hanya mendengar kata 'satia' tanpa bukti," Arthur melirik tajam kearah Ratu. "Bisakah, Anda, membuktilan kepada saya?"     

"Arthur! Kau itu mau bukti apalagi dariku?!" tanya Ratu?"     

Arthur menanggapinya dengan senyuman selengean.     

"Bu, saya tidak suka dengan Celine, saya ingin Anda  memberi pelajaran kepada Celine," bisik Arthur.     

Tentu saja ini adalah hal yang sangat membingungkan bagi Ratu, karna tiba-tiba saja Arthur menyuruhnya memberi pelajaran untuk Celine. Padahal baru saja Arthur membela Celine.     

Dan secara terang-terangan Arthur mempermalukan Ratu di depan Celine.     

"Kenapa kamu menyuruhku untuk mencelakai Celine? Bukanya tadi kamu malah membelanya?" protes Ratu.     

"Ah aku tadi melakukannya hanya karna tak rela melihat Celine keluar dengan aman  dari sekolah ini,"  jelas Arthur.     

"Tapi ...."     

"Bu  Ratu Yang Cantik, tolong  tunjukan kesetiaan Anda kepada saya," bisik Arthur sambil tersenyum nakal.     

Melihat senyuman itu membuat Ratu semakin bersemangat.     

"Baik, Arthur! Saya akan memberi dia pelajaran, bahkan dengan senang hati saya akan menyingkirkan dia dari kehidupan ini!" tegas Ratu sambil tersenyum tipis.     

Arthur menyeringai mendengar pernyataan dari Ratu. Perlahan Arthur mengeluarkan satu buah pisau karter dan menyelipkannya di saku pakaian Ratu.     

"Bu Ratu, bisa menggunakan  benda ini untuk menerornya, atau langsung dibunuh juga bisa," bisik Arthur.     

Ratu tampak penasaran dengan benda yang di selipkan oleh Arthur di sakunya, Ratu meliriknya sesaat.     

"Pi-pisau?" Dia melihat Arthur dengan raut ketakutan.     

Tapi Arthur malah tersenyum manis menatapnya, kemudian pria berusia 21 tahun itu mengusap rambut Arthur dengan lembut.     

"Kalau dilihat-lihat Bu Ratu, itu sangat cantik," puji Arthur, kemudian dia mengecup kening Ratu.     

"Aku menunggu kabar baik dari, Bu Ratu," lirihnya, dan setelah itu Arthur pergi meninggalkannya.     

Ratu tersenyum sambil memegang keningnya dan masih terasa hangat bekas kecupan bibir Arthur.     

"Astaga, dia mencium keningku?" Ratu tersenyum dengan rona bahagia.     

"Aku tidak menyangka jika Arthur, membalas cintaku, tapi kenapa dia tadi berbicara seperti itu kepadaku?" Ratu meraih pisau yang ada di dalam sakunya.     

"Mengapa aku harus menggunakan ini untuk menyingkirkan Celine? Apa dia menyuruhku untuk membunuh Celine?" Ratu segera menggelengkan kepalanya.     

"Tidak! Tidak mungkin dia menyuruhku seperti itu! Dia hanya menggertak saja!" tukas Ratu sambil tersenyum lagi.     

Dia tak mengerti jika Arthur itu benar-benar ingin agar ia membunuh Celine, bukan hanya sekedar menggertak saja.     

Benar atau tidaknya keinginan Arthur yang menyuruhnya untuk membunuh Celine itu tidak penting bagi Ratu, karna yang terpenting bagianya saat ini, Arthur sudah menerima perasaan cintanya. Dan sekarang dia tidak perlu harus menutup-nutupi lagi perasaan sukanya.     

***     

Malam hari di kediaman keluarga Davies.     

Mereka sedang berkumpul di meja makan.     

"Ayah, Ibu, aku ingin mengatakan hal penting kepada kalian," ujar Mesya.     

"Kau ingin mengatakan apa, Sayang?" tanya Arumi.     

"Ini menyangkut hubunganku dengan  Satria,"  jawab Mesya.     

"Katakan, Nak! Kami sudah tidak sabar untuk menunggu informasi darimu!" sergah Charles.     

"Begini, Ayah, Ibu, Kak David dan Kak Arthur. Satria ingin  mengajakku menikah," ucap Mesya.     

"Menikah?!" Arumi tampak bahagia mendengarnya.     

"Haha, inilah saat-saat yang paling kami nantikan, Nak!" imbuh Charles, dan wajah pria itu juga tak kalah sumringah. Arthur juga turut berbahagia mendengar berita dari Mesya. Mereka semua tampak gembira akan hal ini, yang artinya langkah mereka semakin dekat menuju kemenangan.  Tapi lain halnya dengan David, dialah satu-satunya orang yang paling tak suka atas berita ini. Pria itu hanya menunduk dengan tatapan kesal. Benar-benar ujian yang berat bagi David.     

"Kapan dia akan melamarmu?" tanya Arumi     

"Secepatnya, Ibu. Satria bilang jika hal ini ia lakukan karna perintah dari ayahnya," jelas Mesya.     

"Dasar, Tua Bangka Sialan! Aku tahu apa niatnya menyuruh Satria segera menikahi Mesya! Dan hal itu ia lakukan karna dia ingin segera mendapatkan bayi dari pernikahan putranya!" tegas Arumi lalu wanita itu menyeringai lagi.     

"Dia juga menginginkan bayi untuk menyempurnakan kekuatannya! Dan aku tidak peduli karna saat ini pun aku juga sedang mempersiapakan diri untuk menambah kekuatanku agar bisa mengalahkanya!" pungkas Arumi dengan penuh keyakinan.     

Charles juga turut angkat bicara.     

"Kau benar, Istriku Sayang! Perlahan tapi pasti, kita sudah cukup matang untuk melawan musuh kita. Aku yakin kita pasti memang!" tukas Charles penuh keyakinan.     

"Tentu saja, Charles. Usaha kita tidak akan sia-sia! Dan aku berharap Wijaya akan mati secara mengenaskan!" Arumi kembali menyeringai, dari sudut matanya di penuhi dengan dendam yang membara.     

Mesya mendengus kesal, dia memang yang memberitahu berita baik ini, tapi entah mengapa dia sama sekali tak bersenangat untuk melanjutkan misinya. Meski begitu Mesya tetap harus melanjutkan tugasnya, dami kebebasan.     

'Ah, terserah apa yang akan mereka lakukan. Aku hanya bisa pasrah dan menjalani tugas-tugasku dengan benar. Aku ingin agar masa kelam ini segera berakhir. Dan tiba  saatnya aku menemukan sebuah cahaya yang menuntunku pada sebuah jalan terang menuju dunia yang indah. Yah... kebebasan!' bicara Mesya di dalam hati.     

Dia kembali menyendok makan malamnya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.