Anak Angkat

Hal Yang Mengejutkan



Hal Yang Mengejutkan

0Pukul 19:00 Satria baru saja pulang dari kantornya.     
0

Suasana rumah itu tampak sepi, dan hanya ada beberapa Bodyguard yang berdiri menjaga rumah, tentu saja mereka tak banyak bicara dan hanya menjalankan tugas mereka.     

Hal inilah yang membuat Satria merasa kesepian berada di rumahnya sendiri. Dia memang tinggal di rumah yang sangat mewah, tapi di dalam rumah itu seperti tak ada kehidupan.     

Dia seperti berada di dalam hutan yang tak berpenghuni.     

Satu-satunya orang yang sering mengajaknya bicara adalah Wijaya. Dan tentunya mereka hanya membicarakan tentang pembunuhan yang membuat Satria merasa bisa dan muak.     

"Satria, kau sudah pulang rupanya?" ucap Wijaya yang menyambutnya pulang.     

"Hay, Ayah," sapa balik Satria.     

"Mari duduk sebentar, Ayah ingin berbicara denganmu,"     

"Ayah, akan berbicara apa?"     

Mereka duduk di atas sofa.     

"Begini, Satria, Ayah mengharapkan seorang cucu," ujar Wijaya.     

"Cucu? Ayah, ini bicara apa? Aku ini masih lajang bagaimana aku bisa memberikan cucu untuk Ayah?" protes Satria.     

"Oleh karna itu, Ayah ingin agar kau segera menikah, Satria!"     

"Menikah?"     

"Iya! Apa sulitnya menikah? Kau itu pria yang tampan dan mapan, ada banyak wanita yang tergila-gila kepadamu! Kau hanya butuh salah satu dari mereka dan menikahinya!" tegas Wijaya.     

Satria dibuat heran oleh perintah sang ayah, tapi dia ragu untuk mengatakan kepada sang ayah, bahwa dia memiliki seorang kekasih, dan kekasihnya itu adalah Mesya.     

Satria takut jika sang ayah akan menentang hubungannya dengan Mesya, terlebih Mesya adalah anak angkat dari Arumi.     

"Kenapa malah diam? Ayah sedang menginginkan hal itu, Satria! Kau bisa menurutinya, 'kan?" tanya Wijaya memastikan.     

"Huftttt ... aku itu ...."     

"Kau apa, Satria? Cepat katakan?"     

"Ayah, sebenarnya aku sudah memiki kekasih, tapi aku belum siap untuk menikah dengannya," jelas Satria.     

"Apa!? Kau sudah memiliki kekasih?!" Wijaya tersenyum, "bagus! Itu artinya kau tinggal menikahinya!" ujar Wijaya sambil tersenyum penuh artinya.     

"Tapi tidak semudah itu, Ayah, kekasihku masih terlalu belia untuk menikah, dia masih kelas 3 SMA!" Jelas Satria.     

"Kau berpacaran dengan anak SMA?!"     

"Iya, Ayah," Satria menganggukan kepalanya.     

"Satria, Satria ...," Wijaya menggelengkan kepalanya, "memangnya di dunia ini tidak ada gadis lain yang lebih dewasa?"     

"Ini masalah persaan, Ayah, dan satu-satunya gadis yang sangat kucintai hanyalah dia!" ujar Satria, "dan aku tidak bisa menikah dengan siapapun kecuali dengan dia!" tegasnya.     

"Baiklah, terserah kau berpacaran dengan siapa, yang terpenting kau harus secepatnya menikahi gadis itu!" perintah Wijaya.     

Satria pun berjalan mendekati sang Ayah.     

"Ayah, aku ingin mengakui suatu hal kepada Ayah, tapi aku harap Ayah tidak marah kepadaku," bicara Satria dengan nada rendah.     

"Kau ingin mengatakan apa? Katakan saja sekarang," ujar Wijaya.     

"Ayah, sebenarnya kekasihku itu adalah putri dari orang yang sangat Ayah kenal,"     

"Ayo cepat katakan saja, Satria! Jangan bertele-tele!" sergah Wijaya.     

"Ayah, aku mencintai Mesya, putri angkat dari Bibi Arumi," jelas Satria.     

"Apa?!" Wijaya tampak syok mendengarmya.     

Dan ekspresi itu membuat Satria sedikit takut, jika sang ayah akan menentang perasaannya itu.     

Tapi beberapa detik kemudian, wajah Wijaya berubah menjadi ekspresi bahagia.     

"Haha! Baiklah kalau memang kau menyukai putri angkat dari Arumi, Ayah tidak peduli, yang terpenting dia bisa memeberikan cucu untukku!" ujar Wijaya.     

"Tapi, Mesya, masih sekolah Ayah, tidak mungkin aku akan mengajaknya menikah sekarang? Dia belum lulus?" ujar Satria.     

"Tenang saja, kalau soal itu sangat gampang! Kau tidak usah menunggunya sampai lulus, biar Ayah yang akan mengantarkanmu untuk melamarnya! Aku yakin Arumi tidak akan berkutik dan dia akan melepaskan putri angkatnya untukmu, Satria. Sama seperti saat dia menyerahkan Lizzy untuk kita," ujar Wijaya.     

Mendengar pernyataan dari sang Ayah membuat Satria merasa kasihan terhadap Arumi. Dulu ayahnya mengambil Lizzy dan sekarang dia akan mengambil Mesya. Walapun memang saat ini dia dan Mesya saling mencintai.     

Tapi mau bagaimana lagi, tak ada pilihan bagi Satria, selain menuruti perintah dari sang ayah.     

"Baikalah, Ayah, aku akan membicarakan ini semua kepada Mesya," ucap Satria.     

***     

Di kediaman keluarga Davies.     

"Mesya, Ibu dan Ayah, ada urusan sebentar, hari ini kau boleh makan malam di luar," ucap Arumi.     

"Baik, Ibu," sahut Mesya.     

Lalu sepasangan suami istri itu pun berlalu pergi.     

Di rumah ini kini mulai tampak sepi hanya ada dia dan David, sementara Arthur juga pergi entah kemana dan belum pulang hingga sekarang.     

Ini adalah kesempatan terbaik baik bagi Mesya untuk mengobrol bersama dengan David.     

Tanpa membuang waktu Mesya langsung lari ke lantai atas untuk menemui David.     

Tok! Tok! Tok!     

"Kak David!" panggilnya sambil mengetuk pintu.     

Ceklek!     

"Iya, ada apa, Mesya?" tanya David.     

"Kak, bisa ngobrol sebentar?" tanya Mesya, dan David memulai mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah. Dan setelah dirasa sang ibu dan sang ayah tak ada, dia pun mengiyakan ajakan David, pria itu segera menarik tangan Mesya dan mengajaknya masuk ke kamarnya.     

"Pelan-pelan, Kak? Sakit," keluh Mesya.     

"Maaf, Mesya,"     

Lalu mereka duduk di atas kasur.     

"Kau ingin bicara apa, Mesya?"     

"Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan, Kak, dan salah satunya hubungan kita," ucap Mesya.     

"Huft ...." David menghela nafasnya sesaat.     

"Aku juga bingung memikirkan hubungan kita ini, Mesya. Sepertinya Tuhan, memang tak mengizinkan kita untuk bersama," ucap David.     

"Hey, Kak David, jangan berperasangka buruk dulu, mungkin kita akan ditakdirkan bersama, tapi untuk saat nanti. Dan sekarang kita itu sedang diuji, Kak. Aku yakin kalau kita bisa melewatinya maka kita akan mendapatkan ke bahagiaan di suatu hari nanti," pungkas Mesya dengan penuh keyakinan.     

"Iya, Mesya. Semoga saja kita bisa melewatinya ini semua," David bersama sambil tersenyum penuh harap, "lalu apa hal lain yang ingin kau katakan kepadaku, Mesya?" tanya David.     

"Kak, Aku sudah mengetahui rahasia besar dari Satria. Dan Aku harap Kak David juga merahasiakan ini dari semua orang,"     

"Bukanlah, kita memang sering merahasiakan suatu hal hanya untuk berdua saja?" tanya David.     

"Ah iya, Kak, kau benarkah, tapi untuk berita yang satu ini aku berharap Ayah, dan Ibu, beserta Kak Arthur, jangan Ada yang tahu. Ini soal Lizzy, Kak,"     

"Apa? Lizzy?!"     

"Ya, Kak, dan ternyata Lizzy itu masih hidup," jelas Mesya.     

"Lizzy, masih hidup!" David tampak kaget, "kau ini bicara serius, Mesya?!"     

"Tentu saja Kak, dan yang mengatakan hal ini kepadaku adalah Kak Satria, dia bilang Lizzy berada di suatu tempat dan hanya bisa diam, karna jiwanya ditukarkan kepada Iblis," jelas Mesya.     

Kedua bola mata David seketika membulat saat mendengar penjelasan dari Mesya. Dia hampir saja tak percaya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.