Anak Angkat

Wanita Menyeballkan



Wanita Menyeballkan

0"Katakan kepadaku, apa rencanamu?!" desak Mesya.     
0

"Rencana apa? Kau ini sangat aneh, Adik Cantik," sahut Arthur.     

"Sekali lagi aku tegaskan, cepat jawab! Dan jangan bertele-tele, Kak!" bentak Mesya.     

"Kau itu putri dari keluarga Davies, Mesya! Kau tidak boleh bertingkah tidak sopan kepada yang lebih tua!" ucap Arthur.     

"Cepat jawab, Kak Arthur!" bentak Mesya.     

Arthur pun kembali tersenyum dengan gaya khasnya.     

"Aku seperti ini karna aku aku ingin menggapai cita-citaku," jawab Arthur.     

"Cita-cita? Cita-cita seperti apa? Dan sejak kapan, Kak Arthur, memiliki cita-cita?!" Mesya mencibirkan mulutnya dengan sinis.     

"Aku ini juga manusia yang sama denganmu, Mesya, kamu memiliki cita-cita sejak kecil ingin menjadi Dokter. Dan aku pun juga punya cita-cita sejak kecil yang ingin menjadi seorang Guru!" tegas Arthur.     

"Cita-cita menjadi seorang Guru?" Mesya memicingkan ujung bibirnya, "cih! Mana mungkin!" cerca Mesya.     

Dia tahu jika Arthur itu tidak seperti orang pada umumnya, yang memiliki sebuah cita-cita, dan terlihat sekali jika dia hanya berbohong saja.     

"Adik Cantik, sudah saatnya masuk kelas, jangan malah mengobrol di sini,"      

"Tidak! Aku tidak mau kembali ke kelas sebelum, Kak Arthur, mengatakan apa tujuan Kakak ,berada di sini!" paksa Mesya.     

"Ah, sudahlah, Mesya, aku ini—"     

Tering...!     

Bel pergantian jam pelajaran sudah terdengar, dan mau tidak mau Mesya harus kembali ke kelas, karna kebetulan Bu Ratu, juga sudah menghampiri mereka.     

"Ah, Pak Arthur, rupanya sedang berada di sini  bersama, Mesya," ujar Bu Ratu dengan ramah.     

"Selamat siang, Bu Ratu," Artur juga membalas sapaan itu dengan ramah,"     

Dan dengan wajah yang begitu kesal, Mesya meninggalkan gudang itu tanpa sepatah kata pun.     

Bu Ratu, juga tak terlalu  menghiraukannya karna dia lebih fokus mengobrol dengan Arthur.     

Bu Ratu juga satu-satunya orang yang mengetahui jika Arthur adalah putra kedua dari keluarga Davies pemilik sekolah ini. Memang setatus Arthur sebagai salah satu putra pemilik sekolah ini tidak banyak yang tahu. Arthur sendiri yang meminta agar setatusnya dirahsiakan. Dia tidak ingin orang-orang menjadi sungkan kepadanya. Arthur bukanlah tipe orang yang gila hormat, tapi dia adalah tipe orang yang gila membunuh orang.     

"Pak Arthur, mari kita mengobrol di ruangan saya, ada banyak hal yang ingin saya bahas  bersama, Anda," ujar Bu Ratu.     

"Baik, Bu Ratu," sahut Arthur.     

Bu Ratu sangat bahagia dengan keberadaan Arthur di sekolah ini. Wanita berusia 40 tahun ini nampaknya sangat menyukai Arthur.     

Pria tampan yang usianya masih sangat muda ini benar-benar membuat hatinya bergetar.     

"Bu Ratu, saya lihat Anda ini sangat baik kepada saya, apakah Anda memang tipe orang yang seramah ini?" tanya Arthur sambil tersenyum tipis.     

"Tentu saja, Pak Arthur, saya ini memang tipikal orang yang ramah," jawab Bu Ratu.     

Mereka sedang berjalan menuju ruangan kepala sekolah, dan tiba-tiba datang seorang siswa yang tak sengaja menabraknya.     

Dan tepat di saat itu, Bu Ratu  menunjukan sikap arogannya.     

"Hay, kalau jalan itu tolong pergunakan mata baik-baik! Apa kau mau aku menghukummu!" ancam Bu Ratu kepada siswa itu.     

"Maaf, Bu Ratu, saya tidak sengaja," ucap siswa itu.     

"Saya tidak mau tahu, dan sekarang  cepat kamu Push-up sebanyak-banyaknya 10 kali!" perintah Bu Ratu.     

"Tapi, Bu—"     

"Cepat lakukan atau saya akan memberikan hukuman yang lebih parah lagi!" ancam Ratu     

Dan akhirnya anak lelaki itu mau menuruti perintah sang Kepala Sekolah.     

"Bagus saya akan menunggu kamu sampai selesai!" Bu Ratu berdiri sambil melipat kedua tangannya, dia menghitung setiap gerakan push-up si Anak Lelaki.     

"Jadi begini ya, tipikal orang yang ramah," sindir Arthur dengan senyuman selengeannya.     

"Ah maaf, Pak Arthur, saya melakukan hal ini karna saya ingin mengajarkan sikap disiplin kepada para siswa di sekolah ini," ujar Ratu.     

"Ah, baiklah, Bu Ratu, kalau begitu ayo kita pergi ke ruangan Anda, bukankah Bu Ratu, ingin mengobrol bersama saya?"     

"Ah, benar, Pak Arthur,"     

Lalu mereka pun masuk ke dalam ruang kepala sekolah.     

Mereka duduk bersama dan mengobrol, sembari meneguk secangkir teh.     

"Pak Arthur, sebenarnya usia kita ini memang sangat jauh, saya sudah kepala 4 dan Pak Arthur, baru kepala dua," Ratu berbicara dengan wajah agak malu-malu.     

"Lalu apa yang ingin, Bu Ratu, bicarakan kepada saya?" tanya  Arthur.     

"Ah, begini, Pak Arthur! Karna Anda terlalu muda bagi saya, apa saya boleh panggil Bapak, dengan sebutan nama saja?" tanya Ratu masih dengan tersenyum.     

"Nama? Kenapa harus begitu? Bukankah kita ini masih berada di lingkungan sekolah yang artinya kita harus terlihat formal?" tanya Arthur.     

"Ah, Pak Arthur  benar, kita bicara dan memanggil satu sama lain dengan nama, hanya saat kita mengobrol berdua saja. Jika di depan murid yang lain kita bicara secara formal," jawab Ratu.     

'Dasar, Wanita Tua, yang tidak tahu diri!' bicara Arthur di dalam hati.     

Meski Ratu belum mengatakan jika dia suka kepada Arthur, tapi Arthur sudah tahu jika Ratu itu jatuh cinta kepadanya.     

"Bagaimana, apa saya boleh memanggilmu 'Arthur' saja?"     

"Ah, terserah Bu Ratu, saja. Saya itu tidak pernah mempermasalahkan siapa pun memanggil nama saya,"  jawab Arthur.     

Tak ada obrolan serius yang mereka bicarakan di dalam ruangan itu. Bu Ratu malah bertanya-tanya tentang kehidupan Arthur saat ini. Dia bertanya soal kuliah dan lain sebagainya.     

Bahkan Bu Ratu juga bertanya tentang sesuatu yang sangat pribadi yaitu masalah asmara, tentu saja ini tidak ada sangkut pautnya dengan masalah pekerjaan.     

"Arthur, apa kau sudah punya pacar?" tanya Ratu sambil tersenyum malu.     

"Pacar? Ah tidak aku tidak punya pacar, Bu Ratu," jawab Arthur.     

"Wah, berarti ada kesempatan untuk saya," gumam Ratu dengan nada pelan.     

"Bu Ratu, bicara apa?" tanya Arthur.     

"Saya tidak bicara apa-apa, mungkin kamu hanya salah dengar saja, Arthur," jawab Ratu.     

Sebenarnya berada di dalam ruangan ini sangat menyebalkan bagi Arthur, dia sudah tak tahan untuk membunuh Ratu, tapi dia harus menahan semua itu. Agar orang-orang tidak curiga kepadanya, terutama Mesya. Walau Arthur sudah tahu jika pada akhir Mesya pasti akan mengetahuinya juga.     

Setidaknya dia ingin memberikan sedikit nafas bagi orang yang ada di sekolah ini terutama Ratu, dia akan menunggu sampai ada waktu yang tepat untuk membunuhnya.     

"Arthur, kau itu benar-benar sangat tampan dan berwibawa, kau memang sangat pantas menjadi putra keluarga Davies, selain wajahmu yang sangat tampan kau juga sangat ramah dan baik," puji Ratu.     

"Ah, Bu Ratu, ini terlalu berlebihan memuji saya," ujar Arthur.     

'David saja disukai oleh gadis cantik dan muda seperti Selena, dan Mesya, lalu kenapa aku di sukai oleh wanita tua yang sangat menyebalkan seperti ini,' rutuk Arthur di dalam hati.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.