Anak Angkat

Guru Baru



Guru Baru

0Tring....     
0

Bel istirahat telah terdengar, seluruh siswa keluar dari dalam kelas, mereka duduk di kantin dan sebagaian lagi duduk di taman sekolah.     

"Mesya, kita duduk di taman saja ya?" ajak Romi.     

"Iya, Rom," jawab Mesya.     

Romi dan Mesya menghampiri salah satu bangku taman yang kosong.     

Mereka tidak pergi ke kantin karna hari ini Romi membawa bekal, cukup untuk dimakan bersama Mesya.     

Ketika berada di taman itu, banyak sekali para siswi yang sedang membicarakan guru baru yang akan mengajar mata pelajaran olahraga di sekolah itu.     

Awalnya Mesya tak peduli, tapi dia mulai memperhatikan pembicaraan itu ketika beberapa dari mereka menyebut nama Arthur.     

"Guru olahraga baru itu bernama, Pak Arthur, dia sangat tampan dan masih sangat muda,"     

"Benar, namanya, pak Arthur, dia masih muda dan kudengar dia juga belum lulus kuliah,"     

"Wah jadi penasaran ingin bertemu dengannya!"     

"Aku juga, kata temanku dari kelas sebalah orangnya sangat tampan, tapi agak sedikit aneh,"     

"Aneh apanya?"     

"Dia sering tertawa tidak jelas, tapi tingkah anehnya itu tidak mengurangi ketampanan dari wajahnya haha!"     

"Ah dasar! Kau ini tidak bisa melihat orang tampan sedikit saja!"     

"Ah kalian juga!"     

Mesya terdiam sambil mendengarkan dengan seksama obrolan para gadis itu.     

"Apa benar, Kak Arthur, mengajar di sekolah ini? Rasanya tidak mungkin, tapi kenapa ciri-ciri yang mereka sebutkan sangat mirip dengan Kak Arthur?" gumam Mesya.     

"Sudahkah, Mesya, belum tentu yang mereka maksud itu kakakmu, di dunia ini ada banyak orang yang memiki nama, Arthur!" tegas Romi.     

"Ah, semoga saja apa yang kamu ucapkan itu benar, Romi,"  sahut Mesya.     

*****     

Jam mata pelajaran  ketiga, telah tiba.     

Mesya dan yang lainnya mulai bersiap untuk berganti pakaian, olahraga.     

"Mesya, kau sudah selesai?"     

"Sebentar, Romi!" sahut Mesya dari dalam toilet.     

Ceklek!     

Mesya keluar dari dalam toilet. Lalu dua anak itu pergi ke lapangan untuk mengikuti mata pelajaran jam ketiga, yaitu pelajaran olahraga.     

Mereka sudah berbaris di tengah lapangan, dan kembali Mesya mendengar para siswi yang sedang membicarakan guru olahraga.     

"Aduh rasanya tidak sabar untuk bertemu dengan guru baru kita!"     

"Iya, sama aku kemarin tak sengaja melihtanya mengajar di kelas sebelah, wajahnya sangat tampan, dia pria blasteran,"     

"Benar, aku juga pernah berpapasan dengannya,"     

Mesya hanya diam sambil memperhatikan apa yang sedang teman-temannya bicarakan itu. Pria yang mereka bicarakan itu memiliki ciri-ciri yang sangat mirip Arthur.     

Tak berselang lama, orang yang tengah mereka tunggu-tunggu datang juga, seorang pria tampan, gagah dan berpakaian olahraga, menghampiri mereka.     

Dan kekhawatiran Mesya pun terjadi, ternyata pria itu memang benar-benar Arthur sang Kakak.     

"Ah, sial! Kenapa dia berada di sini?" gumam Mesya dengan wajah yang kesal.     

"Mesya, ternyata dugaanmu memang benar, guru itu benar-benar, Kak Arthur," ucap Romi dengan wajah yang ketakutan.     

Romi dan Mesya tampak tak senang dengan kehadiran Arthur di sekolah mereka,     

tapi lain halnya dengan para siswi lainnya.     

Mereka menyambut gembira kedatangan Arthur.     

"Ya ampun ternyata, Pak Arthur itu sangat tampan,"     

"Iya benar-benar, sangat tampan!"     

"Aku yakin semakin sering bertemu denganku, pasti dia akan jatuh cinta kepadaku,"     

"Ah, kau ini terlalu percaya diri, di kelas ini ada banyak gadis cantik! Dia bisa menyukai siapa pun! Kau jangan terlalu percaya diri!"     

"Hey, kalian jangan bertengkar, Pak Arthur itu pasti akan jadi milikku!"     

"Hey, milikku!"     

"Milikku!"     

"Hey, sudah kalian jangan bertengkar!"     

Mesya hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar para siswi yang memperebutkan Arthur, sementara para anak laki-laki tampak biasa aja melihat kedatangan Arthur, malah sebagian dari mereka merasa kesal.     

"Halo, semuanya! Senang bisa bertemu dengan kalian! Perkenalkan nama saya, Arthur! Dan saya yang akan menggantikan guru olahraga yang baru saja mengundurkan diri!" ucap Arthur.     

'Guru olahraga mengundurkan diri? Hah, aku yakin ini adalah bagian dari rencana Arthur,' bicra Mesya di dalam hati.     

Salah seorang anak perempuan memberanikan diri untuk bertanya kepada Arthur.     

"Pak Arthur, sudah punya pacar belum?" tanya anak perempuan itu.     

Arthur pun tersenyum dengan ramah, kali ini dia sedikit mengurangi sikap aslinya. Senyuman selengean yang menjadi ciri khasnya kini sudah tidak lagi terlihat.     

"Aku masih lajang, barang kali ada yang mau mendaftar diri menjadi pasanganku?" ledek Arthur kepada siswi itu.     

Dan siswi yang lainnya pun berebutan untuk menjadi calon pacar Arthur.     

"Saya mau, Pak!"     

"Saya juga!"     

"Sama saya saja, Pak Arthur!"     

"Saya lebih cantik, Pak! Sama saya saja!"     

Mereka begitu mengidam-ngidamkan Arthur, dan tidak tahu sedikit pun betapa menyeramkamya Arthur yang sesungguhnya.     

***     

Setelah jam pelajaran olahraga selesai, Mesya segera menarik tangan Arthur dengan kasar.     

"Ayo, Kak! Ikut aku!" ajak Mesya.     

"Hey, Adik Cantik! Kenapa kau menarik tanganku?" gumam Arthur.     

"Ayo kita bicara sebentar!" ajak Mesya dan yang lainnya hanya bisa melihat kearah kakak-beradik itu dengan nanar.     

Tak banyak yang tahu jika Mesya dan Arthur itu bersaudara.     

"Mereka itu kenapa sih?"     

"Aku juga bingung, kenapa Mesya menarik tangan Pak Arthur begitu?!"     

"Sepertinya mereka kenal akrab ya?"     

"Ah, Mesya itu sangat menyebalkan, seenaknya dia menarik tangan, Pak Arthur!"     

"Aku juga kesal dengan gadis itu!"     

"Mentang-mentang anak dari pemilik sekolah ini, dia menjadi sangat belagu!"     

"Andai saja dia hanya anak biasa seperti kita! Pasti aku sudah mengahajarnya!"     

Mereka membicarakan Mesya di saat Mesya sedang pergi bersama dengan Arthur, mereka tak sadar jika di tempat itu ada Romi sahabat Mesya, yang artinya Romi bisa saja mengadukkan ini semua kepada Mesya, jika mereka telah membicarakan Mesya di belakang.     

Tentu Romi tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mengancam mereka semua.     

"Hey, kalian masih berani juga membicarakan Mesya!?" bentak Romi.     

Seketika para siswi itu terdiam, mereka baru menyadari keberadaan Romi di tempat ini.     

"Kalian ini tidak kapok ya? Apa kalian mau aku adukan hal ini kepada Mesya?" ucap Romi dengan nada mengancam.     

"Eh, tolong jangan katakan hal ini kepada Mesya, sungguh! Kami menyesal," ucap salah seorang gadis mewakili yang lainnya. Dan gadis yang lainya juga merengek kepada Romi agar tidak mengatakan hal ini semua kepada Mesya.     

Akhirnya Romi mau menuruti permintaan meremeka dengan catatan mereka tidak akan mengulangi perbuatan mereka lagi.     

***     

Sementara itu di gudang blyang sepi Arthur dan Mesya sedang berbicara empat mata.     

"Sebenarnya apa tujuanmu berada di sekolah ini, Kak?!" tanya Mesya dengan nada tinggi.     

"Hye, Adik Cantik, tidak sopan berbicara dengan nada tinggi, kepada kakakmu," ucap Arthur.     

bertele-tele.     

"Aku bertanya, bukan meminta di ceramahi!" sengut Mesya.     

"Aku tidak menceramahimu, tapi aku hanya mengingatkanmu, Mesya,"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.