Anak Angkat

Dilema Part2



Dilema Part2

0"Mesya, kenapa malah memarahiku? Yang harusnya marah kepadamu itu aku!" cantas David.     
0

"Kak, aku tahu, Kak David, marah karna melihat kedekatanku dengan Satria, tapi itu semua kulakukan demi keluarga ini, Kak! Bukankah, Kakak juga sudah tahu rencana kita semua sejak awal?!" Mesya berusaha menjelaskan.     

Tapi David masih belum bisa luluh, meski dia tahu apa yang dilakuka oleh Mesya ini karna terpaksa, tapi hatinya juga tak bisa di pungkiri terasa begitu sakit saat melihat Mesya dekat dan bermesraan dengan pria lain.     

"Kak, coba mengerti posisiku, Kak. Jangan membebani pikiranku dengan kau marah begini, aku tersiksa," Mesya berbicara sambil menggerak-gerakkan tubuh David.     

David masih enggan memandang wajah Mesya, dia kembali memalingkan wajahnya.     

"Kak," Mesya meraih tangan David, dan menggenggamnya dengan erat, kini wajah gadis itu tampak memelas dengan kedua mata yang mulai berkaca.     

"Aku mohon maafkan aku ...."     

Dia benar-benar tak tenang melihat David seperti ini.     

"Mesya, kembalilah ke kamar, nanti Ibu bisa tahu kalau kita sedang berduaan di sini," sergah David  tapi dengan nada bicara yang rendah.     

"Tidak mau! Aku tidak bisa tenang kalau, Kak David, masih marah kepadaku!" ujar Mesya.     

"Mesya, tolong kembali jangan membuat masalah lagi!" bentak David.     

"Aku tidak ingin membuat masalah, aku hanya ingin mendapatkan maaf dari, Kak David, aku tidak suka melihat Kak David, mengabiakanku ...." Kini air mata semakin deras menjatuhi pipinya.     

"Kau hanya tak tenang, Mesya, sementara hatiku masih terasa sakit saat mengingatmu berciuman dengan Satria tadi," ucap David.     

"Kak David, melihatku sedang berciuman dengan, Kak Satria?" tanya Mesya memastikan.     

"Iya, aku tak rela melihat gadis yang kucintai dicium oleh pria lain!"     

"Tapi aku terpaksa, Kak!"     

"Yah, aku tahu sekarang kau terpaksa melakukan hal itu, tapi bagaimana jika suatu saat nanti jika kau benar-benar jatuh cinta kepdanya?" tanya David.     

Mesya segera menggelengkan kepalanya.     

"Aku tidak menyukai, Kak Satria! Aku hanya menyukai, Kak David!" tegas Mesya, "dan lagi pula kau tahu apa alasanku mendekatinya, Kak?"     

David tediam sesaat.     

"Kak, andai saja kau bisa menjadi diriku sebentar saja, Kak, mungkin kau akan merasakan betapa sulitnya menjadi diriku, yang harus membawa beban ini, Kak," ucap Mesya penuh dengan emosi. Gadis itu tampak kecewa dengan  David, karna bersikap egois di hadapannya. Padahal dia melakuakn hal ini juga demi keluarganya. Bahkan David, sudah mengetahui rencana ini sejak awal, tapi masih saja dia tak mau mengerti bagaimana sulitnya di posisi Mesya.     

Melihat guratan  kekecewaan di wajah Mesya membuat David tak tega, apalagi Mesya juga menangis di hadapannya, dia bukanlah pria yang tak punya hati, walau sebenarnya dia masih kesal dengan tingkah Mesya tadi. Tapi David berusaha untuk membuang persaan itu. Lalu David memeluk Mesya.     

"Sudah jangan menangis, aku sudah memaafkanmu, Mesya," ucap David, "lagi pula ini juga bukan salahmu, tapi salahku,"     

"Benarkah?" Mesya langsung mengangkat wajah dengan mata berbinar.     

"Kak David  benar-benar sudah memaafkanku?" tanya Mesya memastikan.     

David mengangguk sambil tersenyum.     

"Iya, Mesya, apa kau juga bersedia memaafkanku?" tanya David.     

"Aku selalu memaafkan, Kak David, apa pun kesalahan, Kakak?" jawab Mesya dengan tegas.     

"Terima kasih, Mesya," David tersenyum sambil memeluk Mesya dan mengelus rambutnya pelan.     

***     

Kini Mesya merasa tenang karna sudah berbaikan dengan David. Dan kini dia juga bisa kembali ke kamarnya dengan tanpa beban.     

"Kak, aku ke kamar lagi ya? Aku harap, Kak David, juga segera tudur," ujar Mesya.     

"Mesya, tunggu!"  David menarik tangan Mesya.     

"Ada apa, Kak?" tanya Mesya.     

Cup....     

Tanpa berbasa-basi dia mendaratkan sebuah ciuman di bibir Mesya     

Bibir pria itu menggulum lembut bibir mungil gadis itu.     

Perasaan campur aduk menggelayuti pikiran Mesya. Dia tak tahu harus merasa bahagia atau harus merasa bersedih? Bahkan Mesya juga merasa jika dia itu seorang gadis yang murahan, karna  telah memberikan ciumannya kepada dua pria sekaligus dalam satu hari.     

Tapi dia tak bisa menolak semua ini.     

Dan yang membuat hati Mesya semakin  dilema karna sekarang dia sudah mengenal Satria lebih dalam.  Dan dengan mengetahui jika Satria itu orang yang baik, Mesya pun juga di hantui dengan perasan bersalah.     

'Sekarang aku sudah mempermainkan perasaan, Kak Satria, padahal Kak Satria, itu juga orang yang baik. Aku tidak mau mempermainkan perasaan orang yang sudah tulus kepadaku     

Tapi kalau aku membalas perasaan Kak Satria, itu artinya aku juga mempermainkan perasaan, Kak David, dia juga orang yang tulus mencintaiku, dan terlebih dia adalah cinta pertamaku,' bicara Mesya di dalam hati     

Tak berselang lama mereka mendengar langkah kaki dari lantai bawah, dengan segera David melepaskan Mesya dan menyuruhngnya untuk bersembunyi.     

"Ayo, Mesya! Cepat sembunyi!" sergah David.     

Terlihat Arumi sedang berjalan menuju dapur.     

"Ibu, akan memasak untuk sarapan," ucap Mesya.     

"Iya, aku tahu, kau harus kembali ke kamarmu secepatnya     

," bisik David.     

"Baiklah, Kak," Dengan langkah pelan dia memasukki kamarnya lalu mengunci pintu rapat-rapat.     

***     

Pagi talah tiba, kali ini Mesya bangun reambat, karna semalam tak bisa tidur memikirkan David. Dia baru bisa tidur setelah masalahnya dengan David sudah selesai.     

Matanya masih terasa sulit  untuk terbuka. Tapi dengan telaten Arumi datang dan membangunkan Mesya.     

"Ayo bangun, Sayang... sudah pagi, sudah saatnya untuk berangkat ke sekolah," bisik Arumi seraya menggerak-gerakan tubuh Mesya.     

Perlahan Mesya membuka matanya yang masih terasa sepat.     

"Hoam ...." Mesya segera menutup mulutnya.     

"Maaf, Bu,"     

"Iya, tidak apa-apa, Sayang,"     

"Bu, aku masih mengantuk, boleh tidak hari ini aku bolos sekolah?"     

"Bolos sekolah?"     

"Iya, aku berjanji besok akan memperbaiki semuanya termasuk seluruh mata pelajaran yang tertinggal," ujar Mesya.     

Ini adalah pertama kalinya Mesya mengatakan dia ingin bolos sekolah, padahal selama ini Mesya tak pernah satu kalipun bolos sekolah.     

Dan entah karna alasan apa, tiba-tiba Mesya ingin libur, tentu saja hal ini membuat Arumi merasa heran.     

"Kenapa kau ingin bolos sekolah? Apa kau sedang sakit?" Arumi memegang kening Mesya.     

"Tidak, Bu. Aku hanya mengantuk berat," jawab Mesya.     

"Mengantuk? Ini tidak biasanya?" Arumi menunjukkan rasa herannya.     

"Sungguh, Bu, aku benar-benar mengantuk,"     

"Apa semalam kau tidak tidur?"     

Mesya menganggukkan kepalanya.     

"Iya, Bu. Aku semalam tidak bisa tidur karna memikirkan Satria, Bu, pria itu menciumnya lagi," bicara Mesya.     

"Apa?! Dia menciumu?"     

"Benar, Bu,"     

"Dasar, Bajingan!" Arumi tampak murka, tapi setelah itu dia tersenyum lagi, "bagus, ini berarti kau harus lebih menunjukan pesonamu, Mesya! Buat dia tergila-gila, dan sampai tak bisa terlepas darimu," perintah Arumi.     

"Baiklah, Bu,? " Mesya menganggukan kepalanya.     

"Hari ini, Ibu akan memberimu izin untuk tidak ke sekolah,"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.