Anak Angkat

Kecemburuan David



Kecemburuan David

0Mesya keluar dari dalam mobil itu, lalu perlahan memasuki gerbang.     
0

Mesya dikagetkan oleh keberadaan David yang sudah berdiri di balik gerbang.     

"Kau baru pulang?" tanya David.     

"Eh, Kak David, mengagetkanku saja," ujar Mesya.  Tak sadar gadis itu masih memegangi bibirnya yang baru saja dicium oleh Satria.     

"Kenapa dengan bibirmu?" tanya David.     

Seketika Mesya langsung tersentak, "Ti-ti-dak, Kak!" Mesya menjawabnya dengan suara terbata-bata.     

David menatap kaku, sepertinya dia sudah mencurigai jika ada yang disembunyikan oleh Mesya.     

"Apa Ibu, dan Ayah, juga sudah pulang?" tanya Mesya.     

"Iya, kami baru saja pulang. Dan kami menunggu kedatanganmu untuk makan malam bersama," jawab David.     

"Maaf, Kak, aku sudah membuat kalian menunggu," ujar Mesya. "Kenapa kau tidak bicara kepada kami  jika kau sedang pergi bersama dengan Satria?" desak David.     

"Maaf, Kak David. Aku tidak sempat berbicara kepada kalian,"     

"Baiklah kalau begitu, ayo kita masuk, kasihan yang lain sudah menunggu sejak tadi," ajak David.     

Mesya berjalan cepat di belakang David, Mesya ragu-ragu memandang wajah sang Kakak.     

'Apa, Kak David itu sedang marah kepadaku, ya?' bicara Mesya di dalam hati.     

David yang memasang wajah dingin terlihat jelas jika pria itu sedang cemburu kepadanya.     

Selain itu Mesya juga merasa sangat bersalah karna telah berciuman dengan Satria di belakang David.     

Selama ini David, tak pernah sedikitpun menghianatinya, tapi kali ini justru malah Mesya yang sudah menghianati David. Tapi ini buka kemauannya, tapi hal ini sudah direncanakan sejak awal oleh keluarganya.     

"Hay, Sayang! Kau baru pulang?" sapa Arumi.     

"Iya, Bu," Mesya tersenyum tipis sambil menundukkan kepalanya sesaat.     

"Yasudah, ayo duduk dulu, Sayang, kita bicarakan pelan-pelan," ucap Arumi.     

"Baik Bu,".     

Mesya duduk dengan rapi, sambil menaruh kedua tangan di atas meja.     

"Nak, lain kali jangan lakukan itu lagi ya, Ayah dan Ibu sangat khawatir, kau pergi secara tiba-tiba, tanpa memberitahu kami," ujar Charles.     

"Maaf, Ayah, aku tadi tak sempat memberikan kalian kabar. Karna Satria, mengajakku pergi secara tiba-tiba saja, Ayah," jelas Mesya.     

"Lalu bagaimana acara kencanmu dengannya?" tanya Arumi.     

"Seperti biasa, kencan kami berjalan lancar, Ibu," jawab Mesya.     

"Bagus, Sayang, kau harus bisa membuatnya tergila-gila kepadamu, sampai dia yakin akan menikahimu!" ucap Arumi.     

Charles juga tersenyum menanggapi ucapan istrinya, mereka merasa jika langkahnya sudah dekat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Begitu pula dengan Arthur, anak lelaki itu juga tersenyum dengan keberhasilan Mesya.     

'Kalau sampai kau berhasil mendapatkan kitab kuno itu, maka langkahku untuk menguasai sekte ini semakin dekat, kau akan kubunuh serta kitab itu akan kurebut,' bicara Arthur di dalam hati.     

Dalam meja makan itu hanya David, yang sama sekali tak terlihat tak senang melihat hal ini, tentu saja karna rasa cemburu.     

David sebenarnya tahu jika Mesya dan Satria baru saja berciuman di dalam mobil. Hanya saja dia tak ada niat sedikit pun untuk bercerita kepada yang lainnya. Dia memendamnya sendirian sebagai beban.     

Mensadak David membenci Mesya, bahkan dia sampai malas melihat wajah Mesya. Walau David sendiri tahu jika apa yang dilakukan oleh adiknya ini karna sebuah misi.     

Tapi tetap saja David tak rela melihat gadis yang ia cintai berciuman dengan pria lain.     

Dengan hati yang penuh kekesalan dan terbakar api cemburu, David mempercepat laju pisau dan garpu di tangannya. Dia segera menghabiskan makan malamnya agar bisa segera masuk ke dalam kamar.     

"Ibu, Ayah, aku ke kamar duluan, aku sudah selesai makan," ucap David dengan wajah datarnya.     

"Baiklah, Sayang, silakan istirahat," sahut Arumi.     

David mengangguk lalu berlalu pergi.     

Mesya melihatnya dengan nanar.     

'Pasti, Kak David, sedang marah kepadaku,' bicara Mesya di dalam hati.     

"Ibu, Ayah, apa aku juga boleh masuk ke kamarku?" tanya Mesya.     

"Loh, kau, 'kan belum selesai makan, Sayang?" tanya Arumi.     

"Tapi, aku tadi sudah makan bersama, Satria, Bu. Perutku benar-benar sudah terasa penuh," Mesya berbicara sambil mengusap-usap perutnya.     

"Yasudah kalau begitu, langsung tidur ya, Sayang," ujar Arumi.     

"Baik, Bu,"     

Mesya meninggalkan ruang makan itu dan segera naik ke lantai atas.     

***     

Mesya tidur tengkurap di atas kasur, sambil menatap layar ponselnya.     

[Kak David, marah ya?] tulis Mesya dalam sebuah pesan.     

Mesya masih menatap layar ponsel dan berharap agar David segera membalasnya.     

Tapi tak ada apa-apa dengan ponselnya, masih tenang dan tanpa ada notifikasi pesan balasan.     

"Ah, dia tidak membalas pesanku," Mesya bergumam sambil berdecak kesal.     

Tak sabar menunggu balasan dari David Mesya kembali mengirimkan pesan.     

[Kak, aku minta maaf, aku tidak bermaksud menghianati, Kakak, tapi Kak David tahu, 'kan jika aku sedang menjalankan tugas,] tulis Mesya.     

Kemudian dua centang abu-abu dalam pesan itu pun berubah menjadi centang biru, yang artinya pesan telah dibaca oleh David.     

Mesya tampak gembira melihatnya, dia tak sabar menunggu balasannya dari David.     

Tapi sayang sungguh di sayang, tak ada balasan apa pun dari David.     

"Yah, sudah dibaca tapi kenapa tidak di balas?" Mesya mulai uring-uringan menunggu balasan pesan dari David.     

David benar-benar membuat Mesya merasa tak tenang. Hampir sepanjang malam itu Mesya tak bisa tidur nyanyak.     

Berkali-kali dia melihat kearah ponselnya tapi David tak membalas pesannya.     

***     

Saat ini sudah pukul 04:00 Mesya keluar dari kamarnya, dia hendak menemui David.     

Seluruh keluarga mesih tertidur pulas, ini adalah kesempatan terbaik bagi Mesya untuk menemui David.     

Sudah sampai di depan kamar David, tapi Mesya melihat pintu kamar itu tidak terkunci dan terbuka sedikit.     

Mesya menyelinap masuk ke dalam, tapi tak ada David di dalam kamar itu.     

"Kak David, kemana?" Mesya mengecek bagian kamar mandi dan yang lainnya, tapi tak ada. Mesya keluar lagi, dan menutup kembali pintu kamar David.     

Dia mengecek bagian balkon lantai atas. Karna setahunya David sering menghabiskan waktunya di tempat itu. Dia memang sering menyendiri terutama saat hatinya sedang gundah.     

Mesya mulai berjalan mendekat, dan ternyata benar, David ada di tempat itu.     

Tercium aroma rokok yang menyengat, membuat Mesya yakin untuk berjalan lebih dekat lagi.     

"Kak David sedang apa di tempat ini?" tanya Mesya.     

Dia melihat David tengah duduk menatap luar rumah sambil menghisap sepuntung rokok.     

"Sejak kapan Kakak, merokok?" tanya Mesya.     

David menoleh kearah Mesya dengan wajah dinginnya.     

"Kenapa kau kemari?" tanya David agak sinis.     

"Kak David, kenapa tidak membalas pesan dariku?" tanya Mesya.     

"Aku sedang sibuk!" jawab David dengan ketus.     

"Sibuk duduk di tempat ini sambil menghisap rokok?" sindir Mesya.     

"Kembali ke kamarmu sebelum Ibu, datang!" sergah David.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.