Anak Angkat

Karna Rasa Bersalah



Karna Rasa Bersalah

Selena mulai mendekati David, secara diam-diam, dia ingin tahu apa yang akan dilakukan David di kedai yang sedang tutup itu.     

Selena terpaksa melihatnya secara diam-diam dia tak mau David mengetahuinya, karna takut David akan marah kepadanya jika mengetahui Selena tengah mengikutinya.     

Tak berselang lama, seorang gadis menghampiri David.     

"Hey, David, sedang apa di sini?" tanya Salsa.     

"Eh, tadinya aku ingin  mampir ke kedaimu, tapi malah tutup," jawab David.     

"Iya, David, aku tadi sedang berbelanja untuk keperluan kedai, jadi aku terpaksa menutupnya untuk sementara waktu," jelas Salsa.     

"Owh, begitu ya,"     

"Iya, David. Dan kau tahu tidak kalau aku sudah membelanjakan uang yang kauberikan kepadaku kemarin,"     

"Baguslah, aku seneng mendengarnya, setidaknya uang itu dapat berguna untukmu, Salsa,"     

"Iya, Dav. Dan berkat uangmu itu, aku juga akan menyewa ruko yang terletak di sebelah rukoku yang sekarang,"     

"Benarkah? Kalau kau masih butuh uang lagi aku bisa memberikanya untukmu, Salsa,"     

"Tidak perlu, David. Yang ini saja sudah cukup, aku sudah sangat besyukur atas pemberianmu ini,"     

"Benarkah?"     

"Yah, tentu saja!"     

"Salsa, aku pikir duduk mengobrol di restoran akan lebih tenang ketimbang berdiri di tempat ini," usul David.     

"Baiklah, kalau begitu!"     

Salsa pun menuruti ajakkan David, dan mereka duduk di sebuah restoran, tempat yang kemarin mereka singgahi.     

Semangat itu Selena, sekertaris dari David pun mulai mengikutinya lagi. Diam-diam dia juga masuk ke dalam restoran.     

'Jadi benar kalau, Pak David, itu menemui wanita si pemilik kedai?' Selena menggelengkan kepalanya seraya berdecak heran.     

Tentu saja dia merasa kesal dengan keberadaan Salsa di samping David.     

'Pantas saja, dia tidak mau pergi bersamaku, rupanya dia lebih memilih gadis kampung ini,' batin Selena.     

Setelah mengobrol beberapa menit bersama David, Salsa pun berpamitan untuk pergi.     

"Aku lupa kalau aku harus membelikan obat untuk Ibu," tukas Salsa.     

"Memangnya, Ibumu sedang sakit apa?"     

"Sebenarnya tidak sakit, tapi memang dia harus mengonsumsi obat tertentu untuk  menjaga kesehatannya,"  jelas Salsa.     

"Apa perlu aku antarkan?" "Tidak usah, David! Aku bisa pergi sendiri saja," jawab Salsa.     

"Ya sudah aku menghargai keputusanmu, hati-hati ya," tukas David sambil tersenyum.     

Lagi-lagi David tersenyum di hadapan Salsa, tentu saja hal itu membuat hati Salsa sedikit bergetar.     

Tapi dia terus menyangkal akan datangnya benih-benih cinta yang kembali muncul.     

Tapi ada satu hal yang membuat Salsa merasa penasaran kepada David.     

"David, boleh aku bertanya sesuatu?"     

"Kau mau bertanya apa?"     

"David, kenapa kau baik sekali kepadaku?"     

"Kenapa kau bertanya soal ini lagi?"     

"Seingatku aku baru pertama kali ini bertanya kepadamu,"     

"Benarkah?"     

Salsa tertawa, "Iya, David,"     

"Baik, karna kau bertanya aku akan mengatakan alasanku sekarang. Dan aku melakukan ini semua karna aku ingin menebus kesalahanku dulu," jelas David.     

"Jadi karna itu kau berbuat baik kepadaku?"     

"Iya, aku benar-benar merasa bersalah kepadamu, Salsa, aku sudah menolak cintamu, dan sudah membuat hidupmu dalam ketakutan," ujar David.     

Salsa tersenyum, sekali lagi dia dibuat takjub oleh perubahan sikap David.     

"Kenapa kau malah tersenyum lagi? Apa ucapanku ada yang lucu?" tanya David heran.     

"Tidak, hanya saja aku merasa senang melihatmu seperti ini, David. Mesya benar-benar hebat, karna bisa mengubah dirimu menjadi orang yang berbeda!" puji Salsa.     

David mengangguk.     

"Yasudah kalau begitu aku pergi dulu ya, sampai bertemu besok!" ujar Salsa sambil melambaikan tangannya.     

"Salsa! Tunggu!" teriak David.     

"Ada apa lagi?"     

"Salsa, boleh aku minta nomormu?"     

"Oh iya! Tentu saja!" Salsa menyodorkan ponselnya.     

Lalu David menyalin nomor itu di ponsel miliknya.     

"Sudah ku simpan terima kasih, Salsa,"     

"Sama-sama, David, nanti kau kabarin saja, biar aku juga bisa menyimpan nomormu,"     

"Aku sedang menelponmu sekarang," tukas David.     

"Hah?" Salsa melirik kearah ponselnya yang sedang bergetar.     

"Baik sudah masuk dan sekarang juga sudah kusimpan," Salsa kembali memutar balik langkahnya, "sampai jumpa lagi, David!" Salsa melambaikan tabahnya, dan David menganggukan kepalanya.     

David juga kembali duduk di kursi pelanggan restoran ini. Dan dia kembali menyantap makanan pesannya.     

***     

Semantara itu Selena mulai mengikuti Salsa. Tentu ada banyak hal yang ingin dia ketahui tentang Salsa.     

Terlebih David terlihat sangat akrab terhadap Salsa.     

"Hay, tunggu!" teriak Selena.     

Mendengar seseorang yang sedang memenaggilnya, Salsa pun menoleh.     

"Iya, apa Anda manggil saya?" tanya Salsa.     

"Tentu saja aku memanggilmu? Memangnya aku melirik orang lain!?" sengut Selena.     

Salsa mengernyitkan dahinya. Dia merasa heran dengan kedatangan wanita yang tak ia kenal dan tiba-tiba berbicara dengan nada yang kasar.     

"Maaf, Anda, siapa?" tanya Salsa.     

Gadis itu mengulurkan tangannya kearah Salsa, "Perkenalkan nama saya, Selena, dan saya adalah calon istrinya, David!" tegas Selena.     

"Calon istrinya, David?" Salsa hampir tertawa mendengarnya. Karna terlihat jelas jika gadis ini sedang berbohong kepadanya.     

Salsa sudah mengenal David sejak lama, tentu saja dia mengetahu banyak hal tentang David.     

Pria itu bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta. Apalagi dengan wanita seperti yang ada di hadapannya.     

"Kenapa wajahmu terlihat sangat aneh begitu? Kau tidak percaya dengan ucapanku ya?" tukas Selena.     

"Ah, tidak, aku sedang buru-buru, jadi aku harus pergi sekarang!" sahut Salsa dan dia langsung pergi meninggalkan tempat itu.     

Selena merasa sangat kesal dengan sikap Salsa.     

"Ah, sial! Hey tunggu!" teriak Selena. Dia menarik tangan Salsa dan memaksanya untuk mau berbicara kepadanya.     

"Ayo bicara denganku!"     

"Tapi aku sedang ada urusan!" bentak Salsa.     

"Aku tidak peduli, aku ingin berbicara hal penting denganmu ... siapa namamu?"     

"Hmm namaku, Salsa!" jawab Salsa dengan malas.     

"Ayo ikut aku!"     

"Hey! Aku sedang ada urusan!"     

"Aku tidak peduli! Ayo ikut aku Salsa!" paksa Selena.     

"Ih dasar, Gadis Gila!" umpat Salsa. Tapi Selena tak perduli dan dia tetap menarik tanya Salsa dengan kasar.     

Selena mengajak Salsa berhenti di sebuah bangku taman yang agak sepi.     

"Ayo duduk sini!" perintah Selena kepada Salsa.     

"Untuk apa kau mengajakku kemari?" sengut Salsa.     

"Aku sudah bilang kalau aku ingin berbicara kepadamu, Salsa!"     

"Baik, sekarang cepat kau ingin bicara soal kepadaku!" bentak Salsa.     

"Tolong bicara dengan nada rendah kepadaku, Salsa!"     

"Hah, untuk apa aku berbicara dengan nada rendah kepada gadis yang tidak ada sopan santunnya kepadaku?!" sahut Salsa.     

"Ah, terserah kau saja! Yang terpenting aku ingin bertanya kepadamu, apa hubunganmu dengan, David?" tanya Selena.     

"Untuk apa kau bertanya hal itu kepadanya?" Salsa bertanya balik.     

"Hey aku bertanya kepadamu! Kenapa kau malah bertanya balik kepadaku!?" cantas Selena.     

Salsa pun tak mau kalah, dia kembali menanggapi pertanyaan Selena dengan nada tinggi.     

"Memangnya kenapa kalau aku bertanya balik? Aku juga mau tahu apa tujuanmu bertanya hal itu kepadaku!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.