Anak Angkat

Staf Pengajar



Staf Pengajar

0"Terima kasih, Salsa, semoga saja Tuhan, mengabulkan doamu sehingga aku dan Mesya, bisa bersatu," ucap David penuh harap.     
0

"Kau juga percaya dengan adanya, Tuhan?" ledek Salsa.     

"Tentu saja, walau aku tak begitu mengenalnya, tapi aku tahu jika Tuhan itu ada," ucap David.     

Salsa tersenyum lagi. Benar-benar Mesya sudah mengubah David.     

Andai saja David itu seperti ini sejak dulu, mungkin Salsa tidak akan melarikan diri sampai ke Surabaya.     

Dan tentunya dia pasti akan tetap mengejar cintanya kepada David. Tapi sayang keadaan dulu tak seperti keadaan saat ini, dan sekarang David juga sudah mengatakan secara terang-terangan jika dia dan Mesya saling mencintai.     

Memang ada sedikit rasa cemburu di hati Salsa, tapi Salsa tak bisa berbuat apa-apa.     

Melihat David bahagia saja, dia juga turut bahagia. Lagi pula dia sudah membuang perasaan cintanya sejak dia mengetahui tentang rahasia keluarga Davies.     

"David, sudah malam aku harus pulang, pasti kedua orang tuaku sedang mencariku," ucap Salsa sambil berdiri dari atas kursinya.     

"Baiklah, aku tadi sudah berjanji tidak akan mengantarkanmu, jadi kau pulang sendiri saja ya," jawab David.     

Salsa tersenyum sesaat, "Maafkan aku soal yang tadi, David. Karna jujur aku itu masih trauma denganmu," jawab Salsa.     

"Ah, sudahlah jangan bicara begitu lagi,"     

"Baik," Salsa pun mengangguk sambil tersenyum, "sekali lagi aku ucapkan terima kasih, David,"     

"Iya, sama-sama!"     

Lalu Salsa meninggakan tempat itu, lalu David pun juga bergegas kembali ke hotel lagi.     

Bertemu dengan Salsa sedikit mengusir rasa jenuhnya. Kini beban dalam pikirannya sedikit menghilang. Tidak seperti tadi yang masih saja memikirkan Mesya.     

Ceklek!     

Dia membuka pintu kamarnya.     

Hoam....     

David mengusap kedua matanya, sudah terasa berat, dan dia ingin sekali terlelap.     

***     

Esok harinya semua anggota keluarga Davies sudah berkumpul di meja makan. Keculi David.     

Mesya juga mulai bergabung bersama mereka, seperti biasa dia selalu saja datang telat.     

"Sayang, ayo cepat makan, nanti keburu dingin!" ujar Arumi.     

Mesya melihat kotak makan dari restoran yang berbeda.     

"Ibu, ini dari restoran yang berbeda ya?" tanya Mesya.     

"Iya, Sayang. Kemarin Ibu lihat kau sudah mulai bosan dengan makanananmu, jadi Ibu membelikan dari restoran yang lain," jelas Arumi.     

Tentu saja wanita itu sedang beralibi. Karna makanan yang ada di dalam kotak itu bukan dari restoran yang di maksud, melainkan makanan yang di masak sendiri oleh Arumi.     

Hanya saja dia membungkusnya dengan kotak makanan yang sudah ia pesan khusus dari restoran favorit Mesya.     

"Terima kasih, Ibu. Karna sudah memperhatikan ku," tukas Mesya sambil tersenyum.     

"Iya, Sayang," Arumi juga membalas senyuman Mesya.     

Sementara Arthur menatap wajah Mesya dengan sinis.     

Arthut selalu saja cemburu melihat Arumi yang semakin memanjakan Mesya.     

Sambil menyendok makanannya, Mesya melirik kearah kursi tempat duduk David. Dia membayangkan David yang tengah duduk di tempat itu, dan sedang memotong daging lalu tersenyum kepadanya.     

'Kak David, sedang apa sekarang? Aku merindukannya,' bicara Mesya di dalam hati.     

***     

Tiba saatnya berangkat sekolah, seperti biasa Charles yang mengantarkannya.     

Tapi kali ini Arthur ikut bersama dengan Mesya.     

Entah karna alasan apa dia tiba-tiba ingin berangkat ke kampus dqn minta diantarkan oleh sang Ayah.     

Ckit....     

Mobil berhenti tepat di depan sekolah.     

"Aku berbakat dulu Ayah," ucap Mesya.     

"Baiklah, Nak! Hati-hati, kalau ada yang berani macam-macam bilang saja kepada, Ayah!" ucap Charles.     

"Baik, Ayah!" sahut Mesya.     

Gadis itu pergi meninggalkan Charles dan Arthur.     

"Ayah, apa aku boleh mengajar olahraga raga di sekolah ini?" tanya Arthur.     

Charles tampak heran mendengarnya, karna terasa aneh tiba-tiba saja Arthur mengatakan hal ini kepadanya.     

"Apa rencanamu?" tanya Charles.     

"Rencana? Kenapa, Ayah bertanya kepadaku seperti itu?"     

"Tentu saja, Ayah bertanya begitu, karna ini terasa aneh. Tidak mungkin kau tiba-tiba ingin mengajar sebagai guru olahraga tanpa tujuan tertentu!" tuduh Charles.     

Lalu Arthur malah tersenyum dengan gaya khasnya.     

"Aku ingin mendapatkan kebahagian di sekolah ini, Ayah," jawab Arthur.     

"Kebahagian seperti apa?"     

"Ayah, kenapa masih mempertanyakannya? Tentu saja membunuh orang?" jelas Arthur, "aku rindu akan hal itu, semenjak aku dan Kak David, tidak lagi berada di sekolah ini. Tak ada kabar yang menggemparkan seisi sekolah, aku ingin melihat orang-orang panik gara-gara mendengar kabar jasad yang dimutilasi!" jelas Arthur dengan detail.     

"Kau yakin hanya itu tujuanmu?" desak Charles.     

"Memang apa lagi? Tentu saja hanya itu tujuanku, Ayah!" tegas Arthur.     

"Tapi aku masih meragukan hal itu, Arthur! Aku takut jika kau hanya akan menggunakan ini sebagai alasan, dan tujuan utamamu berada di sekolah ini untuk mencelakai Mesya!" tuduh Charles.     

"Tidak!" tegas Arthur, "tolong percaya kepadaku, Ayah. Aku tidak akan mencelakai Mesya,"     

Charles melirik sinis kearah Arthur. Tentu saja dia tak mau mempercayai Arthur begitu saja, terlebih setelah apa yang di lakukan Arthur terhadap Mesya dulu.     

Hampir saja Mesya terbunuh kerna kecelakaan di eskalator pusat perbelanjaan. Dan itu semua karna ulah Arthur.     

Meski dia dan Arumi sudah memberikan hukuman yang berat, serta Arthur juga sudah berjanji kepadanya untuk tidak lagi mengulangi perbuatan itu, tapi tetap saja Charles tidak bisa mempercayai Arthur sepenuhnya.     

"Ayolah, Ayah, perbolehkan aku untuk tetap berada di sekolah itu," pinta Arthur.     

"Tidak!" tegas Charles.     

"Kumohon Ayah, biarkan aku berada di sekolah itu dan aku akan menjadi salah satu staf pengajar di sana!"     

"Ayah, belum bisa mempercayaimu sepenuhnya, Arthur!"     

"Percaya kepadaku, Ayah! Aku tidak akan mencelakai Mesya, dan keberadanku di sekolah ini murni karna aku ingin bermain-main kepada para siswa yang nakal di sini,"     

Meski sang ayah terus menolak keinginannya itu, tapi Arthur tak menyerah, dia melakukan berbagai cara agar sang ayah mau mengizinkaknya menjadi salah satu staf pengajar di sekolah ini.     

"Ayah, percayalah aku akan menjaga Mesya di sini. Dan aku akan memantau serta memberikan pelajaran kepada siapa saja yang sudah mengganggu adik tersayangku itu!" ucap Arthur dengan penuh keyakinan.     

"Menjaga? Apa kau bilang? Kau akan menjaga, Mesya?" Charles memicingkan ujung bibirnya mentap Arthur.     

"Ayolah, Ayah! Percaya padaku. Aku memang pernah memiliki niat buruk kepada, Mesya, tapi sekarang tidak, dan aku akan menjaganya karna dia sudah mulai menjalankan tugasnya dengan baik. Jadi aku harus menjaganya agar dia tetap hidup, toh itu juga demi kebaikan kita semua!" pungkas Arthur.     

Charles pun mulai mempercayai ucapan Arthur. Dia mulai berpikir jika apa yang diucapkan oleh Arthur ini ada benarnya. Mungkin tidak ada salahnya jika dia mengizinkan Arthur berada di sekolah ini.     

"Bagaimana, Ayah, apa Ayah akan mengizinkanku mengajar di sekolah ini?" tanya Arthur.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.