Anak Angkat

Sekolah Menengah Atas



Sekolah Menengah Atas

06 tahun kemudian.     
0

"Mesya, tidak terasa ya, sekarang putri Ibu yang cantik ini sudah kelas 3 SMA," ucap Arumi penuh bangga.     

"Iya, Bu," jawab Mesya sambil tersenyum.     

Arumi membelai rambut putrinya.     

"Sayang, sekarang di sekolah ini hanya kau yang tersisa, tidak ada David atau pun Athur yang bisa menjagamu, kami menyerahkan kebebasan untukmu, jadi kau harus bisa menjaga dirimu baik-baik," ucap Arumi.     

"Baik, Bu, percayalah kepadaku, jika aku bisa menjaga diriku baik-baik," jawab Mesya.     

"Meski begitu, kau tetap boleh berbicara dengan Ayah, jika ada yang berani menghanggumu," ucap Charles.     

"Ayah, tidak usah khawatir, dan aku mohon tolong jangan ikut campur urusan pertemananku lagi, Ayah!" pinta Masya.     

"Hay, Mesya! Kau tak boleh berbicara sekasar itu kepada, Ayah!" ujar Arthur yang tak suka dengan sikap Mesya.     

Mesya agak sedikit menundukkan kepalanya.     

"Maafkan aku, Ayah, jika aku sudah berbicara dengan nada tinggi. Tapi aku benar-benar tidak suka jika Ayah masih saja mengurusi tentang pertemananku," ucap Mesya.     

"Kami mengurusi pertemananmu karna kami sangat menyayangimu, Mesya," ucap Charles.     

"Apa yang Ayah-mu katakan itu benar Mesya, sejak dulu kau selalu saja bermasalah dengan teman-temanmu," imbuh Arumi.     

"Tapi itu dulu, Bu. Aku jamin sekarang tidak akan ada lagi yang berani menggangguku, aku ini gadis yang kuat!" Mesya meyakinkan kedua orang tuanya.     

Mesya hanya ingin kehidupan SMA-nya tidak dihiasi dengan teror pembunuhan bantai seperti yang sudah-sudah.     

"Kami tidak akan membunuh teman-temanmu, jika mereka tidak mengganggumu, Mesya!" ucap Charles.     

Meski merasa tak nyaman dengan kasih sayang kedua orang tuanya yang berlebihan, tapi Mesya tak bisa melawannya.     

"Baik, Ayah, aku tidak bisa lagi berbuat apa-apa, jika mereka memang menganggu, aku hanya pasrah. Dan itu menjadi urusan, Ayah,"  ucap Mesya.     

Dia tak bisa berbuat apa-apa, toh apa pun keputusan orang tuanya memang tak bisa diganggu-gugat. Kini Mesya mulai bisa menjadi  anak yang penurut dalam keluarga ini, walau belum bisa sepenuhnya.     

***     

Perlahan Mesya melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah.     

Semua pandangan tertuju kearahnya, penampilannya yang terlihat begitu mencolok dan berbeda dari siswi lain, membuat semua pasang mata enggan berkedip.     

Semua anak lelaki tampak terpesona melihat kecantikan Mesya. Dia sangat berbeda dari Mesya yang sebelumnya.     

Seragam sekolah barunya membuat penampilan Mesya terkesan lebih cantik dan dewasa.     

Mesya sudah terbiasa dengan pandangan ini, bahkan jika ada yang akan membicarakannya karna rasa iri pun tidak masalah. Dia tidak mau ambil pusing, atau jika memang harus berurusan dengannya Mesya juga siap.     

Mesya sudah menguasai ilmu bela diri yang diajarkan oleh David, tak ada yang ia takutkan selama orang tuanya tidak tahu siapa yang sudah mengganggunya. Jika berurusan dengan Mesya langsung, maka para anak nakal itu hanya akan mendapatkan pelajaran dari Mesya. Lain halnya jika sudah diketahui oleh kedua orang tua Mesya, maka bukan hanya pelajaran yang akan mereka dapatkan tapi kematian yang teragis.     

"Mesya," teriak Romi.     

"Eh, Romi! Kau baru saja datang?"     

"Iya, Mesya! Kau terlihat berbeda, kau cantik sekali!" puji Romi.     

"Terima kasih, Romi! Tapi kau juga terlihat berbeda dan sedikit lebih dewasa dari sebelumnya," puji Mesya.     

"Yah aku, 'kan sudah kelas tiga sekarang, aku ingin terlihat lebih dewasa!" jawab Romi.     

"Termasuk mengganti model rambutmu?"     

"Yah, begitulah haha!"     

Mesya dan Romi berjalan secara bersamaan, mereka terlihat akrab seperti biasanya.     

Tentu saja hal itu membuat siswa-siswi mulai membicarakan mereka.     

Lagi-lagi kejadian saat SMP terulang kembali, mereka mengira jika Romi dan Mesya itu berpacaran. Kerna sejak kelas satu SMA hingga sekarang mereka terlihat akrab dan kemanapun selalu bersama.     

"Lihat, Gadis Cantik, itu?"     

"Iya, dan siapa pria yang terlihat seperti, Babu itu?"     

"Haha! Mungkin dia itu pacarnya?"     

"Entahlah, tapi aku rasa bukan!"     

"Hey, coba kau lihat mereka terlihat sangat akrab, aku yakin memang mereka itu berpacaran!"     

"Kalau benar, wajahnya berbeda jauh sekali ya? Harusnya yang perempuan berpacaran denganku saja, ketimbang berpacaran dengan pria jelek seperti itu!"     

Obrolan orang-orang itu sampai terdengar di telinga Mesya.     

Tentu saja hal itu membuatnya sangat geram.     

Entah mengapa ada saja sekelompok orang-orang yang berani mengusiknya, dan hal ini benar-benar menguji kesabarannya.     

Mesya pun segera menghentikan langkah kakinya.     

"Mesya, kau mau kemana?" tanya Romi.     

"Tentu saja aku ingin memberikan pelajaran untuk mereka!" jawab Mesya.     

"Sudahlah, Mesya, jangan membuat masalah, terlebih kita ini masih murid baru di sini," ujar Romi.     

"Tapi, mereka sudah membicarakan kita, terutama kau, Romi!" jawab Mesya dengan ketus.     

"Barkan saja, Mesya. Yang mereka bicarakan itu aku bukan kau, jadi kau jangan terbawa emosi, biarkan saja. Nanti kalau mereka sudah lelah juga akan berhenti sendiri," ujar Romi, dia berusaha menenangkan Mesya, walau sebenarnya dia itu merasa sangat kesal. Hanya saja dia itu pria yang lemah, dan tidak mau mendapatkan masalah baru jika melabrak mereka yang sudah membicarakan dirinya.     

"Tapi aku tidak rela, Romi! Kau ini sahabatku! Jadi aku tidak rela melihat orang-orang mengataimu yang tidak jelas begini!" cantas Mesya.     

"Sudah, biarkan saja, Mesya," Romi terus melarang Mesya agar tidak melabrak orang-orang yang sudah berkata buruk terhadapnya. Tapi Mesya tak peduli dengan ucapan Romi.     

Dia tetap akan menegur para siswa-siswi itu karna menurutnya, mereka itu sudah membuatnya merasa tidak nyaman.     

Dia sudah bosan menjadi anak yang pendiam seperri dulu.     

Lagi pula dia sudah berjanji kepada dirinya sendiri dan David kalau dia tidak akan menjadi gadis yang kuat.     

David selalu mengingatkannya, agar tidak menjadi gadis yang lemah dan tak ada perlawanan saat ditindas.     

"Sudahlah, Romi! Kita tidak boleh tinggal diam!" ujar Mesya dengan suara sedikit sinis.     

Romi masih berusaha mencegah Mesya, dia menarik tangan Mesya, agar  melanjutkan perjalanannya, dan tidak meladeni orang-orang yang sedang membicarakanya. Bahkan Romi sampai memegang tangan Mesya agar dia tak jadi melabarak orang-orang itu. Tapi Mesya malah menepis tangan Romi dengan kasar.     

"Lepaskan aku, Romi!" teriak Mesya sambil berjalan cepat meninggalkan Romi.     

"Mesya! Tunggu!" teriak Romi.     

Pria dengan ciri khas berkacamata itu juga mengejar Mesya.     

Setelah mendekati para siswa-siswi yang sedang berkumpul itu, Mesya melebarkan senyuman ramahnya.     

"Hay, kayaknya asik banget, kalian lagi ngomingin apa?" tanya Mesya dengan senyuman manis tapi nada bicaranya sedikit menyindir.     

Seketika orang-orang yang tadinya sedang membicarakannya dan Romi pun langsung berhenti.     

"Ayolah, bicara lagi, aku juga ingin mendengar obrolan kalian," Mesya menyindir.     

Romi semakin panik saja, "Mesya, ayo kita pergi," bisik Romi.     

Tentu saja Romi tak mau jika terjadi perkelahian lagi, terlebih Mesya sekarang adalah anak yang sangat kuat, beberapa hari yang lalu Mesya juga sempat berurusan dengan mantan kakak kelasnya yang dulu menindasnya.     

Mesya sempat adu jotos, karna tak terima dia dibilang 'Pelacur' gara-gara Mesya banyak didekati oleh para anak lelaki.     

Padahal tak sekalipun Mesya menggoda para anak-anak lelaki itu, hanya saja mereka memang sangat menyukai Mesya. Wajah cantik Mesya memancing mereka untuk selalu mendekati Mesya dan berebut untuk menjadi pacar Mesya.     

Mesya sempat membuat wajah anak lelaki yang mengatainya itu menjadi babak belur, Mesya geram dengan ucapan lelaki bermulut kotor. Padahal lelaki itu sebenarnya naksir kepadanya, hanya saja Mesya tidak mau menerima lelaki itu, karna banyak hal. Tapi si anak lelaki tak terima, dia berusaha mempermalukan Mesya. Hingga memancing amarah Mesya. Dia menghajar anak lelaki itu di sebuah gudang, hingga si anak lelaki itu tak berdaya dan ketakutan. Mesya mengancam akan mematahkan kaki anak itu jika dia mengadukan perbuatannya kepada orang lain. Akhirnya si anak lelaki yang sudah terlanjur ketakutan itu mau menuruti ucapan Mesya. Beruntung tak ada satu pun keluarga Davies yang mengetahui masalah ini, sehingga anak lelaki itu masih hidup sampai sekarang.     

Akhirnya anak lelaki itu pun meminta maaf kepada Mesya, dia juga berjanji tidak akan membicarakan ini kepada siapapun.     

Setelah belajar ilmu bela diri bersama dengan David, kini membuat Mesya menjadi semakin percaya diri. Bukan merasa sombong, hanya saja dia merasa bisa menjaga dirinya sendiri tanpa harus merepotkan orang lain.     

Meski begitu, Romi tetap mengkhawatirkan Mesya, dia takut terjadi sesuatu dengan Mesya, terlebih dia hidup sampai saat ini pun juga karna ditugaskan untuk menjaga Mesya. Yang artinya kalau terjadi sesuatu dengan Mesya, maka dia juga akan berada dalam bahaya.     

"Mesya, sudah biarkan saja, jangan urusi mereka," bisik Romi.     

"Halo, semuanya! Bisa tidak kalau berbicara jangan di belakangku?" sindir Mesya sambil tersenyum, "bukankah, mulut kalian itu ada di depan ya?"     

Salah satu anak perempuan tampak tak terima dengan ucapan Mesya.     

"Hey, apa maksudmu? Kau berani berurusan dengan kami?!"     

Mesya kembali tersenyum ramah saat menanggapi pertanyaan itu.     

"Aku tidak ingin berurusan dengan kalian, tapi kalian yang mengajakku untuk saling berurusan!" ucap Mesya.     

"Apa maksudmu?" tanya gadis itu.     

"Apa maksudku? Kau tidak sadar baru saja membicarakan kami seenaknya?"     

"Hey, kami membicarakannya karna fakta! Kau berpacaran dengan anak lelaki jelek ini! Apa itu salah? Kami menghian anak lelaki ini, kenapa kau yang tersinggung?"     

"Tentu saja aku tersinggung, karna memang dia itu sahabatku! Aku tidak mau kalian menjadikan sahabatku sebagai bahan gosip dan celaan bagi kalian!"     

"Hey, tadinya aku respect dengan gadis cantik ini, tapi melihat tingkahnya yang kasar, dan berani melabrak kami membuatku jadi tak suka dengannya!" ucap seorang anak lelaki dalam kerumunan itu.     

"Siapa juga yang mau dengamu!" cantas Mesya, "aku ingin agar kalian mau meminta maaf kepada sahabatku ini!" Mesya menujukan kearah Romi.     

"Mesya, kau tidak perlu melakukan ini untuk membelaku," ucap Romi.     

"Sudahlah, Romi, kau diam saja!"     

"Hay! Kami tak sudi meminta maaf kepada Anak Jelek, itu!" teriak si gadis yang tadi.     

"Baik kalau begitu, aku akan melaporkan hal ini ke kepala sekolah! Kau tahu, 'kan siapa aku! Dan aku yakin setelah itu kalian akan mendapatkan masalah!" ancam Mesya.     

"Hey, memangnya dia itu siapa?"     

"Kalian tidak tahu siapa aku?" Mesya mengangkat dagunya, "baik aku akan memberitahu kepada kalian jika aku adalah, Andrea Mesya Davies, putri dari keluarga Davies, pemilik sekolah ini!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.