Anak Angkat

Hari Kelulusan part2



Hari Kelulusan part2

0Kecupan hangat yang mendarat di wajahnya, seakan membuat jiwa terlepas dari dalam raga.     
0

David terdiam mematung dengan wajah yang memerah.     

"Mesya! Kau ...." Marry segera menutup mulutnya sendiri dengan kedua tangan.     

Mesya tersenyum sambil memegang pundak David.     

"Aku bangga melihat nilai, Kakak. Padahal aku jarang sekali melihat, Kak David, belajar di rumah," ucap Mesya.     

"Terima kasih, Mesya," jawab David.     

Marry pun tak mau tinggal diam.     

"Eh, David! Mesya, saja turut bahgia atas kelulusanmu! Lalu mengapa kau tidak bahagia?" sindir Marry.     

"Kak David, masih memikirkan aku ya?" tanya Mesya kepada David.     

David tak menjawabnya, tapi tatapannya seakan mengatakan 'iya'     

"Kak David, jangan pikirkan aku. Karna aku bisa menjaga diriku sendiri, lagi pula Arthur juga tidak akan berani lagi menggangguku!" ucap Mesya penuh yakin.     

David tersenyum, Mesya menunjukkan keberaniannya, walau hanya sekedar ucapan. Ada banyak perubahan di diri Mesya, selain dia menjadi lebih dewasa, Mesya juga terlihat sangat pemberani.     

Dia memang tak bisa lagi mengawasi  Mesya ketika berada di sekolah, tapi setidaknya dengan melihat perubahan Mesya, David merasa tenang.     

Mungkin sudah saat bagi David memberikan sedikit ruang, agar Mesya belajar mandiri, dan bisa menjaga dirinya walau tanpa David.     

"Mesya, kau tahu tidak kalau David itu tidak mau merayakan kelulusannya bersama kami," keluh Marry .     

"Loh, memangnya kenapa?"     

"Entalah, dia sendiri yang mengaku jika dirinya aneh! Padahal aku tidak mengatakan itu!" jawab Marry.     

"Astaga! Kenapa, Kak David, malah menyia-nyiakan hari bahagia ini? Harusnya, Kak David, itu bersenang-senang  dengan teman-teman, Kakak. Ini, 'kan hari sepesial untuk kalian!" ujar Mesya.     

"Tuh, dengar apa kata Mesya, David!" imbuh Marry.     

"Tapi—"     

"Ayolah, Kak David, jangan sia-siakan kesempatan ini, cepat ke sana!" sergah Mesya.     

"Tapi—"     

"Ayo!" Mesya menarik tangan David di bantu oleh Marry.     

"Cepat turun!" suruh Mesya.     

Mesya sedikit mendorong tubuh David.     

"Aku juga akan menarik tangannya!" ujar Marry.     

David pun turun dan berada di lapangan basket bersama dengan teman yang lainnya.     

"Ini, aku punya dua!" ujar Marry menyodorkan cat sepray kearah David.     

"Ayo terima!" sergah Marry.     

David masih tampak ragu untuk menerima benda yang identik dengan hari kelulusan itu, dan teman-teman yang lain sedang bersisik-bisik membicarakan David.     

"Kira-kira dia mau bergabung bersama kita, atau tidak ya?"     

"Kita lihat saja, kalau dia sampai mau bergabung dengan kita, berarti Marry itu memang sangat gadis yang hebat,"     

"Iya,tapi kalau menurutku sih, pasti dia tidak mau bergabung dengan kita,"     

"Ssst... jangan keras-keras nanti David dengar," ujar salah satu teman Marry, yang menghentikan obrolan teman yang lainnya.     

Mesya segera maraih botol cat itu dari tangan Marry, lalu dia menaruh botol itu ke tangan David.     

"Ayo, Kak! Kau harus merasakan perayaan hari kelulusan yang sangat menyenangkan ini!" ujar Mesya.     

"Apa yang dikatakan oleh Mesya itu benar, David, kau harus mencobanya! Dulu ketika SMP, kau tak ikut merayakan kelulusan bersama kami, kali ini kau harus mencobanya!" ujar Marry.     

Dan David pun tak sengaja malah menekan tombol spray sampai mengenai wajah Marry, untung saja Marry reflek dan memejamkan matanya, sehingga cat itu tidak sampai mengenai matanya.     

"Eh maaf, Marry! Aku tidak seng—"     

"Baik, kau sudah memulainya, David!" Marry bersiap untuk membalas perbuatan David. Dia menyemprotkan pilok kearah David.     

Dan David pun berusaha untuk menghindar.     

"Hay, teman-teman! Khusus hari ini kalian juga boleh mengotori baju David!" teriak Marry mengomando teman-teman yang lainnya.     

"Eh, Marry! Kau itu apa-apaan sih?!" keluh David.     

"Ah, masa bodo! Kau, 'kan juga manusia jadi kau juga harus membaur bersama kami!" ucap Marry sambil menyemprotkan pilok warna-warni itu kearah David.     

Tapi David terus menghindar, dia sampai berlari.     

Semua orang menatap Marry dan David, dengan nanar.     

Mereka merasa takjub sekaligus menertawakan tingkah David.     

Ini adalah momen yang langka bagi mereka. Seorang David John Davies, yang terkenal sangat kaku dan juga pendiam itu mau bertingkah konyol seperti ini.     

Dia lari menghindari Marry, seakan menghindar dari kejaran ibunya yang hendak menyuapinya makan.     

Marry berhanti sesaat, dan kembali mengomando teman-temannya untuk melakukan printahnya tadi.     

"Ayo, tunggu apa lagi! Catku sudah habis, ayo cepat gunakan cat kalian untuk menyerang David!" ujar Marry.     

Akhirnya mereka pun menuruti perintah Marry.  Dan turut mengejar David kemudian mencoret-coret pakaian David.     

Bahkan ada juga yang menulis nama serta tandatangan di baju David.     

"David! Cat di tanganmu masih banyak, 'kan?" tanya Marry.     

David melirik kearah cat itu tanpa sepatah kata.     

"Kau juga boleh mencoret-coret pakaian kami dengan tulisan apapun," ujar Marry.     

"Tapi—"     

"David, kami akan mengabadikan tulisanmu di pakaian kami," ucap Marry, "kami tolakkan membuang pakaian ini, karna paksain akan kami simpan sebagai kenang-kenangan," jelas Marry.     

Dan teman-teman yang lainnya pun juga membenarkan ucapan Marry.     

"Ayo, David! Coret pakaian kami dengan cat spray di tanganmu!"     

"Benar! Kau juga boleh menulis sesuatu di seragam kami dengan spidol ini!" Seorang gadis menyodorkan satu buah spidol kearah David.     

David pun meraihnya dan dia menuliskan sesuatu di pakaian semua teman-temannya.     

Pakaian yang pertama kali ia coret adalah pakaian Marry.     

Dia menuliskan kata 'maaf' di baju itu, dan melanjutkan ke pakaian teman yang lainnya dengan tulisan yang sama.     

"Maaf? Kenapa kau menulis kalimat 'maaf' di pakaian kami?" tanya Marry.     

"Eh, benar! Kenapa, David?" tanya teman yang lainnya.     

"Iya, memangnya kenapa?"     

David terdiam sesaat, lalu menarik nafasnya dalam-dalam, setelah tenang dia menceritakan semuanya kepada teman-temannya itu.     

'Tulisan itu, tulisan yang kutulis dari hati," ucap David.     

"Wah, benarakah? Tapi apa maksudnya?" tanya Marry.     

"Baik, berhubung kalian sedang berkumpul, dan ini mungkin akan menjadi kenangan indahku bersama kalian, aku ingin meminta maaf kepada kalian semua! Karna selama ini aku sudah sering berbuat salah, dan mungkin sikapku yang aneh ini sudah mengusik kehidupan kalian selamat di sekolah ini," ucap David. Seketika Marry dan yang lainnya terharu karna mendengar pernyataan David.     

Mereka tak menyangka jika David itu mau mengatakan kata 'maaf' kepada mereka.     

Padahal selama ini, mereka tak pernah merasa jika David berbuat salah kepada mereka. Justru mereka yang sering membicarakan David, di belakang tanpa sepengetahuannya.     

Mereka yang kini merasa besalah, lagi pula tak ada satu pun dari mereka yang tahu jika David adalah seorang pembunuh. Yang mereka tahu David hanyalah anak yang sombong, pendiam dan menakutkan.     

Tubuhnya yang tinggi berotot membuat mereka menganggap David adalah orang yang sangat menyeramkan, terlepas dari wajahnya yang sangat tampan.     

"David, sebenarnya kami yang harusnya minta maaf kepadamu, karna kami sering membicarakanmu di belakang," ucap salah satu gadis dalam kerumunan itu.     

"Aku juga ingin meminta maaf kepadamu, David! Aku juga sempat membencimu karna sifat dingin dan kasarmu," ucap salah seorang anak lelaki.     

Mereka pun saling memaafkan, David juga merasa senang akan hal ini.     

Ternyata memiliki banyak teman itu menyenangkan, sebelumnya hanya kesendirian yang selalu ia rasakan.     

Tak ada yang pernah ia ajak bicara kecuali Mesya, bahkan dengan keluarga Davies yang lainblnya saja David hanya berbicara seperkunya.     

Sebenarnya bukan teman-temannya yang tak mau dekat-dekat denganya, tapi memang David-lah yang berusaha untuk menjauh dari teman-temannya.     

"Eh, mumpung kita sedang berkumpul, ayo kita mengambil gambar!" ajak Marry.     

"Ah, ayo!" ucap salah seorang temannya, dan disambut oleh teman-teman yang lainnya.     

David hanya bisa pasrah, dia turut membaur dan berfoto bersama teman-teman yang lainnya.     

Hanya saja, di saat teman yang lainnya sedang berpose dengan gaya andalan mereka, David malah terlihat setia dengan wajah kakunya. Tak ada senyuman sedikit pun. Bahkan terlihat jelas jika dia hampir tak pernah bersua foto.     

"Kak David! Tersenyum!" teriak Mesya.     

David pun menengok kearah Mesya, dan Mesya menarik kedua pipinya sendiri dengan tangan, mempraktekan kepada David, agar David mau menuruti ucapannya.     

"Senyum, David!" ujar Marry.     

"Siap, satu... dua... tiga!" ujar anak lelaki yang sedang memegang kamera.     

Cekrak!     

Akhirnya kebersamaan mereka terabadikan dalam sebuah gambar, dan ini menjadi satu-satunya foto kebersamaan, yang akan menjadi kenangan bagi David di hari kelulusannya.     

Mesya turut bahagia melihat kebersamaan David dengan teman-temannya. Akhirnya David bisa merasakan indahnya persahabatan.     

Sejujurnya Mesya sangat prihatin melihat David yang selalu menyendiri. Tapi Mesya tak bisa berbuat apa-apa, dia pikir mungkin David memang lebih nyaman untuk menyendiri, tapi setelah melihat David yang akhirnya turut tersenyum larut dalam keseruan teman-temannya, Mesya menjadi yakin, jika David juga manusia biasa, yang masih bisa tertawa dan membutuhkan orang lain untuk berinteraksi.     

***     

Charles sudah menunggu di mobil, begitu pula dengan Mesya dan Arthur juga sudah duduk di kursi belakang. Mereka sudah bersiap untuk pulang, tinggal menunggu David saja.     

Ceklek!     

David membuka pintu mobil.     

Melihat penampilan David yang sangat lusuh dan pakaiannya di penuhi dengan coretan cat, membuat Arthur merasa heran. Karna sejak dulu David itu tak pernah sekali pun, ikut merayakan hari kelulusan. Bahkan saat SD dan SMP, David lebih memilih duduk diam dan tak tertarik dengan hal yang menurutnya sangat konyol dan tidak penting itu.     

Arthur menatap David dengan tatapan yang menghina.     

"Kau mlakukan hal yang konyol juga rupanya?" sindir Arthur.     

"Apa maksud, Kak Arthur?" tanya Mesya dengan sinis.     

"Hay, Adik Cantik! Aku tidak sedang berbicara denganmu, tapi aku sedang berbicara dengan, David," ucap Arthur.     

"Yah, aku tahu tapi aku tidak suka, Kak Arthur, menghina Kak David! Karna apa yang ia lakukan itu sebagai wujud kebagiannya atas hari kelulusannya, memangnya, Kak Arthur?" sindir Mesya.     

"Kak Arthur, sebentar lagi juga pengumuman kelulusan SMP, tapi aku tidak yakin jika Kak Arthur, akan merayakan hari kelulusan seperti, Kak David, karna kulihat Kak Arthur, itu tidak punya teman sungguhan!" cerca Mesya.     

"Hay, apa maksudmu?" tanya Arthur dengan sinis, "sekarang kau berani bicara tak sopan ya!"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.