Anak Angkat

Gagalnya Rencana



Gagalnya Rencana

0"Tolong hentikan, Paman! Percayalah bahwa aku tidak akan melakukan ritual leluhur sepertimu! Aku dan keluargaku ini hanya manusia biasa, bukan manusia abadi yang tak bisa mati sepertimu!" ucap Arumi dengan suara yang melengking tinggi.     
0

Charles dan Wijaya berhenti sejenak. Mereka mengakhiri perkelahiannya.     

"Apa benar ucapanmu itu, Arumi?" tanya Wijaya dengan nada bicara yang mengintimidasi.     

"Tentu saja benar!" jawab Arumi, "aku tidak tertarik mengikuti ajaran leluhur kita! Aku hanya ingin hidup normal! Lagi pula aku sudah punya segalanya, jadi tolong jangan ganggu aku, Paman!" pinta Arumi.     

"Ah, baiklah," Wijaya menganggukkan kepalanya, "aku tidak akan mengganggumu, dan aku membiarkanmu hidup, tapi awas kalau sampai aku melihatmu, melakukan ritual-ritual sesat ajaran leluhur keluarga kita, maka jangan harap aku akan mengampunimu!" ancam Wijaya.     

"Paman, tidak usah khawatir akan hal itu! Percayalah dengan ucapanku, kami hanya manusia biasa!" ucap Arumi sekali lagi, menegaskan pernyatannya.     

"Baik, aku akan pergi sekarang!" ucap Wijaya.     

Akhirntya dia dan kedua bodyguardnya meninggalkan rumah keluarga Davies.     

Sedikit tenang di hati Arumi, melihat kepergian sang Paman.     

Setidaknya Wijaya tidak memasuki ruangan penyimpanan daging, dan semua ini berkat Asisten Rumah Tangga yang membantunya.     

"Sri, terima kasih ya," ucap Arumi.     

"Iya, Nyonya, sama-sama," jawab wanita muda itu, dan kini dia kembali melanjutkan  pekerjaannya lagi.     

Charles menatap kearah wanita muda itu dengan kaku, dia penasaran dengan apa yang membuat Arumi sampai mengucapkan 'terima kasih' kepada wanita muda itu. Dia berjalan mendekati Arumi lalu bertanya dengan suara pelan.     

"Ada apa dengan Wanita Muda, itu?" bisik Charles seraya melirik sesat kepada Asisten Rumah Tangganya.     

"Dia tadi masuk ke dalam ruang penyimpanan daging," jawab Arumi.     

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Apa kita akan membunuhnya sekarang?" tanya Charles.     

"Jangan," jawab Arumi.     

"Kenapa? Dia itu sudah berani menyusup di ruangan itu?" ujar Charles.     

"Aku tahu, tapi kita tidak bisa mekakunya, karna dia sudah membantuku,"     

"Membantu apa?"brtanya Charles.     

"Charles, dia tadi sudah membantuku mengusir si Tua Bangka, itu," jelas Arumi.     

"Tapi—"     

"Biarkan dia tetap hidup, Charles, sebagai ucapan terima kasih kita kepadanya," pinta Arumi.     

Sebenarnya Charles tidak rela membiarkan wanita itu tetap hidup, terlebih wanita itu sudah melewati batas larangan  di rumah ini.     

Tapi Arumi malah ingin agar wanita itu tetap hidup. Mau tidak mau Charles  dengan terpaksa menuruti permintaan istrinya.     

Karna di rumah ini Arumi yang berkuasa, dia sebagai Ratu-nya, sehingga Charles hanya bisa tunduk atas semua keputusan Arumi.     

"Baiklah, Sayang, jika itu yang kau mau, aku tidak akan membunuhnya," ucap Charles.     

Arumi tersenyum bangga mendengar ucapan Charles.     

Dia benar-benar suami yang penurut. Dan hal inilah yang membuat Arumi merasa bahagia menjadi istri Charles.     

Dia adalah seorang pisikopat yang baik hati dan salalu ada untuk Arumi.     

Sebenarnya kalau saja Asisten Rumah Tangga itu tidak menolongnya hari ini dari Wijaya, sudah pasti Arumi pun juga tidak akan membiarkannya hidup. Dia pasti sudah menyuruh Charles untuk membunuhnya, karna sudah berani memasuki ruangan yang benar-benar sangat ia larang. Tapi Arumi masih mempunyai rasa terima kasih kepada orang yang sudah membantunya.     

Setelah itu Arumi mengajak Charles untuk masuk ke dalam kamar. Dia ingin membahas tantang Wijaya.     

Karna kedatangan Wijaya benar-benar sudah mengusik ketentramannya, kali ini pun dia harus waspada.     

"Sayang, apa yang akan kita lanjutkan sekarang?" tanya Charles kepada Arumi.     

"Tidak ada pilihan lain, Charles, kita harus pindah dari rumah ini," jawab Arumi.     

"Jangan, Sayang!"     

"Tapi, tidak ada pilihan lain, Sayang! Aku takut Pamanku akan kembali datang, lalu mereka akan menghabisi kita!"  ujar Arumi dengan raut wajah yang ketakutan.     

Dia benar-benar belum siap melawan Wijaya sekarang, karna dia belum cukup kuat untuk melawannya.     

Wijaya masih berada di atasnya, dan Arumi hanya bisa melawannya jika dia sudah berhasil merebut kitab yang ada di tangan Wijaya. Tak ada pilihan lain untuk saat ini selain menyelamatkan diri dan pergi dari kota ini. Bahkan Arumi berpikir untuk pindah ke Inggris dan menetap di sana.     

Tapi Charles sangat keberatan akan hal itu, baginya, Indonesia adalah tempat terbaik baginya, karna di negara kelahirannya, Charles hanyalah manusia buangan. Bahkan kedua orang tuanya juga sudah tak menganggapnya ada. Entah mereka masih hidup atau sudah mati. Charles juga sudah tidak perduli.     

Dia hanyalah anak broken home yang tak punya pegangan hidup. Dan di dunia ini Arumi satu-satunya orang yang menjadi pegangan hidupnya.     

"Sebentar lagi Mesya akan dewasa, Sayang! Aku yakin, setelah Mesya menikah dengan Satria, maka semua akan selesai, kita yang akan menjadi pemenangnya," ucap Charles.     

"Aku tahu, Charles, tapi bagaimana kalau dia datang dan mengetahui apa yang selama ini kita tutupi? Pasti dia tidak akan mengampuni kita! Aku masih trauma, Charles. Aku takut dia akan membunuh keluarga kita, seperti dia membunuh keluargaku dulu!" ujar Arumi dengan wajah yang panik dan ketakutan, tapi Charles terus meyakinkan istrinya bahwa meski tetap tinggal di sini, Wijaya tidak akan mengusiknya lagi.     

Pergi ke luar negeri dan menetap di sana bukanlah pilihan yang tepat. Karna bagi Charles negara itu adalah neraka.     

Yang akan mengingatkannya pada sebuah kesendirian, dan juga kesedihan saat menjadi anak yang terabaikan dan tanpa sentuhan kasih sayang.     

Charles memegang tangan Arumi.     

"Percayalah kepadaku, Sayang. Bahwa kau akan baik-baik saja di sini, pergi ke sana hanya buang-buang waktu saja, bila perlu kita urungkan saja niat kita untuk membuang David ke sana!" ucap Charles.     

"Kenapa? Dia itu harus pergi ke sana untuk melanjutkan kuliahnya, dan menjauh dari Mesya!" protes Arumi.     

"Yah, aku tahu, Sayang. Tapi kita juga masih membutuhkan dia, karna semakin banyak anggota keluarga kita, maka semakin besar pula kesempatan kita untuk menang," ucap Charles.     

Arumi terdiam sesaat untuk, memikirkan ulang ucapan Charles.     

Dia memang ingin agar David pergi ke luar negeri dan bisa melupakan Mesya, tapi kalau putra sulung yang itu pergi, itu artinya satu anggota keluarganya hilang. Dan itu sama saja akan mengurangi satu kekuatan untuk melawan keluarga Wijaya Diningrat.     

"Bagaimana, Sayang? Apa kau sudah menyetujui ucapanku?" tanya Charles.     

"Baik, Charles, aku menyetujui apa yang rencanamu. Kita biarkan David tetap berada di sini!" tegas Arumi.     

"Bagus, Sayang! Ini keputusan terbaik!" ucap Charles sambil menepuk-nepuk pelan pundak istrinya.     

"Tapi ...." Terlihat ada sedikit keraguan di wajah Arumi.     

"Tapi apa, Sayang?"     

"Tapi, bagaimana kalau David tidak bisa menghapus rasa cintanya kepada Mesya?" tanya Arumi.     

"Aku akan berusaha untuk menghentikannya!" tegas Charles.     

"Bagaiamana caranya, Sayang? Kau tahu setiap melihat Mesya, raut wajah David selalu berbeda, terlihat jelas jika perasaan cintanya itu semakin besar!" ucap Arumi.     

"Kau tidak usah mengkhawatirkan semua itu, Sayang," Charles mengusap rambut sang istri.     

"Charles, bagaiamana aku bisa tenang? Mesya itu akan kita jodohkan dengan Satria, itu artinya dia tidak boleh bermain api dengan pria lain, apa lagi David itu kakaknya?"     

"Biarkan saja, Sayang, tidak apa-apa. Tidak ada salah jika David, dan Mesya, saling mencintai. Lagi pula mereka bukan satu darah, perjodohan Mesya dan Satria itu hanya karna sebuah misi!" rukas Charles.     

"Tapi, aku sudah terlanjur menyayangi Mesya, Charles, dia itu pengganti Lizzy, jadi aku tidak rela jika kedua anakku menikah! Karna mereka itu saudara!" tegas Arumi.     

"Sayang," Charles kembali mengelus rambut istrinya.     

Pikirkan hal itu nanti, karna yang terpenting sekarang adalah, keselamatan keluarga kita, dan membalas dendammu kepada keluarga Wijaya," bujuk Charles.     

Arumi akhirnya setuju dengan ucapan Charles     

Dia akan membiarkan David tetap berada di sini.     

***     

Bel pulang sekolah sudah terdengar, kini seluruh siswa dan siswa berhamburan keluar gerbang.     

Tak terkecuali dengan Mesya.     

Dia berlari kecil menuju mobil sang ayah yang sedang menunggunya di dekat gerbang.     

"Hay, Adik Cantik, lama sekali aku tidak mengganggumu," bisik Arthur yang tiba-tiba muncul di samping Mesya.     

Sejenak Mesya menghentikan langkah kakinya.     

"...."     

"Kenapa kau menatapku begitu, Mesya?" tanya Arthur n     

"Jangan menggangguku, Kak, ingat keberadaanku di keluarga ini, karna sebuah misi, dan ini juga demi kebaikan keluarga ini," ucap Mesya dengan sedikit sinis. Setelah itu Mesya meninggalkan Arthur.     

Dia berjalan lebih cepat lagi.     

"Oh, lihat lah, Tuan Putri, yang cantik itu," Arthur tersenyum tipis, "berani sekali dia berbicara begitu kepadaku," gumamnya menahan geram.     

"Ingat, Mesya. Sebentar lagi David akan melupakanmu, yang artinya hidupmu juga tinggal sebentar lagi," bicara Arthur dengan yakin.     

Dia kembali melangkah, menghampiri Mesya dan David yang sudah berada di dalam mobil bersama sang ayah.     

***     

Sesampainya di rumah, Arumi mengumpulkan seluruh anggota kelurganya di kamar rahasia.     

Dia ingin mengatakan sesuatu.     

"Baik, sekarang kalian sudah berkumpul. Ibu ingin membicarakan sesuatu kepada kalian," ucap Arumi.     

Mesya dan David tampak tegang, mereka takut Arumi akan memberi kabar buruk. Terutama soal keberangkatan David ke Inggris.     

Mesya takut jika hal itu akan di percepat.     

Lagi pula Mesya takut jika diam-diam kedua orang tuanya itu sudah tahu jika semalam dia dan David pergi ke rumah Bunda Lia.     

Dan masalah inilah yang membuat Arumi akan mempercepat keberangkatan David.     

Namun ketakutan itu sirna ketika Arumi mengatakan jika David tidak jadi pergi ke Inggris.     

"David, kau tidak jadi pergi ke Inggris. Dan kau tetap akan berada di sini bersama kami," ucap Arumi.     

Tentu saja hal itu membuat Arthur syok dan merasa kecewa.     

"Tapi kenapa, Bu?!" tanya Arthur penuh emosi dan sampai reflek berdiri.     

"Arthur! Kenapa berbicara dengan nada tinggi!?" bentak Charles.     

Perlahan Arthur kembali duduk.     

Dia menunduk dengan wajah yang kesal dan penuh emosi.     

Kini harapannya pupus untuk mencelakai Mesya.     

"Ibu, belum selesai bicara! Jadi kau bisa dengar baik-baik, Arthur! Terkait apa alasan Ibu dan Ayah, membatalkan rencana kepergian David!" tegas Arumi.     

'Ah sial! Apa pun alasan mereka membatalkan rencana kepergian David, tetap saja aku tidak setuju! Karna dengan keberadaan David di sisi Mesya, yang ada akan mempersulit diriku menghabisi, si Anak Manja, itu!' bicara Arthur di dalam hati.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.