Anak Angkat

Rindu



Rindu

0"Kenapa, Ayah, malah menertawakan pertanyaanku? Memangnya ada yang lucu?" tanya Mesya heran.     
0

"Haha! Kau memang belum tahu semuanya ya, Sayang? Bahwa kita ini memang tidak bisa mati!?" ujar Charles.     

Mendengarnya Mesya langsung melebarkan pupil matanya karna merasa sangat syok. Ternyata selain mereka itu, para pembunuh berdarah dingin  dan pemakan daging manusia tapi ternyata mereka itu juga para manusia yang tak bisa mati.     

Mesya benar-benar tak menyangka, entah kutukan apa yang membuat dirinya hidupbdan menjadi bagian dari  keluarga yang sangat menyerkan ini.     

Mesya terdiam membisu dengan raut wajah yang datar.     

'Ya, Tuhan, bagaimana caranya aku bisa terlepas dari kelurga ini? Apa selamanya aku akan hidup bersama mereka?'     

Tak berselang lama turun hujan yang begitu deras.     

Sejenak Mesya teringat dengan kenangan ketika ia berada di panti asuhan.     

Dia rindu hidup normal dan sederhana seperti dahulu.     

Memang dulu dia tak pernah menaiki mobil semewah ini, dan tak bisa membeli apa saja yang dia inginkan. Tapi setidaknya dulu ... dia dapat merasakan sebuah kebebasan yang sangat berharga.     

Tidak seperti sekarang, kehidupannya seperti berada dalam sangkar emas.     

Mobil Charles berhenti sejenak, menunggu lampu rambu-rambu lalu lintas itu berubah menjadi hijau. Mesya melihat sekumpulan anak-anak jalanan yang  sedang mengamen di tengah runtik hujan, mereka secara bergantin menghampiri mobil satu per satu.     

Dan kini giliran mobil yang ditumpangi  oleh Mesya.     

"Ini, Nak," Charles memberikan 2 lembar uang pecahan seratus ribu kepada 2 anak perempuan yang sedang mengamen di depan mobilnya.     

Anak-anak jalanan itu tampak sangat bahagia, karna jarang sekali ada orang memberikan uang sebanyak ini, biasanya orang-orang menghargai suara nyanyian mereka hanya dengan uang recehan.     

Melihat dua gadis kecil itu bahagia Mesya juga turut bahagia, tak sadar dia turut tersenyum, tapi kedua netranya mengeluarkan cairan bening.     

Mesya teringat dengan dirinya dulu yang masih kecil.     

Kehidupannya selalu dipenuhi dengan kebahagiaan, meski semua serba terbatas dan sederhana. Tapi rasa syukur dan kebersamaan serta bahu-membahu membuat keadaan tempat tinggalnya dulu sangat nyaman.     

Betapa indahnya persahabatan, kesedihan yang dipikul bersma, serta tertawa lepas tanpa beban. Dan itu hanya bisa ia dapatkan ketika berada di dalam panti.     

Dia juga rindu dengan Bunda Lia. Seorang wanita yang mengasuglh dan merawat seluruh anak yang ada di panti asuhan.     

'Bunda Lia, aku merindukanmu, bagaimana dengan keadaan, Bunda?' bicara Mesya di dalam hati. Mesya menghapus air mata dari pipinya.     

Dia berharap sebuah keajaiban datang menghampirinya.     

Dia ingin bertemu dengan Bunda Lia, walau hanya untuk sebentar saja.     

Dia ingin memeluk ibu angkatnya selama di panti itu.     

Mesya ingin merasakan sentuhan tangannya, dan Mesya ingin mendengar suaranya yang lembut tapi tegas itu. Bahkan Mesya juga sangat rindu kegalakan Bunda Lia yang sedang marah kepada anak panti yang nakal     

Andai saja waktu bisa diputar, mungkin  dia akan menolak diadopsi oleh keluarga Davies. Mesya ingin berada di panti asuhan untuk sekamanya. Walau pun dia tak bisa melanjutkan perguruan tinggi pun tak masalah baginya, setidaknya dia bisa hidup normal dan bebas seperti yang lainya.     

David melihat wajah adiknya yang sedang bersedih, meski Mesya berusaha menutupinya dan sengaja menundukan kepalanya.     

David hanya diam, tak mau menunjukkan perhatiannya kepada Mesya terutama di depan sang ayah.     

Dan tak berselang lama, mereka sampai di rumah. Mesya dan David keluar dari mobil, Mesya berjalan lebih cepat dari biasanya.     

Tak sabar ingin segera memasuki kamar dan melanjutkan menangis, untuk meluapkan perasaan rindunya.     

Entah mengapa hujan membuatnya teringat dengan kenangan indah yang kini malah membuatnya bersedih.     

Tok! Tok! Tok!     

Seseorang sadang mengetuk pintu kamarnya.     

Mesya segera menghapus air matanya lalu bergegas untuk membukkan pintunya.     

Ceklek!     

"Kak David," sapa Masya.     

"Boleh aku masuk?" tanya David.     

"Tapi kalau Ibu, memarahimu bagiamna, Kak?" tanya Mesya khawatir.     

"Ibu, sedang tidak ada dirumah, Mesya,"     

"Benarkah?"     

"Iya, Ibu baru saja pergi keluar bersama dengan Ayah," jawab David.     

"Mendengar hal itu, Mesya pun segera membuka pintu dengan lebar dan mempersilakan David untuk masuk ke kamarnya.     

Mereka duduk di atas kasur.     

"Kau sedang memikirkan apa, Mesya?" tanya David.     

"Aku tidak memikirkan apa pun, Kak," sangkal Mesya.     

Tapi David selalu mengerti perasaan Mesya. Meski Mesya sudah berusaha untuk mengelak agar David tak ikut bersedih memikirkannya, tapi David terus saja memaksa Mesya untuk berkata jujur kepadanya.     

"Masya, aku tahu kalau kau itu sadang bersedih, jadi kau tidak perlu lagi menutupinya dariku, jadi katakan saja apa yang saat ini sedang kau pikirkan Mesya," paksa David dengan pelan.     

Akhirnya Mesya pun mau menjelaskan semuanya kepada David.     

Bahwa saat ini dia sedang merindukan suasana panti, terutama dia sangat rindu dengan Bunda Lia, orang tua angkatnya selama berada di panti asuhan Pelangi Senja.     

"Apa kau sangat ingin bertemu dengannya?" tanya David.     

"Iya, Kak, aku ingin memeluk Bunda, aku tau jika aku tidak akan bisa kembali bersamanya, tapi setidaknya aku ingin melihat wajah beliau walau hanya sebentar saja," jawab Mesya.     

"Baiklah, aku akan membantumu mencari Bunda Lia, Mesya," ucap David sambil memegang atas kepala adiknya.     

"Kak David, ingin membantuku?"     

"Iya, tentu saja!" jawab David. Mesya pun langsung memeluk David dengan erat.     

"Terima kasih banyak, Kak! Aku tidak tau jika di rumah ini tidak ada orang sebaik, Kak David, mungkin aku benar-benar sudah mengakhiri hidupnya sejak dulu," ujar Mesya dan dia kembali menangis, tapi kali ini dia menangis bahagia karna David akan membantunya.     

***     

Esok harinya, seperti biasa mereka berkumpul di meja makan, dan hari ini pun bangku tempat duduk Arthur juga masih kosong.     

Mesya melirik sesat kearah bangku itu.     

Dia tidak tahu harus merasa senang atau harus sedih karna Arthur menghilang dan belum ditemukan sampai sekarang.     

Lain halnya dengan David. Justru dia merasa sangat bahagia atas kepergian Arthur. Karna dengan begitu dia bisa merasa tenang karna tak ada yang mengganggunya saat ini.     

Sejak dulu memang hubungannya dengan Arthur tidak baik, mereka tidak pernah akur.     

Dan mereka hanya pura-pura kompak ketika berada di depan orang tuanya, dan itu mereka lakukan agar Arumi dan Charles tidak memarahi mereka.     

"Rasanya ada yang kurang ya jika tidak ada Arthur," ujar Charles.     

"Ah, biarkan saja, Charles, nanti dia juga pulang," jawab Arumi.     

"Iya, Sayang, hanya saja ini terlalu lama, sudah dua hari tapi Arthur belum juga kembali," ucap Charles.     

"Ah, biarkan saja, toh kalau dia pulang pun juga akan kita hukum, karna telah berani mencelakai putri tercinta kita," jawab Arumi.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.