Anak Angkat

Anak Kesayangan



Anak Kesayangan

0'Plak!'     
0

Arumi yang geram, kini mendaratkan sebuah tamparan di wajah Arthur.     

"Jangan berbicara begitu terhadap, putri kesayangan kami!" tegas Arumi kepada Arthur.     

"Bu, aku hanya mengingatkan kalian, lebih baik kita perang melawan Wijaya, sendiri saja! Tidak perlu menggunakan, Gadis Manja, itu!" tegas Arthur lagi.     

"Diam! Kau mengatakan Mesya, adalah Pembangkang! Sementara kau sendiri juga seorang, Pembangkang!" cerca Arumi.     

"Aku ini tidak membangkang, Bu. Tapi aku hanya ingin mengingatkan kalian!" sangkal Arthur.     

"Jangan, bicara macam-macam! Kalau kau bukan pembangkang coba tunjukan  bagaimna caramu yang tidak membangkang terhadapku!" tantang Arumi.     

"Aku tidak—" bicara Arthur terputus.     

"Anak-anakku tidak ada yang boleh mengangkat wajahnya ketika sedang berbicara dengan orang tuanya!" cantas Arumi.     

"Tapi—"     

"Diam!"     

"Arthur, kau mau diam dan menurut, atau aku akan meminta Ayahmu, untuk menghukummu seperti, David?" ancam Arumi.     

Arthur pun akhirnya memilih untuk diam dan menundukkan kepalanya.     

Ucapannya yang ingin mempengaruhi sang ibu sudah gagal. Alih-alih mendapatkan simpati dan persetujuan dari Arumi, tapi malah dia yang disalahkan oleh Arumi.     

"Bu, maafkan aku... dan aku berjanji, bahwa tidak akan mengulanginya lagi, Bu ...." Ucap Arthur memasang raut menyesal, "dan aku akan kembali menyayangi Masya, seperti dulu. Tolong lupakan ucapanku tadi, Bu. Aku mengucapkan itu mungkin karna suasana hatiku yang sedang tidak baik," pungkas Arthur, dia kembali menundukan kepalanya.     

Arthur sengaja  memasang raut penyesalan palsu ini, agar Arumi mau mempercayainya, karna kalau sampai Arumi membenci dirinya, maka yang ada bukan Mesya yang akan tersingkirkan dari rumah ini, tapi dirinya.     

"Baik, Ibu akan memaafkanmu, tapi kalau sampai Ibu dan Ayah, mengetahui kau memang ingin mengelukai Mesya, seperti yang David katakan, maka kami tidak akan segan-segan untuk membuangmu atau bila perlu kau yang akan menggantikan David!" Sekali lagi Arumi mengancam Arthur.     

"Baik, Bu ...." Arthur kembali menundukkan kepalanya.     

Dan Arumi pergi meninggalakan Arthur.     

Tampaknya dia masih kesal atas ulah Arthur tadi.     

Seenaknya saja Arthur menjelek-jelekkan putri kesayangannya. Bahkan sampai menghasutnya untuk menyingkirkan Mesya. Padahal Mesya adalah sesuatu yang berharga dalam keluarga ini. Mengurus seorang anak gadis sejak kecil tidaklah mudah, dan sekrang ketika dia sudah beranjak dewasa, seenaknya Arthur ingin menyingkirkan Mesya.     

"Kalau Charles, tahu akan hal ini, pasti dia akan marah, dan memberikan hukuman kepada Arthur! Tapi aku tak mau itu terjadi, karna Arthur baru saja membuatku bahagia,  dia sudah pulang dan membawakan banyak daging hasil tangkapannya," gumam Arumi.     

"Sayang," penggil Charles.     

Arumi menengok ke belakang, "Kau rupanya?"     

Charles mendekati sang istri.     

"Kenapa wajahmu kelihatan kesal begitu?"     

"Tidak," jawab Arumi.     

"Kau jangan bohong, Sayang," Charles menguap wajah istrinya dengan membut.     

"Aku sedang memikirkan Mesya," ucap Arumi.     

"Ada apa lagi dengan, Mesya? Apa dia membuat masalah lagi?"     

"Tidak, Sayang... hanya saja aku khawatir, jika nanti dia akan mengulangi percobaan bunuh diri lagi," jawab Arumi.     

"Jangan takut, Sayang, sudah ada David yang akan menjaganya untuk saat ini, dan aku juga yakin jika David akan melakukan tugasnya dengan baik," tutur Charles.     

"Ah, begitu ya?"     

"Sudah lupakan, Mesya, dan ayo sekarang kita pergi ke ke kamar saja," ajak Charles.     

"Baiklah," Arumi menuruti ajakan Charles untuk masuk ke kamar mereka, semenrara Arthur juga masuk ke kamarnya.     

Dengan wajah yang uring-uringan tak karuan. Arthur mulai meluapkan emosinya saat ini.     

Prang!     

Klontagg!     

Arthur membanting barang-barang yang ada di dalam kamar itu.     

"Ayah dan Ibu, mengabaikan aku, dan tak mau mendengarkan ucapanku! Dan itu hanya untuk membela, Mesya!" teriaknya.     

"Apa istimewanya gadis itu selain wajahnya?!"     

"Cih! Ingin rasanya aku mencekik dan mencincang tubuhnya!"     

Grubak!     

Arthur menjungkir-balikkan meja yang ada di dalam kamarnya itu.     

Dia berharap, dengan membanting seluruh barang-barang yang ada di dalam kamar ini, dapat membuat rasa kesal dan kecewanya sedikit memudar.     

***     

Esok harinya, seperti biasa mereka berangkat ke sekolah dengan diantarkan oleh Charles.     

Di perjalanan menuju sekolah, mereka melihat ada sekumpulan orang  sedang memenuhi gang sempit, dan di sana juga terpasang garis polisi.     

Arthur melirik sesaat tempat itu, dengan senyuman sinis dia tampak bangga. Mesya sempat melihat gelagat Arthur, hanya saja dia tak berkata sepatah kata pun.     

'Pasti di sana sedang ditemukan korban mutilasi lagi, dan penyebabnya adalah, Kak Arthur,' bicara Mesya di dalam hati.     

Seperti biasa  dia duduk di antara kedua kakak lelakinya, suasana mobil itu cukup canggung, David pura- pura dingin kepadanya, semetara Arthur  juga tampak aneh karna hari ini dia tak banyak tersenyum.     

Ckit....     

Tak terasa mereka sudah sampai di depan sekolah. Satu per satu mereka keluar, tak terkecuali dengan Mesya, dia yang selalu keluar lebih belakang.     

Arumi menghampiri putrinya.     

"Hati- hati, Sayang," tukasnya seraya mengecup kening Mesya.     

"Baik, Bu," jawab Mesya.     

Sambil memandangi langkah Mesya yang kian menjauh.     

Harapan wanita itu sangat besar, terhadap Mesya.     

'Kami sudah merawatmu dengan cinta, maka kau harus menunjukkan cintamu kepada kami, Nak ...." tukas Arumi.     

"Sayang... ayo kita pergi sekarang!" ajak Charles.     

"Ah, baiklah, Sayang!" Arumi segera memasuki mobilnya.     

***     

Baru saja memasuki kelas, Mesya sudah disuguhi oleh, suasana yang tidak mengenakan.     

Seluruh teman-teman di kelasnya tampak sedang bergosip, dan membicarakan tentang jasad dua pria yang terpotong-potong.     

"Kau tahu tidak  jika gang sempit itu, dulu juga pernah terjadi pembunuhan sebelumnya, dan jasad korbannya juga ditemukan dengan cara dipotong-potong, sama persis dengan korban pembunuhan yang terjadi saat ini!"     

"Benarkah?! Oh, menyeramkan sekali ...."     

"Ah entalah, mengapa akhir-akhir ini banyak sekali terjadi pembunuhan, kasus Juwita dan Bu Lula, saja belum di temuan  pelakunya!"     

"Iya menyeramkan sekali! Ibuku, sampai melarangaku untuk keluar rumah sendirian, terutama saat malam hari,"     

"Sama aku juga!"     

"Iya,memang benar-benar sangat menyeramkan, dan si pembunuh itu, tidak pantas disebut manusia, karna tingkahnya lebih mirip seekor binatang!"     

"Benar! Dan dia juga menguliti serta mengambil sebagian daging dari tubuh korbannya, apa itu artinya mereka itu kanibal?"     

"Ah, entalah, lebih baik jangan bicara begitu, aku serasa ingin muntah saat mendengarnya!"     

Mendengar obrolan para teman sekelasnya itu benar-benar membuat Mesya tak nyaman.     

Dia hanya bisa diam saat perbuatan keluarganya yang di cemooh oleh orang-orang.     

Mungkin kalau posisinya sekarang bukan keluarga Davies, maka dia pun juga akan melakukan hal yang sama, yaitu menghujat dan mengutuk perbuatan Arthur. Karna memang tak ada sedikitpum sisi manusiawinya.     

"Mesya,"     

"Eh, Romi, tumben baru datang?"     

"Iya, karna tadi mobil yang kutumpangi mogok, dan Sopir yang mengantarkanku terpaksa membawanya ke bengkel dulu," jelas Romi.     

"Oww," Mesya mengangguk mengerti.     

"Eh, Mesya, mereka itu kenapa ribut sekali, memangnya sedang membicarakan apa?"     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.