Anak Angkat

Kau Sangat Berarti



Kau Sangat Berarti

0"Hentikan!" teriak Arumi.     
0

David juga langsung berlari menghampiri Mesya dia menampik pisau itu hingga terpental ke lantai.     

'Klunting!'     

"Mesya! Jangan gila, Mesya!" teriak David.     

Untung saja  David berhasil menolong Mesya sebelum pisau melukai leher Mesya lebih dalam lagi.     

David segera menggendong adiknya lalu membawa Mesya keluar dari dalam ruangan.     

"Ayah! Ayo siapkan mobil, Ayah!" teriak David.     

Charles pun juga dengan  sigap menuruti perintah sang anak.     

Mereka segera melarikan Mesya ke rumah sakit terdekat.     

Yang lain sedang sibuk mengurus Mesya, sementara Arthur baru saja keluar dari dalam kamarnya, dia penasaran dengan suara gaduh dari kamar rahasia.     

Arthur segera mengecek.     

"Ada apa?" Dia tampak kebingungan, dan dia melihat ada noda darah di lantai ruangan itu.     

"Wah, sepertinya baru saja terjadi pertempuran ya?" ujar Arthur.     

Normalnya, orang akan panik melihat kejadian ini  apa lagi kalau sampai terjadi sesuatu dengan anggota keluarganya, tapi lain halnya dengan Arthur, justru dia malah senang melihat hal ini.     

"Wah, pasti tadi terliat seru sekali ya? Haha! Sayangnya aku tidak sempat melihatnya, akh... memang payah!" ujarnya sambil berlalu pergi meninggalkan ruangan tanpa membersihkan  kamar itu terlebih dahulu.     

"Apa jangan-jangan darah itu tadi, darahnya si Gadis Manja?"     

"Haha! Mudah-mudahan saja benar, atau kalau David yang terluka juga tidak masalah. Karna aku senang melihat mereka semua terluka," gumam Arthur.     

Melihat kedekatan Mesya dan David membuat Arthur semakin membenci kedua saudaranya itu.     

***     

Dua hari telah berlalu, Mesya sudah pulang dari rumah sakit.     

Tampak David yang mendorong kursi roda.     

"Ayo pelan-pelan, Sayang," tukas Arumi.     

Lalu David menghentikan kursi roda itu di ruang tamu.     

"Wah, Kalian, sudah pulang rupanya!" ujar Arthur yang baru saja keluar dari dalam kamarnya.     

"Aku sangat merindukan, Kalian, rumah ini terasa sepi. Dan ...." Arthur mendekat kearah Mesya. "Dan aku juga baru tahu jika yang sakit adalah, Adik Cantikku," tukas Arthur.     

"Maafkan kami, Sayang! Kami tidak sempat memberitahumu, karna kalau terlalu panik," ujar Arumi.     

"Ah, kalian ini nemang tega sekali, aku ini, 'kan juga anggota di kelurga ini, lalu mengapa kalian bisa melupakan aku begitu saja?"  protes Arthur dengan raut wajah yang kecewa.     

"Sekali lagi, Ibu mewakili yang lainnya minta maaf atas hal ini, kami benar-benar tak bermaksud melupakanmu," tukas Arumi.     

Baiklah Ibu, aku akan memaafkan kalian semua, lagi pula sebagai lelaki yang sudah dewasa di dalam keluarga ini, Aku tidak boleh manja," ujar Arthur melirik kearah Mesya Dan David, dia seperti sedang menyindir mereka.     

"Baiklah, Adik Cantik, bagaimana keadaan mu saat ini?" tanya Arthur dengan senyuman khasnya.     

Mesya tak menjawabnya, bibirnya masih cemberut dan seolah menunjukkan ketidak sukaannya terhadap   Arthur.     

"Sayang, mungkin Mesya sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun," ujar Arumi, "jadi sebaikanya kau pergi saja ya, Sayang,"     

"Ah baikalh, Bu, aku mengerti, dan aku akan pergi sekarang," sahut Arthur.     

"Baik, Sayang, terima kasih atas pengertiannya, " Arumi menepuk pelan pundak Arthur.     

Dan Arthur pun tersenyum sambil berlalu pergi.     

"Sayang, ayo kita ke kamar saja, aku lelah," ajak Charles.     

"Ah, sebentar," Arumi mendekati David, lalu dia berbisik di telinganya.     

"Tolong jaga, Mesya baik-baik dan jangan sampai ibu mengetahui kau berbuat yang tidak-tidak dengannya," ucap Arumi.     

"Baik, Bu," jawab David.     

Dan setelah itu barulah Arumi meninggalkan Mesya dan David.     

"Ah, ada yang ketinggalan," tukas Arumi.     

"Ada apa lagi, Sayang?" tanya Charles.     

"Aku melupakanmu sesuatu," jawab Arumi, lalu dia berbalik menghampiri Mesya.     

"Selama kau sakit, Kakakmu David, akan menjagamu, jadi kau tak usah khawatir. Dan Ibu berharap agar kau lekas sembuh, Mesya," Arumi mengecup kening Mesya.     

"Kami semua menyayangimu, Sayang ...." Bisik Arumi di telinga putrinya.     

Barulah kali ini dia benar-benar pergi bersama Charles.     

Mesya masih terdiam tanpa kata, dan dia memegang bagian keningnya yang baru saja dicium oleh Arumi.     

'Andai saja, dia itu bukanlah Ibu yang menyeramkan, pasti aku akan menyayangi dengan tulus, dan pasti aku adalah anak yang sangat beruntung,' bicara Mesya di dalam hati.     

"Masya, apa kau ingin pergi ke kamarmu?" tanya David, dan Mesya pun mengangguk.     

"Baiklah aku akan mengantarkanmu sekarang," ujar David.     

Dia menggendong Mesya naik ke atas tangga.     

Karna memang tak memungkinkan mendorong kursi roda naik ke atas tangga.     

"Kak, yang sakit itu leherku, kakiku masih bisa berjalan, kau tidak perlu menggendongku seperti ini," ujar Mesya.     

"Tidak apa-apa, Mesya, biar aku menggendongmu," ujar David.     

"Tapi aku masih bisa berjalan, Kak!"     

"Sudahlah, Mesya, kau diam saja, memangnya kau tidak suka ya kalau aku menggendongmu?" tanya David.     

"Emmm ...." Mesya tersenyum malu-malu, David meliriknya sesaat. Pria itu menahan senyuman.     

'Astaga! Dia itu manis sekali kalau sedang malu-malu begini,' batin David.     

"Sudah jangan senyum-senyum begitu," tukas David.     

"Me-mang-nya, kenapa?" tanya Mesya.     

"Tidak! Hanya saja senyumanmu itu menggangu, pikiranku," jawab David.     

Masya pun semakin salah tingkat dibuatnya.     

Dia hanya bisa mematung dalam pelukan David yang tengah menggendongnya.     

"Kak, kalau Ayah dan Ibu, melihat kita sedekat ini bagaimana?"     

"Tenang lah, mereka tidak aka memarahi kita,"     

"Tapi, kemarin saja—"     

"Sstt ... diam, percaya kepadaku, jika aku memang ditugaskan untuk menjagamu," ujar David.     

"Benarkah?"     

"Iya!"     

Lalu David menbaringkan tubuh Mesya di atas kasurnya.     

Lalu Mesya malah kembali duduk.     

"Kak, kenapa kemarin malah menyelamatkan aku?" tanya Mesya.     

"Hah, sudahlah, Mesya... jangan mengingatkan aku dengan hal itu, kau tahu tidak jika kau hampir membuatku gila?" cantas David.     

"Tapi, aku kemarin sangat berharap jika hidupku bisa  berhenti sampai hari itu saja, tapi Kakak malah menolongku," keluh Mesya dengan wajah kecewa.     

"Kau ingin berhenti hidup demi egomu, sementara aku ingin kau tetap hidup karna aku ingin menjagamu!" ketus David.     

Tentu saja David merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Mesya.     

Mati-matian David, terus menjaganya, dan menganggap Mesya adalah gadis yang sangat berharga dalam hidupnya.     

Tapi dengan mudahnya, Mesya malah berkata jika dia ingin bethenti hidup saja.     

"Sya, apa aku ini tidak berarti dalam hidupmu? Dan berapa kali pula aku harus bertanya hal ini kepadamu?" tanya David.     

"Kenapa bertanya begitu, Kak? Tentu saja kau itu sangat berharga dalam hidupku," jawab Mesya.     

"Kalau aku memang berarti dalam hidupmu, maka jangan ulangi lagi perbuatanmu yang kemarin! Kau bukan gadis yang lemah, 'kan?" sindir David.     

Mesya mengangguk. "Maafkan aku Kak. Aku memang khilaf, karna aku tak tahu harus berbuat apa, kemarin aku tak sanggup melihatmu disiksa. Dan karna aku sudah tak sanggup lagi makanya aku ingin mati saja," tutur Mesya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.