Anak Angkat

Ingkar Janji Part2



Ingkar Janji Part2

0"Baiklah, Ibu akan membuatkan masakan yang enak untuk kalian semua. Karna kalian sudah bekerja keras hari ini," ujar Arumi.     
0

"Wah, Ibu ini benar-benar yang terbaik!" puji Arthur.     

"Istriku memang yang terbaik," puji Charles.     

"Ah, lagi-lagi kalian ini selalu memujiku dengan kompak," ujar Arumi, lalu wanita paruh baya itu pun berlalu pergi, dan membawa pelastik-pleastik berisi daging manusia itu masuk ke dapur.     

Di bantu oleh Charles dan Arthur, mereka juga membawakan pelastik-plastik itu.     

Hanya David yang masih berada di ruang tamu dan berdiri tegap.     

Dia sama sekali tak ingin berbaur dengan Arthur dan kedua orang tuanya itu.     

"Kak David," panggil Mesya sambil menepuk pundak David.     

David menoleh, dan tepat disaat itu Mesya melihat ada bercak darah di pakaian David.     

'Darah? Kak David dan yang lainnya pasti baru saja membunuh orang?' bicara Mesya di dalam hati.     

"Ada apa, Mesya?" tanya David.     

Seketika raut wajah Mesya yang tadinya terlihat sangat ramah kini berubah menjadi raut yang sedang marah.     

Dan Mesya pun langsung pergi meninggalkan David begitu saja.     

"Sya, tunggu, Sya!" teriak David.     

Namun Mesya tak menghiraukan panggilan David, dia malah sudah naik ke lantai atas dan mesuk ke dalam kamarnya, lalu menutup pintu rapat-rapat.     

"Ah, kenapa sih, dia?" gumam David.     

"Ah, dasar, Perempuan! Mereka itu kadang memang suka membingungkan," ujarnya lagi sambil menggaruk-garuk kepala.     

David melirik ke arah dapur, dan ternyata Arthur masih sibuk dengan kedua orang tuanya. Ini adalah kesempatan yang bagus bagi David untuk naik ke lantai atas.     

Tok! Tok! Tok!     

David mengetuk pintu kamar Mesya dengan ringan.     

"Mesya ...." Panggil David lirih.     

"Bisa tidak kita bicara sebentar?" tanya David.     

Sementara itu Mesya masih berada di dalam kamar dengan wajah yang cemberut.     

Tapi setelah dipikir-pikir lagi, kejadian hari ini boleh dibilang kejadian yang langka.     

Karna baru kali ini David sampai mengetuk pintu kamarnya, dan seakan mengemis kepadanya agar mau membukakan pintu dan berbicara dengannya.     

Dulu Mesya yang selalu mengemis kepada David, hanya untuk berbicara dengan Kakaknya itu.     

Perlahan Mesya tersenyum.     

'Jadi begini ya rasanya jual mahal?' bicara Mesya di dalam hati.     

'Eh, tapi kalau dibiarkan begini kasihan juga, Kak David, lagi pula ini juga bukan murni salahnya. Kak David, melakukan ini semua karna menuruti perintah Ayah dan Ibu,'     

Lalu Mesya segera membuka pintunya.     

Ceklek!     

"Masuk, Kak," ujar Mesya.     

Lalu David masuk ke dalam kamar Mesya, tapi sebelumnya dia mengecek keadaan sekitar, untuk memastikan tidak ada yang melihatnya.     

"Ayo duduk, Kak," ajak Mesya, lalu dia menutup pintu kamarnya lagi, karna dia tidak mau kedatangan David menghampirinya akan di ketahui oleh yang lainnya.     

"Sya, kamu tadi kenapa?" tanya David dan Mesya masih menundukkan wajah dan cemberut.     

"Ayo bicara, jangan diam saja karna aku ini bukan seorang peramal yang bisa menebak isi hatimu," tukas David.     

Mendengarnya membuat Mesya nyaris tertawa, tapi sayangnya dia masih kesal dengan David.     

"Aku kesal saja, dengan Kakak!" sengut Mesya.     

"Kesal? Kesal karna apa?" tanya David.     

"Aku kesal karna, ada noda darah di baju, Kakak. Pasti Kakak, baru saja membunuh orang 'kan?" tebak Mesya.     

David pun hanya bisa terdiam, karna apa yang dituduhkan Mesya kepadanya itu memang benar.     

"Apa, Kakak, sudah membunuh, Edo?" tanya Masya.     

Lalu David menggelengkan kepalanya.     

"Aku tidak membunuhnya," jawab David.     

"Tapi, kemarin aku lihat Kak David memukulnya hingga tak sadarkan diri? Bisa saja, 'kan dia itu langsung mati?" tebak Mesya.     

"Yah, tapi sayangnya dia tidak mati. Dia masih hidup dan yang benar-benar sudah menghabisinya adalah Arthur," jelas David.     

"Kak Arthur?".     

"Iya, Sya, bahkan dia yang sudah menyekapnya di ruang belakang sekolah," tutur David.     

"Akh, kenapa sih, selalu saja begitu? Kenapa mereka itu selalu saja membunuh orang?!" cantas Mesya sambil gemas memijit-mijit keningnya sendiri. David tahu jika hal ini, adalah hal yang sangat ditakuti dan sangat di benci oleh Mesya, tapi dia pun tidak bisa menghindarinya. Karna ini memang akan selalu terjadi dalam keluarganya, dan selamanya Mesya akan menemukan saat yang menurutnya sangat menyebalkan ini.     

Perlahan David meraih tangan Mesya dan menggenggamnya erat.     

"Sya, kamu tahu, 'kan, jika keluarga kita ini memang seperti ini," ujar David.     

"Mau tidak mau, kau harus bisa beradaptasi," ujar David.     

"Tapi, rasanya aku lelah untuk belajar beradaptasi, Kak, aku ingin hidup normal. Dan terbebas dari beban ini, aku sudah tak tahan melihat orang meninggal gara-gara aku," ujar Mesya.     

David memeluk adiknya.     

"Sabar, hanya itu yang bisa aku katakan kepadamu, karna aku tidak tahu harus dengan cara apa aku bisa membuat dirimu merasa tenang," ujar David.     

Mesya juga terus berusaha untuk tetap tenang, walau dia merasa sangat jengkel dan ketakutan, tapi ini yang bisa ia lakukan. Lagi pula kalau pun dia marah dan berteriak-teriak kepada orang tuanya, tetap saja tak akan bisa merubah keadaan. Mereka tetap akan membunuh orang. Dan yang lebih parahnya lagi mereka juga malah akan membunuh orang-orang terdekatnya seperti Romi.     

Tapi yang membuat Mesya sangat kecewa adalah Arumi yang tak menepati janji.     

Harusnya dia dan yang lainnya tidak akan mengganggunya selama satu bulan ini, termasuk tidak akan membunuh siapa pun yang sudah berurusan dengan. Mesya.     

Dan sekarang mereka malah sudah membunuh Edo.     

"Aku benci dengan Ibu, dan Ayah, kenapa mereka ingkar janji kepadaku?" protes Mesya dengan bibir mengerucut.     

"Sebenarnya, ini tidak murni salah mereka, karna aku yang awalnya memukul Edo," ujar David. Dan Mesya menatap David dengan wajah kesal.     

"Tapi, kalau misal aku tidak melumpuhkannya, lalu bagaimana dengan dirimu? Dia akan menjatuhkan mu!" tegas David kepada Mesya.     

Seketika Mesya terdiam, harusnya dia memang tidak usah menyalahkan keluarganya sepenuhnya.     

David memukul Edo juga karna dia ingin melindungi Mesya.     

Kalau tidak, sudah pasti saat ini Mesya akan menanggung malu dan mendengar banyak hujatan atas vidio dirinya yang tanpa busana.     

Hanya saja tidak seharusnya mereka sampai membunuh Edo secara tragis.     

"Kenapa aku harus menanggung beban ini, Kak? Kenapa aku harus menjadi bagian dari kalian? Harusnya sejak awal, aku menolak saja ajakan Ibu untuk mengadopsiku," keluh Mesya.     

"Mesya, jangan bicara begitu, kalau pada waktu itu kau menolaknya, maka kau tidak akan bertemu dengan aku, Sya," ujar David menenangkan Mesya.     

"Kenapa, Kakak, bilang begitu?" tanya Mesya. "Bukankah dulu, Kakak, membenciku?"     

"Lagi-lagi malah membahas itu! Aku, 'kan sudah mengatakan alasanku!" tegas David.     

Lalu David memeluk tubuh adiknya, "Jangan menyesali karna sudah hidup bersama kami, Mesya, karna itu sama saja kau ini menyesali pertemuanmu denganku. Aku sakit hati mendengar hal itu, karna aku sangat menyayangimu," pungkas David.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.