Anak Angkat

Kebebasan Part2



Kebebasan Part2

0"Jangan mengganggu aku lagi!" bentak Mesya lewat telepon.     
0

[Ah, kenapa malah kasar begitu kepadaku?] protes Edo.     

"Dengar ya, jangan menggangguku dan cepat matikan teleponnya!" hardik Mesya.     

[Jangan begitu dong, Mesya, aku ini hanya ingin mengenalmu lebih dekat lagi,]     

"Ah, menyebalkan!"     

'Tut!' Mesya segera menutup panggilan telponnya.     

Lalu dia menekan tombol blokir.     

"Mengganggu saja, aku tidak mau menjadi Mesya yang lemah lagi, yang hanya dihina atau dilecehkan orang lain! Karna seperti apa pun aku menjaga sikapku, tetap saja mereka juga akan mati setelah menggangguku,"     

"Mungkin  jika aku bertingkah sedikit kasar, maka mereka tidak akan menindasku lagi," gumam Mesya.     

Lalu dia meraih makanannya dan melanjutkan niat yang tertunda yaitu menyantap seluruh makanan yang baru saja dia pesan.     

***     

Esok harinya Mesya terbangun dengan tubuh yang terasa lebih segar dari bisanya, karna kemarin malam dia makan  dengan benar, tak seperti biasanya yang selalu makan sedikit dan itu lebih sering ia muntahkan kembali, karna merasa mual melihat keluarganya yang menyantap makanan yang tak lazim.     

Tok! Tok!     

Terdengar seseorang yang mengetuk pintu kamar Mesya.     

"Iya, sebentar!" sahut Mesya.     

Ceklek!     

"Yang lain sudah menunggumu di bawah," ucap David.     

Mesya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.     

Lalu David kembali menuju lantai bawah tapi Mesya, memanggilnya.     

"Kak David," tukas Mesya pelan.     

"Iya," David menghentikan langkahnya.     

"Kak, boleh tidak aku menggandeng tanganmu sebentar saja?" tanya Mesya.     

Sebelum menjawabnya, David mengedarkan pendangan ke seluruh ruangan, memastikan jika tidak ada yang melihatnya. Setelah itu David mengangguk dan meraih tangan Mesya.     

Dia menggandeng tangan adik angkatnya dengan hangat.     

Mereka menuruni tangan dengan langkah yang beriringan dan saling bergandengan.     

Namun sayangnya, tak berselang lama mereka berpapasan dengan Arumi, sehingga membuat David segera melepaskan pegangan tangannya dari Mesya.     

Kini mereka berjalan masing-masing seperti tak melakukan apapun.     

"Mesya, kenapa lama sekali, Sayang?" tanya Arumi.     

"Maaf, Bu, tadi aku bangun kesiangan," jawab Mesya.     

"Oh, begitu ya? Yasudah ayo kita berangkat sekarang," ajak Arumi.     

"Baik, Bu," jawab Mesya.     

***     

Hari ini, terasa begitu cerah, bukan hanya cuacanya yang tak mendung, tapi juga hati Mesya.     

Seperti mendapat kehidupan baru, sedikit kebebasan dari Arumi saja sudah membuatnya sebahagia ini, bagaimana kalau selamanya?     

Mesya berharap jika ini semua menjadi awal yang baik untuk kehidupannya.     

Mesya berharap, di suatu saat nanti ada sebuah keajaiban untuk dirinya agar bisa hidup normal seperti burung liar. Tanpa ada tekanan, tanpa ada batasan, dan tentunya tak ada kisah menyeramkan yang selalu mengiringi hari-harinya seperti sekarang.     

Seperti biasa, Mesya duduk di kursi belakang, berjajar dengan kedua kakaknya.     

Mesya salalu duduk di tengah-tengah mereka. Dan secara diam-diam  gadis dengan ciri khas lesung pipitnya itu menggenggam tangan David.     

Dia melirik sesaat kearah David dengan senyum tipis setelah itu dia bertingkah biasa saja seolah tak terjadi apa-apa, padahal tangannya masih menggenggam tangan David dengan erat.     

Dan David juga masih memasang wajah yang datar, dia bertingkah seperti biasanya, kemudian dia menaruh tas miliknya tepat di tengah-tengah tempat duduknya yang bersebelahan dengan Mesya, dan dengan begitu tak ada yang tahu kalau dia dan Mesya sedang berpegangan tangan.     

Dalam hati Mesya kian berbunga, seperti mendapatkan sesuatu yang berarti dalam hidupnya, walaupun terasa klise.     

'Kadang aku berpikir, kenapa aku harus satu rumah dengan, Kak David? Kenapa kami harus dipertemukan dengan cara seperti ini? Andai saja dia adalah orang asing  yang tiba-tiba jatuh cinta kepadaku. Mungkin aku bisa lebih bebas dan bisa merasakan indahnya cinta yang sesungguhnya,'     

Ckit....     

Tak terasa mobil sudah berhenti tepat di depan pintu gerbang sekolah.     

David, dan Arthur, turun  lebih dulu, sedangkan Mesya turun paling belakang.     

Arumi pun juga ikut turun dia menghampiri Mesya.     

"Mesya, selama satu bulan ini, Ibu akan memberi kebebasan untukmu, tapi ingat, kau harus menjaga porsi makanmu, sampai berat badanmu kembali normal, maka kau harus belajar makan dan mengikuti cara hidup seperti kami," ujar Arumi.     

Ternya hanya satu bulan saja tenggang waktu yang di berikan oleh Arumi kepadanya.     

"Baik, aku akan menuruti perintah Ibu, tapi tolong selama satu bulan ini, Ibu dan Ayah, benar-benar jangan menggangu kebebasanku. Aku juga ingin hidup normal seperti gadis seusiaku," pinta Mesya     

"Dan satu lagi, Bu. Tolong jangan  membunuh teman-temanku meski mereka sudah menggangguku, percaya kepadaku  jika aku bisa melawan mereka," pinta Mesya.     

Sebelumnya Arumi masih ragu untuk mengatakan 'iya' kepada Mesya.     

Tapi setelah dipikir-pikir lagi, Arumi menyetujui permintaan Mesya.     

Setidaknya Mesya sudah berjanji akan menurut permintaannya di bulan selanjutnya.     

Dia hanya memberi kebebasan kepada Mesya untuk satu bulan saja, dan selanjutnya Mesya tetap akan berada dalam keluarga mereka sepenuhnya.     

"Baik, Ibu akan memberikan izin kepadamu, dan kau boleh melakukan apa yang kau inginkan selama satu bulan ini. Tapi ingat ...,     

"Ingat apa, Bu?" tanya Mesya.     

"Kau harus tetap menjaga dirimu baik-baik, ingat tugas utamamu, kau adalah senjata kami untuk mengalahkan musuh bebuyutan kami," pesan Arumi.     

Mengingat hal itu membuat Mesya merasa keberadaan, tapi bukan masalah besar baginya, setidaknya dia masih mendapat kebebasan  walau hanya satu bulan saja.     

"Baik, aku setuju, Bu!"  tukas Mesya dengan tegas, wajahnya kembali bersemangat.     

"Terima kasih, Ibu!" Mesya kembali mengecup bagian pipi sang ibu seperti kemarin. Dan setelah itu Mesya berlalu pergi dengan  ceria, dia memasuki gerbang sekolah setengah berlari, dan sesaat dia berhenti, sambil melambaikan tangannya kepada Arumi.     

"Sampai bertemu nanti, Ibu!" teriak Mesya.     

Arumi menanggapinya dengan senyuman, dia juga membalas lambaian tangan Mesya.     

Hati Arumi yang sempat mati kini kembali tersentuh, dia merasakan sebuah cinta.     

Sikap Mesya teramat manis, hanya sedikit kebebasan yang ia berikan, sudah mampu membuat seorang Andrea Mesya menjadi gadis yang berbeda.     

Tak sadar wanita itu menarik kedua sudut bibirnya, hingga kembali mengukirkan sebuah  senyuman yang sangat tulus.     

'Kadang aku juga rindu kehidupanku yang dulu, tapi sayangnya Arumi yang bodoh dan lugu sudah mati,' bicara Arumi di dalam hati.     

"Sayang, kau ini sedang memikirkan apa?" teriak Charles dari dalam mobil, "ayo kita pulang sekarang," ajak Charles.     

"Ah, baiklah, Arumi mengerjap dengan cepat.     

Wanita itu kembali memasuki mobil, dan melaju berlalu pergi meninggalkan tempat itu.     

Sepanjang perjalanan itu, Arumi membayangkan kenangannya bersama Lizzy.     

"Mungkin, kalau anak perempuan kita masih hidup, dia sudah sebesar Mesya ya?" bicara Arumi kepada Charles.     

"Sudahlah, Sayang, jangan memikirkan dia lagi, kau itu tidak boleh cengeng! Kau pernah bilang jika kau itu bukan, Arumi yang dulu, 'kan?"  sindir Charles.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.