Anak Angkat

Jangan Pikirkan Orang Lain!



Jangan Pikirkan Orang Lain!

Setelah memberikan nomor ponsel adiknya kepada Edo, Arthur berlalu begitu saja.     

Sedangkan Edo kembali mengganggu Romi.     

"Ayo, mana dompetmu! Cepat berikan kepadaku!" sergah Edo.     

"Tapi—"     

"Cepat lakukan saja apa yang aku perintahkan!" sergah Edo.     

Dan kedua temannya, juga kembali mengancam Romi untuk memukulinya lagi.     

Akhirnya dengan terpaksa dia menyerahkan dompet dan buku PR-nya kepada Edo dan kawan-kawannya.     

"Nah, begitu dong! Tinggal menyerahkan saja apa susahnya sih!" ujar Edo sambil tersenyum dan hendak berlalu pergi.     

"Tunggu!" teriak David.     

Edo dan kedua temennya menoleh.     

"Wah ada Pahlawan, lagi rupanya! Kenapa, si Culun, ini banyak sekali yang membela, tadi Arthur, dan sekrang kau!" cantas Edo. Mengingat tentang Arthur yang mengaku jika dia adalah Kakaknya Mesya, membuat Edo menjadi yakin kalau David dan Mesya tidak sedang berpacaran.     

Memang dia baru tahu jika Arthur adalah kakaknya Mesya, tapi kalau soal Arthur dan David yang bersaudara dia sudah mengetahuinya sejak dulu.     

Karna mereka memang tidak pernah menyembunyikan persaudaraan mereka.     

"Ah, syukurlah, sekarang aku merasa lega, kupikir kalian itu berpacaran, tapi ternyata kalian bersaudara," ujar Edo.     

'Kenapa dia bisa tahu kalau aku bersaudara dengan, Kak David?' bicara Mesya di dalam hati.     

"Oh, iya, Kak David, perkenalkan namaku, Edo, teman sekelas Mesya, dan aku ingin memberikan pengakuan kepada Kakak, jika aku menyukai adikmu yang cantik ini," pungkas Edo.     

David melirik sesaat ke arah Mesya, lalu Mesya menggelengkan kepalanya, yang mengisyaratkan jika dia tidak nyaman dengan perlakuan Edo terhadapnya.     

"Jangan macam-macam dengan, Mesya," ancam David, namun dengan suara yang cukup pelan.     

Kemudian Mesya segera menghampiri Romi.     

"Kamu tidak apa-apa? Dahimu memar?" tukas Mesya.     

"Dia, menggangguku, Mesya," tukas Romi.     

"Ah, lagi-lagi dia selalu mengganggu kita! Memangnya apa maunya?" gumam Mesya dengan wajah yang kesal.     

"Sepertinya Edo itu benar-benar menyukaimu, Mesya. Tapi kau tetap harus berhati-hati terhadapnya," bisik Romi di telinga Mesya.     

Meski merasa kesal tapi Mesya tetap menahannya.     

Dari tidak mau jika berbuat masalah di sini dan malah justru akan membahayakan keselamatan Edo.     

David, memegang kerah baju Edo, "Sebaiknya kau jauhi saja adikku, karna dia tidak menyukaimu!" ketus David.     

"Eh, kenapa bicara begitu? Arthur saja mendukungku, bahkan dia juga memberikan aku nomor ponsel Mesya, lalu mengapa kau tidak?" protes Edo kepada David.     

"Sial, apa lagi yang anak itu rencanakan," gumam David. Dan yang dia maksud adalah Arthur.     

"Ehm!" David kembali menatap tajam kearah Edo. "Jauhi adikku, atau kamu akan mendapatkan masalah yang cukup besar!" ancam David.     

"Hey, David, kau ini kenapa sih malah mengancamku? Kau pikir aku akan takut kepadamu?" Edo menggelengkan kepalanya dengan senyuman yang menghina. "Dengar ya, David, meski keluarga David terkenal kata raya, tapi keluargaku juga tak kalah kaya dari keluarga kalian! Jadi kau itu jangan sombong dan sok melarangmu berhubungan dengan Mesya!" ujar Edo dengan mengangkat dagu.     

"Kalau memang dia dari keluarga yang kaya raya, lantas mengapa dia ingin mengambil dompetku?" celetuk Romi.     

"Dia, ingin mengambil dompetmu?" tanya Mesya memastikan.     

"Ops! Aku keceplosan," Romi segera menutup mulutnya.     

"Tidak apa, Romi," ujar Mesya.     

"Tapi—"     

"Tenang, Kak David, itu tidak seperti Arthur," ujar Mesya.     

"Tapi masalahnya bukan hanya itu saja, Sya. Arthur juga sudah mengetahui hal ini, hanya saja dia bukanya marah tapi malah santai dan memberikan nomor ponselmu kepada Edo," bisik Romi.     

Tentu saja Mesya menjadi panik mendengarnya.     

Dia pikir kalau hanya David yang mengetahui hal ini, maka nyawa Edo masih bisa terselamatkan, tapi kalau Arthur juga sudah mengetahuinya, pasti hal ini akan berujung bencana.     

Senyuman Arthur, dan sikapnya yang teramat santai itu justru membuat Mesya menjadi semakin tak tenang saja.     

Sudah pasti jika saat ini Arthur sudah merencanakan sesuatu.     

"Ya Tuhan," Kedua bola mata Mesya mulai berkaca.     

David pun segera memukul wajah Edo dengan keras sampai bibirnya mengeluarkan darah.     

"Cepat pergi atau kalian akan mendapatkan masalah yang lebih parah lagi!" ancam David.     

"Sial! Kenapa kau malah memukulku?!" cantas Edo, lalu dia melirik kearah kedua temannya.     

"Hey, Kalian! Cepat serang dia!" Edo memerintah kedua temannya untuk menyerang David.     

Lalu dua anak lelaki itu segera menyerang David, tapi David tak tinggal diam, dia juga melawannya.     

Satu anak lelaki hendak memukul David dengan bogeman mentahnya, tapi David berhasil menghindar darinya, lalu dia yang berbalik memegang tangan anak lelaki itu dan memuntirnya.     

'kretak'     

Terdengar suara gemertak tulang yang seperti patah.     

"Ah! Sakit!" teriak anak lelaki itu.     

Melihat temanya yang kalah, anak lelaki yang satunya kembali menyerang David, sedangkan Edo hanya menatapnya saja.     

Dan lagi-lagi anak lelaki yang satunya juga kalah.     

David melakukan hal yang sama dengan anak lelaki yang pertama tadi, dia membuat tangan teman Edo itu juga cidera.     

'Kletak!'     

"Ah, sakit!" tetiaknya.     

Edo mulai ketakutan, dia baru tahu jika David yang terlihat seorang yang pendiam dan introvert itu bisa menjadi sosok yang menyeramkan ketika dia marah.     

Edo langsung berlari meninggalkan David dan yang lainnya.     

Lalu David berjalan mendekat kepada dua anak lelaki teman dari Edo yang saat ini sedang meringkuk kesakitan.     

"Dengar ya, kalau kalian ingin selamat, jangan mengadu hal ini kepada siapapun. Dan aku akan mengurus biaya pengobatan kalian, tapi kalau kalian berani macam-macam atau mengadu dengan Kepala Sekolah, maka aku dapat menjamin jika kalian akan mendapat sesuatu yang lebih parah lagi. Bisa jadi bukan hanya tangan yang akan kupatahkan, tapi juga bagian tulang yang lainnya," pungkas David kepada dua anak lelaki itu.     

Mesya segera menghampiri Kakaknya.     

"Astaga, Kak David! Bagaimana ini?!" tukas Mesya panik.     

David tak menghiraukan Mesya dan dia malah berjalan mendekati Romi.     

"Ada baiknya jika kau juga harus belajar ilmu bela diri," ujar David kepada Romi.     

"Tapi, Kak! Aku—"     

"Kalau kau lemah begini, bagaimana kau bisa menjaga adikku?" tanya David, dan Romi tak bisa menjawabnya.     

"Kami membiarkanmu hidup, karna kami ingin agar kau bisa menjaga Mesya, tapi kalau menjaga dirimu saja tidak bisa, bagaimana kau akan menjaga adikku?"     

"Ma-maaf, Kak David," tukas Romi dengan wajah menunduk.     

Mesya kembali mendekati David dan memegang pundak kakaknya.     

"Kak, tolong jangan bebani Romi, kasihan dia," ujar Mesya.     

"Jangan pikirkan orang lain, tapi pikirkan dirimu sendiri!" tegas David.     

Pria tampan dengan tubuh tinggi besar itu pergi meninggkan Mesya dan Romi.     

"Romi, maafkan aku ya? Ini semua salahku, kau jadi kesulitan begini! Aku minta maaf, Romi ...." Pungkas Mesya sambil memegang kedua tangan Romi.     

"Tidak apa-apa, Mesya ...."     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.