Anak Angkat

Perasaan



Perasaan

0Setelah bebrapa saat merasakan ciuman lembut dari Mesya, Satria segera melepaskan manggutannya. Dan Mesya juga segera bangkit dari atas kasur klinik.     
0

"Maafkan aku, Tuan Satria," ucap Mesya.     

"Kenapa kau meminta maaf kepadaku?" tanya Satria.     

"Karna aku tadi sudah berpura-pura pingsan di hadapanmu," jawab Mesya dengan sedikit menundukkan kepalanya.     

"Lalu apa alasanmu melakukan hal itu kepadaku? Apa tujuanmu?" tanya Satria.     

"Aku menyukai, Tuan Satria," jawab Mesya.     

"Kau menyukaiku?"     

Mesya menganggukkan kepalanya, "Iya, saya menyukai, Tuan Muda Satria," jawab Mesya.     

"Panggil saya, Satria, jangan panggil saya dengan nama itu!" ujar Satria.     

"Tapi, Tuan Satria, itu orang terhormat, mana mungkin saya pantas memanggilnya dengan sebutan itu," sahut Mesya.     

"Kamu, 'kan juga anak keluarga Davies, keluarga kaya-raya dan terhormat," ujar Satria.     

"Tapi—" ucapan Mesya terpotong.     

"Mesya, apa benar kau menyukaiku?" tanya Satria memastikan. Dan Mesya kembali menganggukan kepalanya.     

"Benaran, saya menyukaimu, Tuan Satria," jawab Mesya.     

"Sudah kubilang jangan panggil dengan nama itu!" bentak Satria.     

"Baik kalau begitu aku akan memanggilmu dengan sebutan, Kak Satria," ujar Mesya.     

"Soal itu terserah kau saja, yang menjadi pertanyaanku apa alasannu menyukaiku?" Satria tampak penasaran.     

"Bukankah cinta itu tak butuh alasan?" Mesya bertanya balik kepada Satria.     

"... aku tidak tahu, karna aku belum pernah jatuh cinta," jawab Satria.     

"Kalau begitu, cobalah beri kesempatan untukku, mengenalkan cinta kepadanu, Kak Satria," ucap Mesya.     

"Untuk apa? Aku tidak butuh wanita sepertimu, bahkan hubungan keluarga kita juga tidak baik," cerca Satria.     

"Kalau begitu apa tujuanmu, datang ke sekoah ini dan menawarkan kerja sama? Apa kau tidak tahu jika sekolah ini milik kelurgaku?" tanya Mesya.     

Satria tak mau tinggal diam.     

"Karna hanya sekolah ini yang pantas untuk memasarkan produk kami, dan jujur sebelumnya juga tidak tahu jika sekolah ini sudah menjadi milik kelurga Davies" jelas Satria.     

"Ah sayang sekali ...." Mesya kembali menundukkan kepalanya dan dia memasang wajah yang kecewa.     

"Kenapa kau begitu?" tanya Satria.     

"Aku sangat kecewa, Kak. Karna kupikir kedatanganmu ini adalah takdir, kupikir kita bertemu kembali karna kita jodoh, aku sangat mengharaoakan keajaiban, Kak Satria," ujar Mesya.     

"Mesya, kenapa kau bicara begitu? Memangnya jodoh semudah itu?"     

"Aku berbicara seperti ini, karna aku mulai tak tenang saat pertama kali aku melihat, Kak Satria,"     

"Kau ...."     

"Yah, aku jatuh cinta kepada, Kak Satria, sejak pandang pertama, Kak! Dan rasa itu masih ada di dalam hatiku sampai sekarang," tutur Mesya.     

Satria terdiam sesaat, dia memandang Mesya dengan kaku, dia masih meragukan ucapan Mesya. Tapi tak dapat di pungkiri, wajah Mesya memang terlalu cantik untuk di tolak olehnya. Satria baru kali ini melihat gadis cantik yang berbeda. Ada banyak wanita yang tergila-gila kepadanya, tapi entah mengapa hatinya tak bisa tergoda. Tidak seperti saat bersama Mesya, kecantikan gadis itu terlihat sangat berbeda, ada daya tarik tersendiri, entah dari segi apa. Yang jelas Mesya mampu mengusik pikirannya.     

'Aku tidak boleh jatu cinta dengan gadis ini, terlebih dia itu anak dlangkat dari Bibi Arumi, keponakan Ayah yang sangat ia benci, kalau aku sampai bermain hati dengan gadis ini, pasti aku akan berada ada dalam masalah,' bicara Satria di dalam hati.     

"Kak Satria," Mesya menggengam tangan Satria, "aku mohon tolong rahasiakan ini, jangan bilang ke siapa pun kalau aku menyatakan perasaanku kepada, Kakak. Karna aku takut kedua orang tuaku akan marah," pungkas Mesya.     

"Kalau kau sudah tahu hal itu, kenapa kau masih nekat mendekatiku, dan memancingku untuk menciummu?" tanya Satria.     

"Sekali lagi aku minta maaf, Kak. Ini murni perasaanku, aku benar-benar sangat mencintai, Kak Satria. Dan perasaan ini adalah perasaan yang tak bisa aku tolak," jelas Mesya.     

Gadis itu terlihat begitu fasih melakukan kebohongan. Memang sebelumnya dia sudah berlatih untuk melakukan hal ini. Dia ingin agar aktingnya ini terlihat lebih natural.     

"Lalu apa yang kau harapkan dari semua ini, jika seandainya saja aku benar-benar menyukaimu? Toh kita juga tidak akan bisa bersama? Kau tahu jika keluargaku adalah orang yang berbahaya?" tanya Satria kepada Mesya, tentu saja pertanyaan ini bukan tanpa sebab, Satria hanya ingin menguji kesungguhan Mesya.     

"Aku tidak peduli, Kak. Bahkan jika aku mati karna keluargamu pun aku tak peduli, yang terpenting aku mendapatkan balasan cinta dari, Kak Satria," ucap Mesya.     

Seketika Satria terdiam sesaat dengan kedua alis yang mengerut.     

Bahkan Mesya tak rela mempertaruhkan nyawanya demi mendapatkan cintanya.     

Satria merasa beruntung, tapi masih ada sedikit keraguan di hatinya.     

Dia takut jika Mesya hanya berbohong atas perbuatannya ini, dan dia sedang merencanakan sesuatu.     

Tapi melihat kedua bola mata Mesya yang sayu dan memelas, membuat Satria semakin yakin akan ke tulusan hati Mesya.     

Satria memang tak pernah memiliki belas kasihan terhadap siapapun bahkan dia juga bisa membunuh sapa saja kapan pun dia mau, dan dia juga tak memiliki sedikit pun rasa kasihan setelah membunuh mereka secara tragis. Tapi melihat wajah memelas yang Mesya, entah mengapa membuat hatinya tersentuh.     

Mesya si gadis polos dan lemah, di matanya, tentu saja membuat Satria yang merasa sebagai seorang pria yang gagah berani ingin selalu menjaga Mesya.     

Tapi, tetap saja Satria tak boleh gegabah karna dia harus waspada agar tidak melakukan kesalahan karna terlalu mudah percaya dengan ucapan Mesya.     

"Aku akan merahasiakan ini semua, tapi kalau sampai aku tahu kau hanya bermain-main dengan ucapanmu ini. Aku pastikan kau dan keluarganu tidak akan bisa tenang!" ancam Satria.     

Lalu tak lama dokter yang bertugas di klinik itu pun datang dan Satria pun segera meninggalkan Mesya.     

Dengan tatapan nanar dia memandang kepergian Satria.     

'Astaga, aku benar-benar sudah menjadi gadis murahan, demi membantu keluarga, aku rela menjatuhkan harga diriku sendiri demi mendapatkan hati seorang pria. Padahal aku sama sekali tak menyukainya,' bicara Mesya di dalam hati.     

Bukan hanya karna dia yang tak menyukai Satria, tapi karna dia yang juga memikirkan perasaannya terhadap David.     

Hari ini dia sudah berciuman dengan Satria tanpa sepengetahuan David, dan hal itu membuat Mesya merasa bersalah terhadap David. Dia sudah menghianati perasaan David.     

***     

Ini teramat sulit dipercaya bagi Satria, Andrea Mesya yang seorang putri dari keluarga Davies, musuh bebuyutan keluarganya menyatakan cinta kepadanya.     

Tentu saja hal ini terasa tidak mungkin. Tapi entah mengapa Satria merasa sedikit bahagia, meski tak banyak.     

"Entah mengapa, ciuman itu masih terasa hingga kini, dan wajah gadis itu terus mengusik pikiranku," Satria bergumam.     

Tak biasanya dia merasa tak tenang karna bayangan seorang gadis yang telah menyatakan cinta kepadanya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.