Anak Angkat

Calon Adik Ipar



Calon Adik Ipar

0"Bu Celine, saya ingin berbicara jujur kepada Anda," ucap Arthur.     
0

"Memangnya, Pak Arthur, ingin mengatakan apa?" tanya Celine yang penasaran.     

"Bu, saya adalah anak pemilik sekolahan ini!" tegas Arthur.     

"Benarkah? Tapi—"     

"Nama saya Arthur Davies, putra kedua dari keluarga Davies, dan itu artinya saya memiliki kuasa penuh di sekolah ini!" jelas Arthur.     

Celine tampak tercengang mendengar pernyataan Arthur. Kini dia tahu mengapa Ratu begitu tunduk kepada Arthur, dan semua itu karna memang Arthur anak pemilik yayasan.     

Entah apa alasan Arthur yang merahasiakan hal ini kepada orang-orang. Tapi Celine merasa bahagia mendengarnya. Dia bisa mengadukan perbuatan Ratu terhadapnya.     

"Apa sekarang, Bu Celine, sudah yakin untuk menceritakan semuanya kepada saya?" tanya Arthur dengan senyuman khasnya.     

"Tapi saya masih ragu, Pak," jawab Celine.     

"Tidak usah ragu, Bu Celine! Katakan saja apa yang ingin Anda katakan tentang, Bu Ratu!"     

"Pak, Bu Ratu itu ...."     

"Ada apa dengan, Bu Ratu?"     

"Bu Ratu, itu wanita yang nekat, Pak!"     

"Nekat bagaimana?" tanya Arthur.     

"Dia, hendak membunuh saya, jika saya tidak segera meninggalkan sekolah ini, Pak!" jelas Celine.     

"Benarkah? Tapi apa alasan beliau sampai berbuat senekat itu?!"     

"Iya, Pak! Dia melakukan itu semua, karna mengira saya menyukai Pak Arthur!"     

"Kenapa bisa begitu?"     

"Karna Bu Ratu menyukai, Bapak, sehingga dia cemburu jika melihat wanita lain dekat-dekat dengan, pak Arthur," jelas Arthur.     

"Hah! Wanita tua itu menyukai saya!?" Arthur pura-pura tak mengetahuinya.     

"Begitulah, Pak. Sekarang beliau sangat membenci saya, dan mengancam akan membunuh saya jika saya masih mendekati, Pak Arthur,"     

"Yah, sudah kita bicarakan ini baik-baik, ayo kita duduk dulu, Celine," ajak Arthur.     

Mereka pun duduk di ruangan Celine.     

Awalnya Celine menolak untuk mengobrol di ruang itu, karna takut Ratu akan melihatnya, tapi Arthur terus memaksanya.     

Di depan Celine Arthur bertingkah seolah-olah tak tahu apa-apa tentang Ratu, bahkan dia juga tak mengakui jika pisau yang ada di tangan Ratu itu adalah pisau pemberiannya. Pria itu dengan sengaja mengadu-domba Celine Dan Ratu. Entah untuk tujuanmu apa, tapi yang jelas ini sesuatu yang menerik bagi Arthur.     

Arthur menyuruh Celine, untuk cuti dari sekolah ini selama beberapa hari. Dan tidak perlu menulis surat pengunduran diri. Arthur juga berjanji akan menyelesaikan masalah ini dengan tangannya sendiri, dan dia memastikan bahwa Celine tidak perlu takut diteror oleh Ratu, karna Arthur juga akan mengatasi masalah ini semua dengan caranya sendiri. Caline merasa lega berkat kehadiaran Arthur, dia tidak lagi perlu merasa takut akan ditindas oleh Ratu.     

Sekarang Celine hanya ingin menenangkan diri sambil menunggu kabar baik dari Arthur.     

***     

Esok harinya, Mesya tengah berjalan sendirian melawati koridor sekolah. Dia berpapasan dengan Ratu.     

"Hay, Mesya," sapa Ratu.     

"Hay, Bu Ratu, selamat pagi," sahut Mesya.     

"Di mana, Kakakmu?"     

"Maksudnya, Kak Arthur?"     

"Iya, siapa lagi? Kakakmu yang ada di sekolah ini hanya Arthur, 'kan?"     

"Ah iya, Bu Ratu. Tapi saya tidak berangkat bersama Kak Arthur, saya diantar oleh Ayah saya," jawab Mesya.     

"Kenapa begitu, Mesya? Harusnya kau berada bersama dengan Arthur saja, kalian ini, 'kan searah," usul Bu Ratu.     

"Terima kasih atas usulannya Bu Ratu, tapi saya lebih nyaman berangkat diantarkan oleh Ayah saya  ketimbang bersama dengan, Kak Arthur," jawab Mesya.     

"Ah, baiklah terserah saja, tapi saya ingin bertanya sesuatu kepadamu, Mesya," ujar Ratu.     

"Memangnya, Bu Ratu, ingin bertanya tentang apa kepada saya?" tanya Mesya.     

"Saya ingin bertanya tentang Arthur Mesya,"     

"Kak Arthur?" Mesya mengernyitkan dahinya.     

'Jadi benar kalau Bu Ratu, ini memang menyukai Kak Arthur, tapi kenapa harus Kak Arthur?' Dalam hati Mesya mulai bertanya-tanya,     

"Bu Ratu, ingin bertanya-tanya apa tentang, Kak Arthur?" tanya Mesya.     

"Begini, Mesya, Arthur sudah mengatakan kepadaku, jika dia tidak mempunyai pacar, tapi Aku masih tidak yakin. Dan aku takut kalau Arthur membohongiku,"  ujar Ratu.     

"Tunggu! Masaksud dari ucapan Bu Ratu itu apa?" tanya Mesya.     

Dengan raut malu-malu Ratu memperjelas pertanyaannya.     

"Mesya, apa benar jika Arthur itu belum memiliki pacar?"     

Mesya tak langsung menjawab pertanyaannya itu.     

"Mesya, kenapa melamun? Ayo jawab pertanyaanku!" sergah Ratu.     

"Setahuku, Kak Arthur tidak mempunyai kekasih," jawab Mesya.     

"Wah, benarkah? Apa kau yakin?" Ratu tampak antusias bertanya.     

"Tentu  saja," jawab Mesya.     

"Mesya, apa sebelumnya Arthur pernah membawa teman perempuanya ke rumah?" tanya Ratu sekali lagi. Dan Mesya menggelengkan kepalanya.     

"Tidak, Bu," jawab Mesya.     

Ratu langsung melebarkan senyumannya. Dia merasa sangat bahagia.     

"Ah, syukurlah ... setidaknya aku bisa merasa tenang sekarang,"     

Mesya semakin merasa penasaran dan untuk mengobati rasa penasarannya, dia memberanikan diri untuk bertanya kepada Ratu.     

"Bu, boleh saya bertanya?"     

"Kau ingin bertanya apa, Mesya? Silakan," sahut Ratu.     

"Bu, apa benar, Bu Ratu menyukai  Kak Arthur?" tanya Mesya     

"Haha, tentu saja!" jawab Ratu penuh percaya diri, "dan kami memang sudah berpacaran,"     

"Benarkah?!" Mesya syok mendengarnya, "Bu Ratu, berpacaran dengan Kak Arthur? Apa aku tidak salah mendengar?" tanya Masya.     

"Tidak, Mesya. Kau tidak salah mendengar ini kenyataan!" tegas Ratu dengan yakin.     

'Astaga, apa lagi yang di inginkan oleh Kak Arthur? Mengapa dia mempermainkan Bu Ratu?' batin Mesya, seraya menggelengkan kepalanya dan berdecak heran.     

"Mesya, aku tahu kau pasti sangat syok mendengar ini semua, tapi ini kenyataannya!"     

"Apa Bu Ratu, sudah yakin dengan keputusan ini?"     

"Loh, tentu saja! Memangnya kenapa kamu bertanya seperti itu?"     

"Ah, tidak ... hanya saja usia kalian ini terlampau jauh, Bu? Bahkan Kak Arthur itu juga belum lulus kuliah?"     

"Memangnya kenapa kalau Arthur masih muda? Itu tak berpengaruh dengan hubungan kita! Aku dan Arthur saling mencintai!" tegas Ratu.     

Meski Ratu berusaha meyakinkan Mesya bahwa hubungannya dengan Arthur itu benar-benar tulus tapi Mesya tidak yakin.     

Mungkin Ratu yang tulus mencintai Arthur, tapi tidak dengan Arthur. Pria itu hanya bisa mempernainkan perasaan Ratu dengan tujuan tertentu.     

Tapi Mesya bingung harus bagaimana menjelaskan ini semua kepada Ratu. Dia takut hal ini justru akan membuat Ratu malah marah kepadanya.     

"Bu Ratu, kalau begitu saya permisi dulu ya," tukas Mesya seraya melangkah meninggalkan Ratu.     

"Eh, Mesya! Kenapa kamu pergi meninggalkanku? Tunggu!" teriak Ratu. Tapi Mesya tak menghiraukan panggilan Ratu.     

"Ah tidak sopan sekali, dia meninggalkanku!"  gerutu Ratu.     

"Ah, biarkan saja, aku harus belajar bersabar menghadapi calon adik iparku haha!"     

Tepat saat itu Arthur juga sedang berjalan melewati koridor itu.     

"Ya, Tuhan! Baru saja aku membicarakannya, dan sekarang dia sudah lewat di depanku... memang kalau jodoh itu tidak kemana ya haha ...," Ratu segera melangkah mendekati Arthur.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.