Anak Angkat

Lamaran Satria



Lamaran Satria

0"Tentu saja, bukan hanya Ibu, yang akan bangga dengan semua ini, tapi aku pun sangat bangga. Mulai detik ini tidak akan ada teman-temanku yang akan meledekku karna  sering menggunakan barang-barang palsu! Mereka pasti akan berbalik memujiku! Karna setelah ini aku akan mengoleksi tas mahal dengan kualitas asli!" ucap Selena dengan yakin     
0

Dan mulai hari itu Selena langsung melihat-lihat desain pakaian, serta acara pernikahan yang ia inginkan. Dia melihat beberapa situs penjual jasa event organizers.     

Dia berharap pernikahannya itu akan menjadi pernikahan termewah di negara ini.     

Meski dia tahu jika hari menuju pernikahan sudah sangat dekat, hanya sekitar satu minggu lagi.     

Tapi Selena yakin dengan menggunakan uang dari calon mertuanya yang cukup banyak, maka dia bisa mewujudkan pernikahan sesuai impiannya walau waktunya terlalu terbatas.     

***     

Di kediaman keluarga Davies.     

"Mesya, apa kau sudah siap, Sayang?" tanya Arumi.     

"Sedikit lagi, Bu!" sahut Mesya sambil membenahi riasanya.     

"Sini, biar Ibu yang akan menata rambutmu," Arumi langsung merapikan  tatanan rambut putrinya.     

"Harusnya kita menyewa tukang  rias profesional saja," ujar Arumi.     

"Tidak perlu, Bu, memangnya aku masih kurang cantik ya kalau merias wajah sendirian?" tanya Mesya.     

"Tentu saja tidak, Sayang! Bahkan kau tetap cantik walau tanpa riasan! Hanya saja Ibu ingin agar anak dari Wijaya itu semakin terpesona kepadamu," ujar Arumi.     

"Aku rasa, dia sudah cinta mati kepadamu, Bu," sahut Mesya.     

"Ya, Ibu percaya akan hal itu. Kau memang yang terbaik, Mesya! Aku tidak salah mengangkatmu menjadi anak. Wajahmu benar-benar sangat cantik, dan wajah cantik itu adalah pembawa kebetuntungan bagi kami,"  tukas Arumi.     

***     

Beberapa saat kemudian, Mesya dan Arumi keluar dari dalam kamar. Di ruang tamu sudah ada Wijaya dan Satria, yang menunggu mereka.     

Hari ini pria tua itu datang dengan sopan. Tak ada kekerasan sama sekali. Memang terasa sedikit mustahil. Padahal kalau sekedar ingin menikahkan Mesya sebagai Satria, Wijaya bisa melakukan secara paksa kapan pun dia mau. Tapi Satria yang meminta kepada sang Ayah agar tidak meminta Mesya dengan paksa. Satria ingin menikahi Mesya dengan cara baik-baik sebagaimana mustinya.     

Wijaya mengabulkan  permintaan Satria. Baginya tak masalah bila harus berdamai dengan Arumi, toh dia bisa memanfaatkan Arumi untuk kepentingannya.     

"Apa kabar, Keponakanku Tercinta?" sapa Wijaya kepada Arumi.     

Arumi menanggapinya dengan anggukan kepala dan senyuman yang terpaksa.     

"Arumi, dan juga Charles, kalian sudah tahu, 'kan apa maksud dari kedatanganku kemari?" tanya Wijaya dengan senyuman culasnya.     

"Iya, aku sudah tahu, Paman! Tapi aku memberikan restu, karna Mesya sangat mencintai Satria. Bukan karna aku ingin berdamai kepadamu, Paman!" tegas Arumi.     

"Ah, kau masih dendam saja rupanya," sindir Wijaya.     

Lalu Charles pun angkat bicara.     

"Paman Wijaya, aku mohon tolong sayangi putri kami, seperti Paman, menyayangi Satria. Kami sudah kehilangan Lizzy, jadi aku mohon jaga Mesya. Dan jangan pergunakan dia untuk urusan ritual sesatmu," pinta Charles.     

Wijaya pun menganggukan keplanya.     

"Ah baiklah, Charles. Kali ini aku akan menjaga putri berhargamu itu. Lagi pula kau tahu, 'kan kalau Satria itu adalah putra tersayangku. Aku juga ingin membuatnya bahagia, dengan menikah bersama putrimu," jawab Wijaya.     

"Baguslah kalau begitu, mungkin ini adalah langkah awal bagi kita untuk berdamai. Semoga dengan menikahkan putra-putri kita, maka akan menjadi jembatan untuk hubungan kita menjadi lebih baik," ujar Charles.     

"Kau benar-benar ingin berdamai?" sindir Wijaya, "bukankah tadi istrimu berkata jika dia tidak ingin berdamai?"     

"Paman, istriku itu masih belum iklas atas kepergian putri kami. Sehingga dia masih sedikit marah kepadamu," ucap Charles seraya melirik kearah Arumi.     

"Kau yakin, Charles?" tanya Wijaya dengan wajah meledek.     

"Tentu saja, Paman! Aku sangat yakin  sepenuhnya. Pasti istriku Arumi akan memaafkanmu suatu hari nanti," ujar Charles.     

"Bagusalah," tukas Wijaya sambil tersenyum.     

'Dasar, Para Orang-orang Bodoh! Mereka pikir aku akan memperlakukan Mesya dengan baik? Cih! Kalian jangan bermimpi!' bicara Wijaya di dalam hati.     

"Apa itu artinya, lamaran kami di terima?" tanya Wijaya memastikan.     

"Kalau Mesya, berkata 'iya' maka itu artinya kami menerima lamaran Satria," jawab Arumi.     

Dan Wijaya pun beralih memandang Mesya.     

"Bagaiamana, Mesya! Apa kau akan menerima lamaran putraku ini?" tanya Wijaya.     

Lalu gadis itu pun menganggukan kepalanya.     

"Iya, Tuan! Saya menerima lamaran putra Tuan, saya sangat mencintai Kak Satria!" jawab Mesya penuh antusias, dan sorot matanya terlihat penuh binar kebahagiaan. Walau sebenarnya itu semua hanyalah raut kebahagiaan palsu.     

"Baiklah, aku ingin agar kalian menikah secepatnya!" pinta Wijaya.     

"Paman, apa tidak lebih baik kalau menunggu Mesya, lulus dulu?" protes Arumi. Pertanyaan ini sebagian dari rencana mereka.     

Lalu Mesya pun segera menimbrung ucapan sang Ibu.     

"Bu! Tidak usah menunggu sampai aku lulus, Bu! Aku sudah tidak tahan untuk segera     

menikah dengan, Kak Satria!" ucap Mesya.     

"Tapi, itu artinya kau sudah mempertaruhkan masa depanmu, Sayang!"     

"Tidak apa-apa, Bu! Sekolah atau tidak, tetap saja pada akhirnya aku  akan menjadi seorang Ibu Rumah Tangga! Lalu apa yang aku cari dengan bersekolah! Aku punya banyak uang, harta warisan  dari keluargaku cukup banyak! Sedangkan, Kak Satria, juga seorang konglomerat! Aku tidak butuh kerja keras untuk hidup mewah, Bu!" ujar Mesya.     

"Ah ... baiklah, Sayang ... Ibu, hanya bisa pasrah saja," ucap Arumi dengan nada lemah.     

Sandiwara mereka berhasil membuat Wijaya percaya, jika Arumi menikahkan Mesya dengan Satria itu murni karna demi kebagiaan putrinya.     

Wijaya dapat tersenyum lebar akan hal ini.     

'Arumi, Arumi ... kau masih polos seperti dulu. Kau adalah wanita lemah yang sangat mudah di perdaya. Bahkan hanya demi kasih sayangmu terhadap putri angkatmu ini, kau sampai harus rela masuk ke dalam perangkapku lagi,' bicara Wijaya di dalam hati.     

Wijaya merasa jika dia masih berada di atas, karna dengan muda memperdaya Arumi. Dan dia masih belum tahu jika Arumi memiliki rencana yang jauh lebih licik dari rencananya.     

'Adik Cantik,  kau hebat juga haha! Ternyata kau juga pandai berakting!' batin Arthur sambil tersenyum selengean.     

'Kasihan, Mesya. Dia harus pura-pura bodoh dan menjadi gadis yang murahan di depan si Keparat, Wijaya dan Satria,' umpat David di dalam hati.     

"Arumi, lama sekali ya, aku tidak menengok Para Cucu-cucuku. Rupanya mereka sudah cukup dewasa semua?"  ujar Wijaya, lalu dia melirik kearah Arthur.     

"Siapa anak lelaki ini? Apa kau, Arthur?" tanya Wijaya.     

Lalu Arthur pun menganggukan kepalanya pertanda hormat.     

"Halo Kekek, selamat malam," sapa Arthur kepada Wijaya.     

"Wah kau sudah besar dan juga tampan mirip Ayah dan Ibumu. Bahkan kau juga sopan," tukas Wijaya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.