Anak Angkat

Kuasa Arthur



Kuasa Arthur

0Dengan wajah yang sayuh penuh kekecewaan, Celine keluar dari ruang kepala sekolah. Dia masuk ke dalam ruangannya  dan di ruangan itu dia menangis tersedu-sedu. Dia tidak tahu apa kesalahannya sehingga Ratu sampai tega memecatnya.     
0

Padahal dia merasa sudah bekerja dengan maksimal dan profesional, tapi tetap saja Ratu memecatnya dengan alasan kinerjanya yang kurang baik di sekolah ini, sehingga ada banyak murid-murid yang mengeluh dan mengusulkan agar dia segera digantikan oleh tenaga yang professional. Setidaknya itu yang diucapkan oleh Ratu.     

Padahal selama 1 tahun Celine mengajar di sekolah ini, tak ada satupun murid yang mengatakan jika dia tak becus mengajar, atau bahkan sampai menyuruhnya keluar. Justru kebalikannya, mereka sangat menyukai Celine, dan tak ada sedikitpun murid yang bermasalah dengannya. Tapi entah mengapa tiba-tiba Ratu begitu marah dan langsung memberhentikannya.     

Perlahan-lahan Celine merapikan barang-barangnya, lalu bergegas meninggalkan ruangan kerja.     

Sebenarnya terasa berat untuk meninggalkan sekolah ini. Terlebih sekolah ini adalah satu-satunya sumber mata pencariannya.     

Ceklek!     

Dengan langkah gontai Celine keluar dari dalam ruangannya. Tak sengaja dia bertemu dengan Arthur.     

"Loh, Bu Celine, kenapa barang-barangnya di bawa keluar semua?" tanya Arthur.     

"Eh, Pak Arthur, karna saya bertemu dengan Bapak sekarang, sekalian saya mau minta maaf kalau ada salah dengan, Pak Arthur. Dan sekalian saya juga mau pamit, karna mulai hari ini saya berhenti mengajar di sekolah ini," tukas Celine.     

"Bu Celine, berhenti mengajar di sini?" Arthur tampak syok mendengarnya. "Memangnya kenapa?" tanya Arthur.     

"Saya di pecat, Pak," jawab Celine.     

"Dipecat? Apa alasanya?"     

Celine menggelengkan kepalanya, sambil menangis.     

"Saya tidak tahu, Pak, karna tiba-tiba Bu Ratu memecat saya dengan alasan yang tak pernah saya lakukan," jelas Celine.     

Arthur tersenyum tipis, dia sudah tahu apa alasan Ratu memecat Celine, dan itu dikarnakan dia cemburu terhadap Celine.     

Diam-diam Arthur tahu jika Bu Ratu memperhatikan dirinya saat mengobrol bersama Celine tadi pagi. Tapi Arthur pura-pura tak mengetahuinya, dia sengaja ingin memelihat ekspresi Ratu terhadapnya.     

Dan ternyata inilah yang terjadi, Ratu memecat Celine  hanya karna rasa comburu.     

'Dasar, Wanita Gila! Tapi ... aku suka melihat orang gila dihadapanku," Arthur tersenyum tipis, "hal itu membuatku semakin bersemangat untuk membunuhnya,' bicara Arthur di dalam hati.     

"Bu Celine, tenang dulu biar saya bicarakan hal ini kepada  Bu Ratu, barang kali beliau mau mendengarkan ucapkan  saya," tukas Arthur.     

"Tidak perlu, Pak Arthur, saya pikir dia tidak akan mendengarkan, Bapak, Bu Ratu itu orangnya sangat keras, dan apa pun yang menjadi keputusannya itu tidak bisa diganggu gugat lagi," tutur Celine.      

"Tapi saya rasa, dia itu mau mendengarkan ucapan saya," ujar Arthur dengan yakin.     

"Tapi, Bapak di sini orang baru, saya tidak mau kalau, Pak Arthur, malah akan mendapatkan masalah gara-gara membantu saya!" ujar Celine.     

"Percaya dengan saya Bu Celine," ucap Arthur meyakinkan Celine.     

Dari kejauhan tampak Ratu yang berjalan mendekat, dan inilah kesempatan bagi Arthur untuk membuat Ratu semakin kesal kepadanya.     

Arthur ingin membuat keributan di sekolah ini.     

Setelah Ratu mulai mendekat, Arthur meraih tangan Celine dan menggandengnya.     

"Mari, Bu Celine, ayo ikut saya," ajak Arthur.     

"Pak Arthur, mau apa?"     

"Ayo ikut saja!" sergah Arthur.     

"Tapi—"     

"Ayolah, Bu,"     

Tentu saja melihat hal ini membuat Ratu merasa kesal.     

'Apa-apaan ini? Kenapa Arthur, menggandeng tangan Celine?"  bicara Ratu di dalam hati dan kedua matanya mulai memanas.     

"Ehm! Pak Arthur! Kenapa Anda menggandeng tangan Bu Celine?!" bentak Ratu, "apa kalian tidak ingat kalau ini sekolahan?!"  Ratu memandang wajah sinis.     

"Ah maaf, Bu Ratu, saya ingin berbicara kepada Ibu di ruangan Ibu!" pinta Arthur.     

"Kenapa, pak Arthur mengajak saya ke sana? Anda, ini membahas apa?" tanya Ratu.     

"Tentang ke tidak adilan yang Anda lakukan!" Tegas Arthur.     

"Tapi—"     

"Ayo ikut saya"     

"Tapi saya ini tidak—"     

"Bu, ikut saya atau jabatan Ibu yang akan  dipertaruhkan?" ancam Arthur.     

Dan Ratu pun tak bisa berkutik lagi, mau tak mau dia harus menuruti ajakan Arthur.     

"Ba-baik, Pak!" Ratu terlihat ketakukan dengan nada bicara Arthur yang mengancamnya.     

Sementara Celine malah tampak bingung dengan sikap Ratu. Kerna terlihat jelas ketakutan mendengar gertakan dari Arthur. Padahal Arthur hanyalah guru baru di sekolah ini. Tapi entah mengapa ucapnya Arthur seperti memiliki kuasa di sekolah ini.     

Tanpa berbasa-basi lagi mereka masuk ke dalam ruangan Ratu, dan mereka mengobrol di sana.     

Setelah semua duduk rapi di ruangan kepala sekolah itu, Arthur mulai membuka percakapan.     

"Bu Ratu, saya ingin agar Anda mencabut surat pemecatan, Bu Celine," pinta Arthur dangan nada rendah dan entah mengapa sorot mata Arthur terlihat begitu tajam.     

"Tapi, Pak—"     

"Saya tidak suka melihat orang tidak bersalah menjadi korban!" tegas Arthur.     

"Pak, saya—"     

"Bu Ratu, ini peringatan terakhir bagi Anda, kalau Anda masih tidak bisa bersikap profesional, maka jangan salahkan saya untuk mencari orang sebagai pengganti Anda," ancam Arthur.     

Dan dengan segera Ratu pun menganggukkan kepalanya.     

"Baik, Pak Arthur! Saya tidak jadi memecat Bu Celine!" ucapnya dengan raut wajah yang ketakutan.     

"Bagus kalau begitu, saya dan Bu Celine permisi dulu," ujar Arthur.     

Ratu merasa sangat kesal, bahkan Arthur mempermalukannya di depan Celine. Padahal Ratu itu adalah kepada sekolah yang terhormat, tapi gelar itu mendadak luntur tak berbekas  saat berhadapan dengan Arthur.     

'Kenapa, Bu Ratu, tampak  sangat ketakutan dengan, Pak Arthur?' bicara Celine di dalam hati.     

"Baik, Pak Arthur, saya akan mencabut surat pemecatan saya terhadap Bu Celine, tapi tolong jabatan saya jangan diturunkan," pinta Bu Ratu dengan nada memohon, dia tak peduli dengan rasa gengsinya lagi. Yang tetpenting adalah jabatannya. Ratu tidak mau kalau sampai dia di pecat apalagi sampai turun pangkat.     

"Bagus, kalau begitu sudah dapat dipastikan kalau Bu Celine, akan kembali bekerja lagi, 'kan?" tanya Arthur memastikan.     

"Iya, Pak! Bu Celine, sudah bisa bekerja kembali, " ucap Bu Ratu.     

Arthur tersenyum menoleh kearah Celine sambil tersenyum.     

"Bu Celine, sudah dengar, 'kan? Bahwa Anda tidak jadi dipecat?"     

"I-i-iya, Pak!" jawab Celine dengan raut yang bingung bercampur heran.     

"Yasudah, sekarang Bu Celine, bisa kembali ke ruangan Anda lagi," ujar Arthur.     

"Ba-baik, Pak Arthur, saya  akan kembali ke ruangan saya," jawab Celine. Perlahan dia berjalan meninggalkan ruangan itu.     

Dan kini tinggalah Ratu dan Arthur  dalam ruangan itu.     

"Bu Ratu, apa Anda masih menyukai saya?" tanya Arthur sambil tersenyum slengean.     

"Ke-kenapa, Pak Arthur, bertanya begitu?" tanya Bu Ratu dengan heran.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.