Anak Angkat

Arthur Yang Tampan



Arthur Yang Tampan

0"Tapi aku masih ragu dengan ucapanmu itu, Romi? Masa iya, Bu Ratu jatuh cinta dengan Kakaku, usia mereka itu terlampau jauh, Romi?" ucap Mesya yang terlihat tak begitu yakin dengan ucapan Romi.     
0

"Ah, kau baru tahu ya, kalau  cinta itu tak mengenal batas usia?" ujar Romi.     

"Benarkah?"     

"Tentu saja, bahkan cinta itu juga tak mengenal setatus, buktinya kamu sendiri suka dengan, Kak David, padahal dia itu, 'kan Kakak angkatmu!" ujar Romi.     

Mesya tersenyum mendengar penjelasan dari Romi.     

"Haha, iya juga ya, kamu bahkan yang belum pernah jatuh cinta saja, malah sudah tahu banyak tentang cinta!" bicara Mesya dengan nada meledek.     

"Ah, kamu sok tahu, Masya! Siapa bilang aku belum pernah jatuh cinta?" sangkal Romi.     

"Benarkah? Kamu pernah jatuh cinta?"     

"Emm... kasih tahu tidak ya?" ledek Romi.     

"Ih, Romi! Kamu ini jahat sekali! Kenapa tidak memberitahuku?! Kalau kamu sudah punya pacar?!" Mesya mengerucutkan mulutnya.     

"Aku ini belum punya pacar, Mesya!"     

"Ih, tadi katanya sudah pernah jatuh cinta?!" protes Mesya.     

Romi mendesis kesal.     

"Pernah jatuh cinta itu belum tentu pacaran, Mesya!"     

"Ah, begitu ya, em ... berarti sekarang kamu itu sedang jatuh cinta kepada seseorang ya?" desak Mesya.     

"Emm ...."  Romi bertopang dagu sambil menahan tawa.     

"Ih, Romi! Sekarang main rahasia-rahasiaan ya!" Mesya mencubit wajah Romi.     

"Ah, Mesya! Sakit!" Romi berlari sambil memegang kedua pipinya. "Untung pipiku sudah tidak secabi dulu!"  ujar Romi sambil berlari.     

"Haha! Salah siapa tkdak mau jujur!"     

"Ini masalah pribadi, Mesya! Aku harus merahasiakan!"     

"Ah, kalau begitu aku akan memaksamu untuk jujur!"     

"Stop, Mesya! Jangan mencubitku lagi!" teriak Romi, tapi Mesya tidak menyerah.     

***     

Sementara itu di depan gerbang tampak Bu Ratu yang sedang menunggu kedatangan Arthur.     

"Lama sekali dia datang?" gumam Bu Ratu sambil melihat kearah arloji di tangannya.     

Dan tak berselang lama tampak seorang pengendara motor berjaket hitam memasuki gerbang sekolah.  Seketika Bu Ratu langsung merapikan penampilanya.     

Dan wanita itu juga tampak salah tingkah melihat Arthur.     

Sayangnya Arthur tidak memeperhatikannya. Arthur malah langsung menuju parkiran kendaraan, dan memarkirkan motor mahalnya di sana.     

"Aduh, aku salah berhenti di tempat ini. Harusnya aku tadi berhenti di parkiran motor saja," gumam Ratu dengan wajah yang kesal.     

Tapi dia tak menyerah untuk mendekati Arthur.     

Dia berjalan menuju parkiran motor untuk mendekati Arthur. Tapi sayang ... ketika jaraknya sudah dekat, datanglah Celine salah seorang Guru Bahasa Indonesia menghampiri Arthur.     

"Halo, Pak Arthur, selamat pagi," sapa wanita itu dengan ramah.     

"Selamat pagi, Bu Celine,"  sahut Arthur.     

"Pak, saya ingin berterima kasih kepada, Pak Arthur, karna kemarin, Bapak sudah membantu saya memperbaiki laptop saya,"  tukas Celine.     

"Ah iya, Bu Celine, sama-sama," sahut Arthur.     

Lalu wanita itu menyodorkan sebuah toples kecil kearah Arthur.     

"Ini, untuk Pak Arthur, sebagai ungkapan rasa terima kasih saya, kepada Bapak," tukas Celine dengan sopan.     

"Ah, Bu Celine, tidak perlu melakukan hal ini, lagi pula yang kemarin itu hanya hal kecil," ujar Arthur.     

"Tolong diterima, Pak," Wanita itu memaksa Arthur dengan halus.     

"Baiklah, Bu Celine, saya akan menerimanya. Terima kasih ya," tukas Arthur.     

"Sama-sama, Pak," Lalu gadis itu pergi meninggalkan Arthur.     

Arthur melihat kepergian wanita itu dengan tatapan penuh arti.     

'Haha, akhirnya ada juga yang menyukaiku selain, Wanita Tua, itu,' batin Arthur.     

Celine memang seorang wanita lajang yang masih muda dan usianya sepantaran dengan Arthur. Tentu saja Celine jauh lebih baik ketimbang Ratu, dan hal itu membuat Ratu merasa tersaingi dan kasal terhadap Celine.     

Ratu berdiri dengan raut wajah yang kesal menatap kepergian Celine.     

'Dasar, Wanita Jalang! Beraninya dia mendekati Arthur, Arthur itu milikku!' bicara Ratu di dalam hati.     

Wanita itu sedang memikirkan cara untuk membalas perbuatan Celine.  Ratu tidak terima Celine mendekati Arthur.     

"Ah, nanti saja aku akan memikirkan hukuman apa yang pantas untuk wanita itu, dan sekarang aku akan mendekati Arthur terlebih dahulu," gumam Ratu.     

Dia pun berjalan menghampiri Arthur.     

"Arthur!" teriak Ratu.     

Arthur menengok kearah Ratu.     

"Ada apa, Bu Ratu," tanya Arthur.     

"Ah tidak, saya hanya ingin menyapa saja," jawab Ratu sambil tersenyum.     

"Kalau memang tidak ada yang penting, saya permisi dulu ya, Bu Ratu," ucap Arthur, seraya berlalu meninggalkan Ratu.     

Tentu saja hal itu membuat Ratu merasa kesal.     

"Eh, Pak Arthur! Tunggu!" teriak Ratu.     

"Ada apa lagi, Bu Ratu?" tanya Arthur sambil menengok, dan pria itu menahan kesal.     

'Dasar, Wanita Menyebalkan!' umpat Arthur di dalam hati.     

"Arthur, kau ingin ke ruanganmu, 'kan?"     

"Iya,"     

"Bagaimana, kalau kita jalan bersama, lagi pula ruangan kita, 'kan searah," ujar Ratu.     

"Ah, baiklah, terserah saja aku tidak peduli," gumam Arthur pelan dan Ratu tak mendengarnya.     

Mereka berjalan menuju ruangan masing-masing, tak sepatah kata pun yang terlontar dari bibir Arthur. Padahal Ratu sedang menunggu Arthur untuk mengajak ngobrol bersamanya.     

"Arthur, aku lihat samakin hari kau itu samakin tampan," puji Ratu.     

"Benarkah?" Arthur pura-pura tersenyum bahagia mendengar pujian itu.     

"Tentu saja, kamu itu mirip seorang aktris Hollywood, mirip siapa ya ...?"  Ratu bertopang dagu.     

"Bu Ratu, saya harus segera masuk keruangan saya," ujar Arthur, dan dia mempercepat langkah kakinya.     

Sedangkan Ratu kembali ditinggalkan lagi.     

'Ah sial!' umpat Ratu di dalam hati.     

Wanita tambun berusia 40 tahun ini memang memiliki kelainan dalam urusan percintaan, dia lebih menyukai pria yang usianya jauh lebih mudah ketimbang pria yang usianya sepantaran dengannya.     

Oleh karna itulah sampai saat ini Ratu masih sendiri.     

***     

Arthur sudah masuk ke dalam ruangannya, sementara Ratu mesih berdiri di depan ruangannya, dan tepat saat itu Celine lewat di depan Ratu.     

"Selamat pagi, Bu Ratu," Celine menyapa atasannya dengan ramah.     

Ratu yang sedang  merasa kesal kepada Arthur, kini semakin bertamabah kesal karna kehadiaran Celine.     

"Bu Celine, bisa ikut masuk ke ruangan saya?" tukas Ratu dengan tatapan tajam.     

Celine terlihat bingung dengan sikap atasannya yang tampak berbeda ini.     

"Ayo cepat masuk! Tunggu apa lagi!?" bentak Ratu.     

"Ba-baik, Bu!" sahut Celine dengan nada terbata-bata.     

Lalu wanita itu masuk ke dalam ruangan Ratu, dan tibalah saat yang paling ditunggu-tunggu oleh Ratu, yaitu ubtuk membalas dendam kepada Celine.     

"Bu Celine, saya ingin memberitahu kepada Ibu, bahwa Ibu tidak bisa lagi bekerja di sekolah ini!" ucap Ratu.     

Celine syok mendengar pernyataan dari Ratu.     

"Apa yang, Bu Ratu, katakan? Saya tidak boleh mengajar di sekolah ini lagi?" Celine melebarkan pupil matanya, "Bu Ratu, memecat saya!?" tanya Celine memastikan.     

Dan Ratu pun menganggukkan kepalanya.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.