Anak Angkat

Demi Kebebasan



Demi Kebebasan

0Keberadaan Satria adalah sebuah kebetulan yang sangat di nantikan oleh Mesya, dengan begini dia bisa mencari perhatian kepada Satria.     
0

Mesya sudah tahu jika Satria  juga mulai tertarik kepadanya. Bahkan berkali-kali Mesya memergoki Satria yang berusaha mencuri perhatian kepadanya.     

Mesya selalu memasang senyuman manisnya saat kedua matanya berpapasan dengan mata Satria. Dia ingin membuat Satria semakin tertarik kepadanya.     

"Dia itu benar-benar sangat menyebalkan, Mesya, kalau aku bisa memilih aku lebih setuju jika kau bersama dengan Kak David, dari pada harus dengan pria congkak seperti, Satria," rutuk Romi dengan bibir yang cemberut.  Tapi bicaranya dengan suara yang pelan. Tentu saja dia tidak mau kalau sampai Satria mendengarnya.     

Dia masih kesal dengan sikap Satria tadi, bahkan dia tak mau menyambut sapaannya dan menganganggap Romi tidak ada.     

Perlahan Mesya berbisik di telinga Romi.     

"Sabar, Romi. Kau hanya mendapatkan hal itu, sementara aku harus mengejarnya dan harus berpura-pura menyukainya," ujar Mesya.     

Sesaat Mesya kembali melirik kearah Satria. Dia hanya memastikan jika Satria tidak melihatnya saat dia berbisik dengan Romi.     

Kemudian Mesya kembali berbisik di telinga Romi.     

"Coba lihat, sorot matanya benar-benar menyebalkan," ucap Mesya.     

"Sudahlah, Mesya. Kita jangan berbisik-bisik terus, aku takut dia nanti malah akan mencurigai kita, Mesya," lirih Romi.     

Lalu Mesya pun terdiam, dia kembali menyeruput minumannya.     

Romi juga kembali menyantap makanannya yang tadi sempat tertunda.     

"Habis kan, Romi, kau juga boleh memesan lagi,"     

"Ah, aku sudah kenyang, Mesya,"     

***     

"Mesya, ayo kita pulang sekarang," ajak Romi.     

"Ya sudah ayo, kita pulang sekarang," sahut Mesya. Dia kembali melirik kearah Satria.     

Tampaknya meeting mereka belum selesai, Mesya tak mau menunggu hingga pria itu selesai meeting, sudah cukup hari ini dia menggoda Satria, walau hanya dengan pandangan.     

Dia tidak boleh terlalu agresif, karna hal itu bisa membuat Satria tidak lagi tertarik kepadanya, justru malah akan membuat Satria curiga, jika dirinya sedang berpura-pura menyukainya, karna tetlihat tergesa-gesa dan tidak natural.     

Mesya melakukan hal ini secara pelan-pelan, agar hasilnya pun juga sempurna.     

Mesya tidak mau usahanya ini akan sia-sia terlebih dia sudah menghabiskan seluruh hidupnya hanya untuk mengejar Satria.     

Kebebasan adalah hal yang paling ia nantikan setelah berhasil nanti.     

***     

Mesya baru saja sampai di rumahnya, dan mendapati Arumi sudah menunggunya di depan pintu.     

"Sayang, kenapa baru pulang?" tanya Arumi.     

"Iya, Bu, maaf tapi hari ini aku sedang menjalankan tugasku," ujar Mesya.     

"Tugas?"     

"Iya tugas yang kalian berikan,"     

"Eh tunggu, Sayang, bisa kau jelaskan?"     

"Bu, aku tadi bertemu dengan, Satria," jelas Mesya.     

Arumi terkejut mendengarnya.     

"Kau bertemu dengan Satria?"     

"Iya Bu. Dan sepertinya Satria juga sudah mulai tertarik kepadaku," ujar Mesya.     

"Wah, benarkah? Tapi bagaimana bisa kau tahu jika dia mulai tertarik kapadamu, Mesya?"     

Mesya terdiam sesaat, sebenarnya Mesya ragu untuk mengatakan hal ini kepada Mesya. Dia malu, tapi kalau tidak menjawab pertanyaan Arumi, maka ibunya itu akan terus mencecarnya dengan berbagaimana pertanyaan.     

Lagi pula dia melakukan hal ini karna perintah Arumi Dan Charles.     

"Sayang, Ibu bertanya tapi kenapa kau tidak menjawabnya?" sekali lagi Arumi bertanya.     

"Karna dia pernah menciumku, Ibu," jawab Mesya. Gadis itu menundukkan kepalanya.     

Arumi syok mendengarnya.     

"Benarkah? Si Keparat, itu berani mencium putriku?" Arumi menajamkan kedua matanya. Dia murka atas perbuatan Satria terhadap Mesya. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa, toh ini malah justru langkahnya awal yang baik bagi Mesya.     

Satria sudah berani mencium Mesya, itu artinya Satria benar-benar sudah jatuh cinta kepada Mesya.     

Hanya saja, Arumi tak rela jika anak kesayangan di sentuhan oleh anak lelaki dari musuh bebuyutannya.     

"Meski, Ibu tidak rela dia berani menyentuhmu, tapi Ibu juga senang karna itu artinya kau sudah mulai berhasil mencuri hatinya," tukas arumi.     

"Tentu saja, Bu. Demi kebebasan aku akan melakukan tugasku dengan benar. Dan akan kupastikan berhasil!" ucap Mesya penuh yakin.     

Lagi-lagi soal kebebasan yang ia inginkan. Mesya benar-benar ingin meninggalkan keluarga ini, padahal Arumi sudah terlanjur menyayanginya.     

'Jadi karna kebebasan, dia sampai bersemangat seperti ini. Aku bangga kepadamu, Mesya. Demi keluarga ini kau rela bekerja keras. Tapi kalau untuk kebebasan dan keluar dari keluarga ini, maaf ... Ibu tidak bisa mengabulkannya, Sayang... Ibu sudah terlanjur menyangimu, kau itu penggantinya, Lizzy. Jadi mana mungkin Ibu akan melepaskanmu begitu saja. Ibu ingin kau tetap bersama kami, Mesya,' bicara Arumi di dalam hati.     

"Bu, aku masuk ke kamarku dulu ya, aku lelah," ucap Mesya.     

"Ah, baiklah, Sayang, selamat Istirahat," Arumi mengecup kebingungan Mesya.     

Mesya menganggukan kepalanya.     

Lalu gadis itu naik ke lantai atas.     

Arumi menatapnya dengan pandangan yang datar.     

"Ibu," panggil Arthur yang tiba-tiba muncul di belakangnya.     

"Arthur, kau sudah pulang?"     

"Iya, Bu. Aku membawakan seuatu untuk, Ibu,"     

Arumi melirik tangan Arthur yang sedang membawa dua kantung plastik hitam.     

"Apa kau baru saja berhasil menangkap buruan?" tanya Arumi.     

Arthur tersenyum dengan gaya ciri khasnya.     

"Tentu saja, Ibu. Aku ini, 'kan anak yang sangat peduli dengan gizi keluarga kita," jawab Arthur dengan senyuman khasnya.     

"Ibu, sangat bangga kepadamu, Sayang," puji Arumi.     

"Aku lihat Ibu, sedang bosan berada di rumah, apa Ibu perlu hiburan?" tanya Arthur.     

"Hiburan?"     

"Iya kita sudah lama tidak berpesta Ibu, kita pergi mencari buruan, bersama-sama saja," usul Arthur.     

"Boleh juga apa yang kau usulkan itu, Sayang," ucap Arumi seraya tersenyum aneh, "Ibu sudah lama tidak membunuh orang, dan sudah cukup lama tidak merasakan hangatnya tetesan darah. Ibu rindu akan hal itu, Arthur," Arumi menyeringai.     

"Aku tahu jika Ibu, rindu akan hal itu, makanya aku mengajak Ibu," ucap Arthur.     

"Tapi siapa yang akan menjadi target kita, Sayang?"     

"Sudahlah, Ibu, ayo berangkat saja! Nanti juga tahu sendiri!" ujar Arthur.     

Arumi pun menuruti ajakan Arthur. Dan Charles juga sudah bersiap menunggu mereka di dalam mobil.     

"Apa kalian sudah siap?" tanya Charles.     

"Tentu saja kami sudah siap! Tapi di mana, Kak David?" tanya Arthur.     

"David, tidak bisa ikut. Kau tahu, 'kan jika Kakakmu itu sekarang menjadi orang yang sibuk?" ucap Charles.     

"Tapi, harusnya dia itu tetap meluangkan waktu untuk kita, Ayah!"     

"Kau, benar, Arthur! Harusnya David itu meluangkan waktunya untuk kita, lagi pula, bisnis kita tidak terlalu memerlukan dirinya, kenapa David itu sok sibuk!" ujar Arumi.     

"Nanti biar, aku yang akan berbicara kepadannya!" tegas Charles.     

***     

Mobil mereka berhenti tepat di depan gedung universitas.     

"Kenapa, berhenti di sini?" tanya Arumi.     

"Di sini buruan kita berada, Ibu!" jawab Arthur. Dia keluar dari dalam mobil disusul Charles dan Arumi.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.