Anak Angkat

Ciuman Pertama



Ciuman Pertama

0Mesya terdiam mematung, kedua netranya membulat sempurna dengan deru nafas yang tak beraturan.     
0

Dia tidak menyangka jika David benar-benar telah menciumnya.     

Terasa hangat, takut, bahagia, semua rasa bercampur aduk.     

Malam ini tepatnya, dia merasakan ciuman pertamanya. Ciuman yang mungkin akan selalu membekas dihatinya, dan tak akan pernah ia lupa sampai kapanpun.     

Ciuman itu tak berlangsung lama, tapi sudah cukup membuat persaan Mesya melambung tinggi. Betapa indahnya hari ini.     

Dia merasa telah menyerahkan ciuman pertamanya kepada pria yang tepat, yaitu David.     

Perlahan David melepaskan manggutannya dari bibir mungil Mesya.     

"Terima kasih, Mesya," tukas David.     

"Terima kasih?" Mesya terlihat bingung, "untuk apa?" Mesya masih seperti orang yang linglung.     

"Terima kasih karna telah menyerahkan ciuman pertamamu untukku," ucap David.     

"...." Mesya masih mematung, wajahnya memarah. Dia hampir tak berani menatap wajah David secara langsung.     

"Sebelum pria lain menciumu, aku ingin mencium bibirmu lebih dulu. Aku ingin kau selalu mengingat malam ini," David membelai rambut Mesya.     

"Aku, berharap suatu hari nanti, kita akan mengulang adegan yang tadi, tanpa harus dikejar rasa takut dan rasa bersalah," David kembali menggenggam tangan Mesya.     

"Kak David," Mesya menundukkan kepalanya.     

"Iya, ada apa?"     

"Aku ...."     

"Katakan saja, Mesya, jangan, ragu,"     

"Aku mencintaimu, Kak!" ucap Mesya sambil menatap wajah David sesaat.     

David tersenyum lagi.     

Senyuman David adalah sesuatu yang sangat berharga bagi Mesya.     

Dia merasa beruntung karna menjadi satu-satunya orang yang paling sering melihat senyuman yang terukir di wajah tampan David.     

Mungkin orang lain tidak akan pernah bisa melihat betapa tampannya David saat tersenyum seperti ini.     

David mengelus rambut Mesya seperti mengelus seekor anak kucing yang menggemaskan. Dan Mesya pun juga merasa nyaman, merasakan belaian lembut dari David John Davies. Seorang pria dingin yang hampir tak bisa tersentuh oleh siapa pun.     

Sambil merangkul pundak adik angkatnya, David kembali menatap kearah langit. Memandangi indahnya kerlip bintang, dan menunggu ada salah satu dari benda langit itu yang terjatuh.     

"Kak David, juga sedang menunggu bintang jatuh ya?" tanya Mesya.     

"Iya, dari mana kau tahu itu?"     

"Tentu saja aku tahu, karna sejak tadi, Kak David melihat kearah langit,"     

"Kau juga sedang menunggunya, 'kan, Mesya?"     

"Iya, aku memang sedang menunggu salah satu dari mereka ada yang terjatuh,"     

"Apa kau akan melakukan permohonan?"     

"Tentu saja!" jawab Mesya dengan yakin.     

"Kalau boleh aku tahu, kau akan meminta apa?" tanya David.     

"Ah, Kak David, tidak boleh tahu, karna ini rahasiaku!" tegas Mesya.     

"Kenapa harus merahasiakan dariku?" tanya David yang penasaran.     

"Lalu mengapa, Kak David, harus sepenasaran itu kepadaku?"     

"Tentu saja, aku ingin tahu apa yang kau harapkan itu sama denganku atau tidak,"     

"Hehe, tapi aku tidak mau menceritakannya tuh!"     

"Kenapa begitu? Harusnya kau ceritakan saja kepadaku, Mesya,"     

"Emm, tidak mau!"     

"Ayolah!"     

"Tidak,"     

"Eh, lihat itu ada bintang jatuh!" David menunjuk kearah cahaya berseluncur dari atas langit itu.     

"Wah, akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga!" Mesya tampak bersemangat.     

"Yasudah kalau begitu ayo kita lakukan permohonan!" ajak David.     

Sektika Mesya dan David memejamkan mata secara bersamaan. Dan dua anak manusia itu mengucapkan permintaannya di dalam hati.     

'Tuhan, aku ingin sekali terbebas dari semua ini, dan aku ingin hidup normal bersama dengan, Kak David, tolong jadikan, Kak David, sebagai takdir untukku, Tuhan,' bicara Mesya di dalam hati.     

'Tuhan, aku memang tidak mengenalmu, tapi aku percaya jika Kau ada. Aku mohon biarkan aku hidup normal seperti manusia pada umumnya, dan jadikanlah Mesya sebagai pasangan hidupku,' bicara David di dalam hati.     

***     

Esok harinya, seperti bisa mereka sudah berkumpul di meja makan.     

"Arthur,apa hari ini kau ada kuliah pagi?" tanya Arumi.     

"Iya, Bu," jawab Arthur.     

"Kalau begitu biar Ayah, yang akan mengantarkanmu," ucap Charles.     

"Aku bisa berangkat sendiri, Ayah, aku ini, 'kan sudah dewasa,"     

"Ah, aku hampir lupa jika putra Ayah yang satu ini sudah dewasa, " kelakar Charles.     

Semetara David, malah menyelesaikan makanan lebih dulu.     

"Ayah, Ibu, aku berangkat duluan ya," ucap David.     

"Baiklah, hati-hati ya, Sayang," ucap Arumi.     

Saat ini David bekerja di salah satu perusahan keluarga Davies.     

Sebelum meninggalkan ruang makan, David melirik kearah Mesya seasat.     

Mesya juga membalas pandangan David sesaat, lalu gadis dengan ciri khas lesung pipit itu kembali menunduk.     

Masih teringat betul hangatnya kecupan David.     

Karna kejadian semalam membuat Mesya menjadi salah tingkah saat tak sengaja berpapasan dengan David.     

********     

Tiba jam istirahat sekolah, suasana kantin itu tampak begitu ramai. Mesya dan Romi sedang duduk berdua.     

Seperti biasa pandangan para pria tertuju kearah Mesya. Karna Mesya adalah gadis tercantik di sekolah. Selain itu Mesya adalah putri dari kelurga yang kaya-raya. Awalnya pandangan seperti itu membuat Mesya merasa tak nyaman. Tapi semakin lama, Mesya mulai merasa terbiasa dengan pandangan itu. Dan dia juga tak mau mempermasalahkan hal itu, selama mereka tidak berbuat yang macam-macam terhadapnya.     

"Mesya, kau tahu tidak jika hari ini kita akan kedatangan tamu seorang CEO dari perusahaan ternama," ujar Romi.     

"Tidak, aku sama sekali tidak tahu" jawab Mesya.     

"Harusnya orang tuamu memberi tahu soal ini kepadamu, kalian itu, 'kan pemilik sekolah ini?"     

"Iya, tapi aku tidak tahu sepenuhnya, memang sekolah ini akan menjadi milikku sepenuhnya suatu saat nanti, tapi aku sekarang masih di bawah 18 tahun, jadi untuk sementara urusan yayasan pendidikan dikelola oleh orang kepercayaan keluargaku," jelas Mesya.     

"Oh, jadi begitu?" Romi manggut mengerti.     

"Lalu kau tahu dari mana soal ini, Romi?" tanya Mesya.     

"Aku tak sengaja mendengarnya dari Bu Ratu kepala sekolah kita yang sedang mengobrol dengan para guru," jawab Romi.     

"Oh, nanti biar aku tanyakan kepada, Bu Ratu, tentang tujuan mereka," tukas Mesya.     

"Baiklah, aku akan menunggu info terbaru darimu, Mesya,"     

Setelah selesai makan di kantin, Mesya langsung menemui Bu Ratu kepala sekolahnya.     

***     

Tok! Tok! Tok!     

"Permisi," Mesya mengetuk pintu ruang kepala sekolah.     

"Silakan masuk!" ujar Ratu.     

Ceklek!     

"Eh, Nona Mesya, ada apa?" sapa Ratu dengan ramah.     

"Panggil saya, Mesya saja, Bu Ratu,"     

"Ah, baiklah, Mesya, apa yang bisa saya bantu?"     

"Bu Ratu, saya ingin bertanya tentang tamu yang akan mendatangi sekolah kita, kalau boleh tahu apa tujuan mereka?"     

"Oh, mereka datang kemari karna ingin bekerja sama dengan sekolah kita, dengan melakukan uji coba produk terbaru perusahan mereka, dan mereka juga akan menjadi donatur tetap untuk sekolah kita," jelas Bu Ratu.     

"Oh, jadi begitu kalau boleh tahu, apa nama perusahan mereka?" tanya Mesya.     

"Satria Grup," jawab Bu Ratu.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.