Anak Angkat

Kecelakaan Yang Menimpa Arthur



Kecelakaan Yang Menimpa Arthur

0Mereka masih berada di ruang makan, dan tak berselang lama, mereka mendapatkan kabar dari pihak kepolisian tentang kecelakaan yang menimpa Arthur.     
0

Pihak kepolisian menemukan sebuah   dompet yang berisi sejumlah uang serta Kartu Tanda Pelajar, milik Arthur. Tapi anehnya, Arthur tak di temukan di tempat kejadian, bahkan ada bekas darah di sebuah bebatuan sungai yang diduga darahnya Arthur. Menurut salah seorang saksi yang sempat melihat kejadian tersebut tubuh Arthur terpental dan masuk ke dalam sungai, Arthur jatuh dengan kepala yang mendarat terlebih dahulu. Sehingga membuat kepala Arthur terbentur oleh bebatuan sungai. Dan setelah itu Arthur terbawa arus sungai yang cukup deras.     

Sampai saat ini, Arthur belum berhasil di temukan.     

"Ada apa, Sayang?" tanya Charles.     

Sambil meletakkan ponselnya, Arumi menjawab pertanyaan suaminya dengan datar.     

"Putra, kita mengalami kecelakaan, Charles," jawab Arumi.     

"Benarkah?! Lalu bagaimna keadaannya, Sayang?"     

"Arthur menghilang, Charles, mereka tidak dapat menemukan Arthur," jawab Arumi.     

"Kak Arthur, kecelakaan? Bagaimana ini, Kak David?!" Mesya tampak panik. Dia takut jika Arthur meninggal dalam kecelakaan itu.     

"Tenang Mesya, dia itu dia pasti baik-baik saja," jawab David.     

"Tapi, Kak! Bagaimana kalau, Kak Arthur, meninggal?"     

"Tidak semudah itu, Mesya. Kami itu tidak akan mudah mati segampang itu," jawab David,     

Entah apa yang dimaksud oleh David, tapi anehnya mendapat kabar jika salah satu anggota keluarganya ada yang meninggal, tapi tak satu pun dari mereka yang terlihat khawatir atau menangis sedikitpun.     

Mereka bertingkah biasa saja seperti tak terjadi apa pun.     

'Aku masih belum mengerti bagaimana keluargaku. Sepertinya masih ada fakta lain dalam keluarga ini, sehingga membuat mereka sama sekali tak mengkhawatirkan Arthur. Padahal peristiwa yang menimpa Kak Arthur, itu masalah serius,' bicara Mesya di dalam hati.     

Dia masih bertanya-tanya tentang bagaimana keadaan Arthur saat ini.     

"Mesya, David, ayo kita berangkat sekolah sekarang!" Charles mengumando kedua anaknya.     

Mereka pun langsung bergegas dari meja makan dan segera berangkat bersama sang ayah.     

***     

Sesampai di sekolah, kembali Mesya mendengarkan para teman-teman sekelasnya yang sedang bergosip, tentang kematian seorang wanita yang ada di pusat perbelanjaan kemarin.     

"Kau, tahu tidak jika wanita yang mati jatuh dari eskalator kemarin itu tentanggaku,"     

"Benarkah?"     

"Yah, rumahnya tepat di depan rumahku, dan kejadian itu sepertinya kerna disengaja, terlihat dari rekaman CCTV,"     

"Iya, pria yang mendorong wanita itu menggunakan masker jadi tak ada yang mengetahuinya,"     

"Eh, kalian merasa tidak, jika gadis yang menundukkan tubuh kemarin itu sangat mirip dengan teman sekelas kita?"     

"Maksudnya, Mesya?"     

"Iya!"     

"Aku rasa itu bukan mirip tapi memang itu adalah, Mesya!"     

"Kau yakin?"     

"Yah, aku yakin, eh! Itu ada, Mesya! Bagaimana kalau kita tanyakan langsung saja kepadanya!"     

"Ah, kau brnar!"     

Dan para gadis yang sedang bergosip itu mulai mendekati Mesya, mereka bersiap untuk menghujani Mesya dengan berbagai pertanyaan, terlebih tentang keberadaannya di saat kejadian itu.     

"Hay, Mesya! Kami ingin bertanya kepadamu?"     

"Yah, benar kami hanya ingin memastikan, apakah benar jika gadis yang ada di dalam pusat perbelanjaan kemarin adalah dirimu?"     

"Ayo jawab, Mesya? Jangan malah diam saja!"     

Mereka semua bertanya secara beruntun, sampai membuat Mesya kesulitan untuk menjawabnya.     

Tapi dia tetap harus sabar, dia tidak mau kalau sampai salah bicara dan membuat mereka semua kesalahan sehingga menarik teman-temannya itu dalam bahaya.     

"Mesya! Kenapa malah diam saja? Kamu ini sedang bertanya? Kau tidak punya mulut ya?"     

"Atau jangan-jangan, kau yang sebenarnya menjadi target utama dari si pembunuh itu?!"     

"Eh, kalian itu jangan bertanya secara bersamaan begini! Bagimana aku bisa menjawabnya!" teriak Mesya.     

Sehingga mereka pun akhirnya mau terdiam sesaat dan mendengarkan penjelasan dari Mesya.     

"Baik aku akan menjelaskan kepada kalian, jika gadis yang kalian bilang mirip denganku itu, memanglah aku. Dan terkait siapa pria yang mendorong si wanita hingga terjatuh itu aku tidak tahu," jelas Mesya.     

Lalu ada salah satu dari para gadis itu yang bertanya kepadanya.     

"Lalu, kau merasa tidak jika pria yang memakai masker itu sedang mengincarmu?"     

"Emm ...," Mesya terdiam sesaat untuk memberikan jawaban atas pertanyaan itu.     

"Tidak, Aku merasa jika dia memang sengaja menyerang wanita yang kemarin," jawab Mesya. Dia terpaksa berbohong, sebenarnya Mesya sendiri yakin jika memang pria kemarin sengaja ingin mencelakainya, kamudian malah salah sasaran.     

"Tapi, aku rasa dia itu ingin menyerangmu, Mesya. Bahkan terlihat jelas gelagatnya dari hasil rekaman CCTV. Pria itu belari kearahmu, tapi kau malah menunduk, sehingga dia salah sasaran dan malah mendorong si wanita yang akhir jatuh ke tangga eskalator," ujar salah seorang temannya lagi. Ucapan gadis itu di benarkan oleh gadis yang lainya.     

Tapi segera mungkin Mesya langsung menyangkalnya. Karna tidak mungkin jika dia akan mengatakan bahwa yang hendak mencelakainya itu adalah Arthur.     

"Kalian itu hanya salah lihat. Sejak awal aku sudah melihat gelagat aneh dari pria itu, dan dia terus-terusan melihat kearah wanita itu dengan tatapan yang penuh amarah. Sepertinya pria itu memiliki dendam dengan si wanita," tutur Mesya.     

"Banarkah?!"     

"Sungguh, aku ini bicara jujur, kalian itu hanya melihat lewat rekaman CCTV, tidak berada di tempat kejadian, jadi mau tak mau kalian itu harus mempercayai penjelasanku," tukas Mesya, dan akhirnya mereka semua terdiam mempercayai apa yang di ucapkan oleh Mesya.     

***     

Sementara itu, di sebuah hutan belantara tampak Arthur yang berjalan dengan langkah yang tertatih.     

"Ah, sial bahuku sakit ...," gumamnya.     

Kemudian dia duduk dan membuka hoodie sweater yang ia kenakan lalu melemparkannya jauh-jauh.     

Selain kepalanya yang terluka parah, ternyata punggungnya juga terdapat lubang yang menganga.     

Kini dia dipenuhi darah dari luka-lukanya itu.     

"Dasar, Sopir Truk, sialan!" umpatnya.     

Arthur tampak kebingungan untuk mencari jalan pulang, Arthur sampai ke tempat ini karna terbawa oleh arus sungai yang begitu deras. Kebetulan bebarapa hari ini curah hujan di daerah itu cukup deras.     

Arthur mencoba mencari jalan keluar, karna dia tersesat cukup jauh.     

"Awalnya aku ingin mencelakai, Gadis Manja itu, tapi kenapa malah aku sendiri yang kena sial!" gerutunya.     

Arthur yang seorang pembunuh berdarah dingin, rupanya dapat dilumpuhkan oleh kecerobohannya sendiri.     

Kalau dia hanya manusia biasa, mungkin dia sudah mati karna pristiwa kecelakaan yang dialami kemarin.     

Beruntung dia masih keturunan keluarga Dininrat, yang tidak bisa mati dan di bunuh oleh siapapun, apa lagi hanya kecelakaan seperti ini.     

Orang yang bisa membunuh mereka harus sama-sama dari keturunan keluarga Diningrat.     

"Aku harus membunuh orang jika aku ingin segera menyembuhkan luka-luka di tubuhku ini,"     

bicaranya.     

Dia terus mengerdarakan pandangannya untuk mencari mengsa yang bisa ia bunuh.     

To be continued     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.