Dear Pak Polisi..

Kecemasan_Candelian\'s Cafe



Kecemasan_Candelian\'s Cafe

0Jeno dan Joni pun lalu pergi dari hadapan Daniel.     
0

Daniel lalu merogoh sakunya dan menyimpan hasil recordnya. Ya, tadi sebelum menemui Jeno dan Joni, Daniel mengambil record pada ponselnya.     

Kini ia pun telah menyimpan hasil recordnya. Setelah itu, ia pun lalu menghubungi Hanan.     

"Halo nan... nanti ada dua orang teman Sean yang akan melewati kalian yang tadi gue tunjukkin di foto, biarin aja ya.. jangan ditangkap.. gue ada rencana lain.." ucap Daniel.     

"Ha?? Rencana apa lagi?" ucap Hanan.     

"Udah nanti gue ceritain pokoknya." ucap Daniel.     

"Ya udahlah oke." ucap Hanna.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

"Gue harus grebek ruangan Sean sekarang juga.." gumam Daniel.     

.     

.     

Di lain sisi, Hanan benar-benar bingung mengapa Daniel meminta dirinya untuk tidak menangkap salah dua dari pelaku tersebut.     

"Kenapa nan?" ucap Andre.     

"Dua orang pelaku itu akan melewati kita ... tapi kita dilarang menangkap mereka.. kata Daniel." ucap Hanan.     

"Lho kenapa gitu??" ucap Andre.     

"Dia punya rencana lain katanya.. entahlah.. mungkin tadi dia mengobrol dengan mereka.. atau apalah." ucap Hanan.     

"Di atas itu tempat apaan sih?" ucap Alex.     

"Jual diri." ucap Arga.     

"Uhuk uhuk... sumpah lo??" ucap Alex.     

Arga pun mengangguk.     

"Iyalah.. ngapain juga gue bohongin lo coba?" ucap Arga.     

"Kok lo tahu sih, Ga?" ucap Alex.     

"Kan gue pernah ke sini.. bukan untuk memuaskan hasrat ya.. tapi berpura-pura sebagai pelanggan saja hanya untuk mengetahui sudut-sudut dari ruangan ini.." ucap Arga.     

"Masa sih?" ucap Alex.     

"Serah lo dah mau percaya atau enggak.." ucap Arga.     

"Kita gak perlu hampiri Daniel di atas??" ucap Evan.     

"Iyaya.. dia kan sendirian.. gimana kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk sama dia di atas?" ucap Jordan.     

"Jangan negative mulu itu pikiran.. positif dong.." ucap Eric.     

"Tahu lo.." ucap Alex.     

"Tapi gak ada salahnya sih kalau dihampiri.." ucap Arga.     

"Iya sih.." ucap Evan.     

"Ya udahlah biar gue aja yang menghampiri dia di atas." ucap Arga.     

"Gue temenin deh, Ga.. ayo.." ucap Evan.     

Arga pun mengangguk.     

"Kita ke atas dulu ya.." ucap Arga.     

Mereka pun mengangguk.     

"Iya.. hati-hati lo berdua.. kalau ada apa-apa langsung hubungi aja kita." ucap Hanan.     

Arga dan Evan pun mengangguk.     

"Siipp.." ucap mereka mengacungkan ibu jari mereka.     

.     

.     

Daniel berdiri di depan pintu ruangan yang biasa digunakan oleh Sean.     

Ia berusaha mencari informasi dari sana.     

.....     

"Sial!! Apa yang harus gue lakukan sekarang?! Kalau Joni dan Jeno keluar, lalu siapa lagi yang bisa gua andalkan untuk menjual semua barang haram itu?? Gue udah beli banyak lagi karena gue mikirnya bakal laku keras dan untung besar.. tapi ternyata enggak! Mereka justru keluar dari sini!! Sialan!!" umpat Sean.     

.....     

"Jadi, dia memiliki banyak barang haram itu... di mana dia menyembunyikan barang haram itu ya??" gumam Daniel.     

"Apa yang anda lakukan di sini??" ucap seseorang yang baru saja menghampiri Daniel yang sedang mencari informasi.     

"Hmm?? Saya ingin bertemu dengan Sean." ucap Daniel.     

"Anda Daniel kan?? Teman dekatnya Sean?" ucapnya.     

Daniel pun mengangguk.     

"Bukankah anda sudah resign dari pekerjaan ini?"     

"Saya hanya ingin bertemu dengan Sean." ucap Daniel.     

"Jangan berbohong.. anda pasti ingin melakukan sesuatu di sini kan?? Cabania's Cafe telah ditutup oleh pihak kepolisian dan saya yakin bahwa itu pasti ada campur tangan dari anda.. Apa yang sedang anda rencanakan?"     

"Jangan sembarangan berbicara!! Saya sama sekali tidak ada kaitannya dengan hal itu!" ucap Daniel.     

"Omong kosong!! CGroup!! Serang dia!!" teriak lelaki itu.     

Daniel yang tak siap dengan kehadiran tiba-tiba kelompok mereka pun panik.     

.     

.     

"Ga,itu bukannya Daniel ya?? Dia dikepung oleh mereka!! Bahaya! Berarti mereka sudah mengetahui rencana kita!" ucap Evan.     

"Kita harus menolong dia.. lo panggil yang lainnya, biar gue yang bantu si Daniel." ucap Arga.     

Evan pun mengangguk.     

"Iya iya gue ke sana." ucap Evan.     

Evan pun lalu berlari dari sana untuk menemui Hanan dan yang lainnya. Sedangkan Arga, dia berlari ke Daniel untuk menolongnya.     

"Niel,.." ucap Arga.     

"Kok lo bisa ada di sini?" ucap Daniel.     

"Itu nanti.. kita harus saling melindungi." ucap Arga.     

Daniel pun mengangguk. Mereka lalu mengambil posisi saling memunggungi.     

Dan bersiap-siap untuk melakukan penyerangan terhadap musuh-musuh yang ada di depan mereka.     

.....     

Evan segera menghampiri Hanan dan yang lainnya.     

"Nan.." ucap Evan dengan nafas yang tersenggal-senggal.     

"Lo kenapa Van??" ucap Hanan.     

"Gawat... Arga dan Daniel dikepung sama geng mereka..." ucap Evan.     

"Apa??" ucap Hanan dan yang lainnya terkejut.     

"Kita harus membantu mereka sekarang juga!" ucap Hanan.     

Evan pun mengangguk.     

"Ayo.. mereka ada di atas." ucap Evan.     

Segera mereka pun lalu beranjak dari sana dan menuju lantai atas.     

.......     

Anin sejak tadi terus saja gelisah. Ia berjalan ke sana ke mari di dalam kamarnya.     

Ia menggigit jari telunjuknya.     

"Gue benar-benar mencemaskan mereka.." ucap Anin gelisah.     

Vio pun bangkit dari duduknya dan mengusap pundak Anin berusaha untuk menenangkan Anin.     

"Jangan cemas nin... In Syaa Allah mereka akan baik-baik saja di sana." ucap Vio.     

"Tapi gue takut Vi.. perasaan gue gak enak.." ucap Anin.     

"Perasaan gue juga gak enak banget ini sebenernya.." Ucap Ilona yang melangkahkan kaki menghampiri Anin dan Vio.     

"Iya kan?? Duhhh ada apa ya?? Gue gak biasanya secemas ini ketika pak Hanan melakukan penangkapan.. ini tuh gue kayak takut banget." ucap Anin.     

"Tapi kita gak bisa melakukan apa-apa selain tetap diam di sini dan berdoa.." ucap Vio.     

"Vi??" ucap Anin.     

Vio pun menoleh pada Anin.     

"Kenapa nin?" ucap Vio.     

"Lo tahu gak Candelian's Cafe itu di mana?" ucap Anin.     

Vio terlihat berpikir sejenak sebelum ia mengangguk.     

"Iya gue tahu... kenapa nin?" ucap Vio.     

.......     

Bugh!!!     

Hanan menendang salah satu punggung dari lawan mereka hingga tersungkur ke lantai.     

"Brengsek!! Beraninya keroyokan ya lo semua bangsat!!" ucap Hanan emosi.     

.     

.     

Di lain sisi, telinga Sean baru menyadari suara ribut-ribut yang berasal dari luar ruangan.     

"Kok kayak ada suara ribut-ribut ya?? Apa Jeno dan Joni?" gumam Sean.     

Sean pun lalu melangkahkan kakinya membuka pintu ruangan untuk memeriksa kondisi luar ruangan.     

"Daniel?!" ucap Sean murka.     

.     

.     

Mendengar suara yang menyebut nama Daniel, sontak Sean pun menoleh pada sumber suara tersebut. Ia mengamati wajah tersebut yang tak asing dalam pandangannya.     

"Sean.. iya.. dia Sean.. dalang dari semua kerusakan di negeri ini.." gumam Hanan dengan senyum miring.     

Aksi penyerangan mendadak berhenti kala Sean menyebut nama Daniel karena semua mata fokus ke arah dirinya.     

Sean lalu melangkahkan kakinya perlahan menghampiri Daniel.     

"Ngapain lo ke sini?? Bawa pasukan?? Cih! Dasar pengkhianat!!" ucap Sean menganggap remeh Daniel lalu meludah.     

.........     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.