Dear Pak Polisi..

Janji Hanan



Janji Hanan

Anin dan Hanan kini memasuki ruang ICU dan membesuk Wiran yang masih belum sadarkan diri.     

Anin mengusap kepala Wiran seraya mengecup keningnya.     

"Pa.. papa cepat sembuh ya.. Anin dan pak Hanan berjanji.. bahwa kami akan segera menyelesaikan masalah proyek rumah sakit itu... Anin sayang banget sama papa.." ucap Anin dengan mata yang berkaca-kaca.     

Hanan mengusap pundak Anin.     

Ia tahu betapa sayangnya Anin terhadap Wiran. Bahkan cintanya Anin lebih besar untuk Wiran dari pada Asni. Padahal biasanya seorang anak itu akan lebih dekat dengan ibunya, namun berbeda dengan Anin.     

Dan hal itu mungkin karena Anin dirawat oleh Wiran sejak dirinya masih bayi dan baru bertemu dengan ibunya di usia lima atau enam tahun.     

"Sayang.. udah ya.. Kita harus banyak-banyak berdoa untuk kesembuhan papa.. aku janji.. aku akan melakukan apa pun yang terbaik untuk papa.." ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk. Ia lalu memeluk Hanan.     

"Makasih ya sayang.. karena kamu udah sayang banget sama papa.. kamu selalu bisa ngertiin aku dan menenangkan aku.." ucap Anin.     

Hanan mengusap kepala Anin dan mengecupnya.     

"Sudah kewajiban aku sebagai suami kamu dan menantu papa kamu... ketika aku meminta kamu sebagai istri aku, maka saat itu juga aku harus bisa menerima keluarga kamu dan menyayangi mereka seperti aku menyayangi kamu." ucap Hanan.     

"Makasih sayang.. aku benar-benar beruntung karena telah memiliki kamu.." ucap Anin.     

"Aku jauh lebih beruntung dan bersyukur ketika kamu mau menerima aku sayang padahal ada banyak laki-laki yang mengejar kamu.." ucap Hanan.     

Anin lalu melerai pelukannya dan tersenyum.     

"Karena hanya kamu yang paling mengerti aku.." ucap Anin.     

Hanan tersenyum lalu mengecup singkat kening Anin.     

"Terima kasih karena telah bersedia menjadi istri aku. Seorang Hanan Adyatma Nugroho yang terkenal egois dan sangat angkuh.." ucap Hanan.     

Anin tersenyum.     

"Iya sama-sama sayang.. oh iya.. nanti sebelum pulang, boleh gak kalau kita mampir dulu ke pemakaman pak Radit? Aku kangen banget soalnya.." ucap Anin.     

Hanan pun mengangguk.     

"Iya sayang.. boleh kok..." ucap Hanan.     

Anin tersenyum.     

"Ya udah kita keluar yuk." ucap Anin.     

"Iya sayang.." ucap Hanan.     

Mereka lalu keluar dari ruang ICU tersebut.     

Ketika mereka keluar, ada Arga dan yang lainnya di sana. Ada juga beberapa bodyguard Hanan di sana.     

"Kalian jaga papa saya baik-baik.. ingat, jika ada sesuatu yang mencurigakan, jangan pernah dilepaskan.. awasi atau kalau perlu hindari.." ucap Hanan.     

Mereka pun mengangguk.     

"Baik boss.." ucap mereka.     

"Oke.. saya dan yang lainnya akan pulang.. saya tidak mau mendengar jika kalian sampai lalai dalam pekerjaan kalian." ucap Hanan.     

"Baik boss.. kami akan melakukan yang terbaik."     

"Saya pegang ucapan kalian.." ucap Hanan lalu mereka pun beranjak dari sana.     

"Kalian pada pulang ke mana? Rumah masing-masing atau gimana?" ucap Hanan.     

"Nan, sorry ya.. gue gak bisa ikut besok.. soalnya besok ada barang-barang bengkel yang akan masuk ke bengkel gue.. dan gue harus urus sendiri.. jadi gue gak bisa ikut.." ucap Evan.     

"Ya udah gak apa-apa Van.. lagian lo kan beberapa hari ini juga udah sama kita terus.." ucap Hanan.     

Evan pun mengangguk.     

"Iya nan makanya itu.. bengkel juga kan gak ada yang mengawasi.. by the way, gue pulang duluan ya.. Gak tenang juga sih gue ninggalin bengkel gitu aja sama mereka." ucap Evan.     

Hanan pun mengangguk.     

"Iya Van silahkan.. by the way thanks ya.." ucap Hanan.     

"Iya nan sama-sama.. Anin, guys.. semuanya.. gue pulang duluan ya.." ucap Evan.     

"Thanks ya Van.." ucap Anin.     

Evan pun mengangguk.     

"Oke Van.. hati-hati lo.." ucap yang lainnya.     

"Siipp.. bye.." ucap Evan lalu pergi dari sana.     

"Jadi yang lainnya gimana??" ucap Hanan.     

"Kita menginap di rumah lo aja deh.. biar besok gak terlalu lama.. karena takutnya kalau pulang ke rumah masing-masing, jadinya tunggu-tungguan dan bakalan lama." ucap Arga.     

"Nah iya benar juga sih.. ya udahlah balik ke rumah lo aja.." ucap Eric.     

"Ya udah kalian duluan aja. soalnya gue sama Anin mau ke pemakaman si Radit dulu.." ucap Hanan.     

Mereka pun mengangguk.     

"Ya udah barengan aja ke parkirannya.. ntar baru pisah.." ucap Andre.     

"Iya benar." ucap Arga.     

"Ya udah ayo.." ucap Hanan.     

Mereka pun lalu beranjak dari sana.     

......     

Zivan dan Devan kini sedang berada di sebuah cafe.     

"Jadi apa rencana lo?" ucap Zivan.     

"Gue ingin memisahkan Anin dan Hanan.." ucap Devan.     

"Gue dengar-dengar sih katanya mereka akan menikah.. tapi gue gak tahu kapan." ucap Zivan.     

"Palingan juga lama lagi.. Hanya wacana doang sih kalau Hanan." ucap Devan.     

"Lo suka sama Anin?" ucap Zivan.     

"Ya menurut lo aja deh gimana Ziv??" ucap Devan.     

"Terus untungnya apa sama gue kalau gue kerja sama sama lo?" ucap Zivan.     

"Gue akan melakukan apa pun yang lo mau kalau lo juga mau melakukan apa pun yang gue mau.." ucap Devan.     

"Tapi satu hal yang perlu lo tahu bahwa gue adalah seorang buronan saat ini.." ucap Zivan.     

"Ha?? Kok bisa??" ucap Devan.     

"Gue ketahuan membantu Wilbert untuk membunuh Mr. Jack.. jadinya gue juga menjadi incaran polisi lah.. Walaupun gue gak ikut campur dengan pembunuhan itu, tapi gue memberikan informasi pada Wilbert tentang Mr. Jack." ucap Zivan.     

"Terus kenapa mereka gak bisa menangkap lo? Sementara Wilbert yang licik begitu justru dengan mudahnya ditangkap." ucap Devan.     

"Yang menangkap Wilbert itu Hanan dan yang lainnya.. ya Wilbert mana bisa menghindar... Kalau gue, gue udah sembunyi setelah kejadian pembunuhan itu." ucap Zivan.     

"Ternyata lo lebih licik dari Wilbert ya.." ucap Devan.     

"Jadi apa yang bisa gue bantu?? But one thing ya.. kalau lo butuh bantuan gue, lo juga harus siap membantu gue.. kapan pun dan dalam keadaan apa pun.." ucap Zivan.     

"Oke deal.." ucap Devan.     

......     

Vio dan Daniel kini sedang berjalan di koridor apartemen. Melihat Rio di sana, Vio pun lalu menghampiri Rio.     

"Pa.. udah lama?" ucap Vio lalu menyalim tangan Rio. Daniel pun ikut melakukan hal yang sama.     

"Lumayanlah Vi.. memangnya kalian dari mana?" ucap Rio.     

"Dari rumah sakit pa.. papanya Anin kritis.." ucap Vio.     

"Innalillahi... jadi bagaimana kondisinya sekarang?" ucap Rio.     

"Masih kritis pa... ada apa memangnya pa?" ucap Vio.     

"Kita bicarakan ini di apartemen kalian saja ya.." ucap Rio.     

Vio pun mengangguk.     

"Ya udah pa.. ayo kita ngobrol di dalam apartemen aku..." ucap Vio.     

Rio pun mengangguk. Mereka lalu melangkahkan kaki memasuki apartemen Vio.     

.....     

Anin dan Hanan kini sedang dalam perjalanan menuju pemakaman.     

"Nanti kita beli bunga dulu ya mas untuk ditaruh di makam pak Radit.." ucap Anin.     

Hanan pun mengangguk.     

"Iya sayang.. nanti kita mampir ke florist ya.." ucap Hanan..     

Anin pun tersenyum.     

.......     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.