Dear Pak Polisi..

Emergency Situation



Emergency Situation

0Daniel baru saja tiba di sebuah perusahaan di mana akan menjadi tempat bertemunya dirinya dengan kliennya.     
0

Daniel turun dari mobil yang diberikan oleh kantor untuk dirinya sebagai bonus atas kemenangan tender kemarin.     

Daniel membaca nama perusahaan tersebut.     

PT. WHITE BEAUTY AND HEALTH     

Suatu perusahaan yang bergerak pada bidang kecantikan dan kesehatan.     

Daniel lalu membuka lembar map nya dan membaca nama pimpinan perusahaan itu.     

"Namanya seperti tidak asing ... tapi siapa dia ya??" gumam Daniel.     

"Pak, tunggu di sini ya.. jika nanti saya menghubungi anda, maka itu artinya anda harus masuk.. oke?" ucap Daniel pada sopirnya.     

Sopir pun mengangguk.     

"Baik pak.." ucapnya.     

Daniel pun kemudian melangkahkan kakinya memasuki perusahaan tersebut. Daniel menghampiri meja resepsionis.     

"Selamat siang.. ada yang bisa saya bantu??" ucap resepsionis ramah dan sopan.     

"Saya dari PT. VR Sejahtera, saya ingin melakukan meeting dengan pimpinan perusahaan ini. Sebelumnya perusahaan kalian telah mengirimkan surat undangan rapatnya.. ini.." ucap Daniel memberikan surat undangan rapat tersebut.     

Setelah dibaca, pegawai resepsionis pun mengangguk.     

"Baik pak.. anda akan diantar menuju ruangannya oleh teman saya.." ucapnya.     

Daniel pun mengangguk.     

"Mari pak.." ucapnya. Daniel pun kemudian mengikuti langkah kaki pegawai tersebut.     

Mereka menggunakan lift untuk bisa sampai ke ruangan tersebut.     

Setelah keluar dari lift, Daniel mendengar bisik-bisik karwayan yang mengganggu telinganya.     

"Gue kasihan deh sama bu Anin.. dia kan anak kandung pemilik perusahaan ini tapi dia justru diperlakukan seperti itu oleh anak angkat pemilik perusahaan ini.. gak tahu diri banget emang.." ucap pegawai.     

"Iya kan?? Gue mikirnya gini lho.. bu Anin kan seharusnya lebih punya kuasa di perusahaan ini, tapi kenapa justru pak Rafka yang lebih tinggi posisinya coba??"     

Bisik-bisik tersebut sontak membuat Daniel menghentikan langkahnya. Ia kemudian menghampiri meja kerja pegawai tersebut.     

'Anin? Apakah yang mereka maksud Anin.. Anin sahabatnya Vio??' ucap Daniel di dalam hatinya.     

"Maaf sebelumnya.. saya tidak sengaja mendengar percakapan kalian.." ucap Daniel. Pegawai tersebut tampak panik ketika Daniel menghampiri meja kerja mereka.     

"I-iya Pak?" ucap mereka gugup.     

"Apakah yang kalian maksud Anin itu adalah Anindya Putri Aisyah?" ucap Daniel.     

Mereka pun mengangguk.     

"Iya pak benar.." ucap salah seorang pegawai.     

"Apa yang terjadi?" ucap Daniel.     

"Beliau dipaksa masuk ke ruangannya pak dan dilarang pergi oleh pimpinan.." ucapnya.     

"Siapa pimpinan kalian?!" ucap Daniel sedikit membentak.     

"Pak Rafka.." ucap mereka.     

"Shit!! Bukankah Rafka abang angkat Anin? Kenapa dia memperlakukan Anin seperti itu?!" umpat Daniel.     

"Di mana mereka sekarang??" ucap Daniel.     

"Di sana pak.." ucap mereka menunjuk dengan ragu ruangan Anin.     

Daniel menatap tajam ruangan yang ditunjuk. Dengan segera ia melangkahkan kakinya menuju ruangan tersebut.     

.     

.     

"Lepasin!! Lepasin aku!! Rafka!!!" bentak Anin memberontak dalam dukungan Rafka.     

"Gak! Gak akan!! Aku gak akan pernah membiarkan kamu bahagia dengan dia! Jika aku tidak bisa memiliki kamu, maka siapapun juga tidak boleh memiliki kamu!" ucap Rafka.     

"Apa maksud kamu?!" ucap Anin membentak.     

Rafka menunjukkan seringainya. Ia lalu mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku belakang celananya.     

Ia lalu membawanya ke sekitaran leher Anin.     

"Ketika cinta tak bisa terbalas, maka nyawa harus terlepas.." ucap Rafka.     

"Kamu jangan gila ya Raf!! Jangan gila!!" ucap Anin memberontak ketakutan.     

"Semakin kamu berteriak, maka aku akan semakin gencar menyayatkan pisau ini ke leher kamu.." ucap Rafka.     

"Hiks.. kamu gila Rafka!! Kamu gila!! Jangan!! Jangan lakukan itu!!" ucap Anin ketakutan.     

Brak!!!     

.     

.     

Daniel mencoba untuk membuka pintunya namun tidak bisa. Dirinya pun akhirnya memutuskan untuk menghubungi sopirnya dan memintanya untuk masuk ke dalam.     

"Ke lantai empat sekarang! Bantu saya mendobrak pintu!" ucap Daniel pada sopirnya di seberang telepon.     

Tut.     

Sambungan telepon diputus secara sepihak oleh Daniel.     

"Kalian semua?! Kalian hanya melihat saja?! Tidakkah kalian semua mempunyai hati?! Bagaimana jika Anin dibunuh di dalam?! Bagaimana jika dia diperkosa di dalam?! Bagaimana?!" ucap Daniel.     

Mereka saling pandang dengan pandangan bingung dan takut.     

"Bantu saya atau jika sampai terjadi sesuatu pada Anin, kalian semua akan saya penjarakan?!" ucap Daniel.     

Mereka pun menggeleng.     

"Gue gak mau dipenjara.."     

"Gue juga gak mau.."     

"Ya udah ayo kita bantu.."     

Mereka pun akhirnya menghampiri Daniel.     

"Apa yang bisa kami bantu pak?" ucap salah satu dari mereka.     

"Dobrak pintu ini!" ucap Daniel. Mereka pun mengangguk lalu mereka pun langsung mendobrak pintu tersebut.     

Brak!!     

Pintu berhasil didobrak. Hal tersebut tentu membuat Rafka menoleh pada sumber suara.     

"Sialan!! Siapa lo?! Berani-beraninya lo dobrak pintu ruangan ini!" ucap Rafka emosi.     

"Lepasin dia atau saya panggilkan polisi?!" ucap Daniel.     

Rafka tertawa remeh.     

"Silahkan lo panggil polisi.. karena gue akan tetap membunuh Anin.. Gue gak masalah kalau gue harus dipenjara.. yang penting gue udah berhasil menghabisi nyawa Anin.. sehingga gak ada seorang pun yang bisa memiliki dia lagi di dunia ini hahah.." ucap Rafka tertawa seperti iblis.     

"Brengsek!!" umpat Daniel.     

'Dia siapa ya?? Kenapa dia mau menolong aku??' ucap Anin di dalam hatinya.     

Rafka memainkan pisau lipatnya di sekitaran leher Anin membuat Anin merinding.     

"Gila ya dia.. bisa-bisanya dia mau membunuh adik angkatnya sendiri hanya karena cinta tak terbalas.." ucap pegawai kantor.     

"Psycopath dia nih.. serem gue.."     

"Nyesel gue kerja di sini.. pimpinannya psyco.."     

Mata Anin dan Daniel saling bertemu. Daniel pun mulai mencari celah untuk membebaskan Anin dari Rafka. Daniel pun akhirnya menemukan celah.     

Ia lalu memberi kode pada Anin untuk melakukan hal tersebut. Anin awalnya ragu dan takut. Namun Daniel semakin kuat meyakinkan.. Hingga...     

.....     

Zivan dan Aurora kini sedang menikmati ice cream mereka. Aurora duduk di pangkuan Zivan.     

"Paman.. paman Zivan... kenapa miss Anin belum juga datang ke sini?? Bukankah miss Anin juga ingin bertemu denganku?" ucap Aurora.     

'Iyaya.. Anin kiki belum datang juga ya sampai sekarang?? Biasanya dia gak selama ini deh kalau ada janji.. kenapa ya??' ucap Zivan di dalam hatinya.     

"Paman juga tidak tahu ra.. tapi semoga sebentar lagi miss Anin bisa segera sampai ya.." ucap Zivan.     

Aurora pun mengangguk.     

'Kamu di mana nin??' ucap Zivan di dalam hatinya.     

.......     

Hanan dan Andre kini baru saja selesai melaksanakan sholat zuhur.     

Mereka kini sedang berjalan di koridor rumah sakit.     

"Perasaan gue kok tiba-tiba gak enak ya ndre .." ucap Hanan.     

"Lo kenapa nan?? Apa ada yang mengganggu pikiran lo?" ucap Andre.     

"Anin.. gak tahu kenapa tiba-tiba gue mencemaskan dia.. gue takut terjadi sesuatu sama dia.." ucap Hanan.     

"Lebih baik lo samperin aja dia ke sana.. dari pada lo cemas gini.." ucap Andre.     

Hanan menatap Andre sekilas.     

"Dan lo?" ucap Hanan.     

"Gue di sini.. gue akan jagain papa lo.. beliau kan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap.. jadi harus ada yang tungguin." ucap Andre.     

Hanan pun mengangguk.     

"Thanks ndre.. gue pergi.. titip papa.." ucap Hanan.     

..........     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.