Trapped on You
Trapped on You
"Duhh kok hilang sih?! Sial! Tadi lokasi terakhir Anin ada di jalan rambutan.. ini kan jalanan yang gak ada penduduknya... Shit!! Gue harus segera ke sana sebelum posisi mereka berpindah.." monolog Hanan.
Hanan pun lalu segera bangkit dari duduknya dan bergegas menuju titik lokasi Anin.
Hanan mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata untuk bisa segera sampai pada titik lokasi terakhir kali Anin berada.
"Semoga gue belum terlambat .. semoga Anin masih ada di sana.." gumam Hanan.
...
Daniel sedang berada di dalam sebuah angkutan umum saat ini. Dia benar-benar bingung dia harus ke mana saat ini.
'Gue harus ke mana?? Gue udah gak punya siapa-siapa.. gue juga gak punya apa-apa.. ya Allah...' ucap Daniel di dalam hatinya bingung.
'Apa gue coba untuk ke apartemen Vio?? Apa Vio masih mau menerima gue kembali setelah dia mengetahui semuanya?? Ya Allah..' ucap Daniel di dalam hatinya.
Akankah Daniel kembali tinggal bersama dengan Vio di apartemen Vio??
Atau mungkinkah Daniel justru akan membuka lembaran baru dengan mencoba pekerjaan yang baru??
Lalu di mana ia bisa mendapatkan pekerjaan dan tempat tinggal dalam waktu dekat??
....
"Bang... ini udah ashar lho.. kita gimana dong pulangnya?? Aku takut.." ucap Anin.
"Kamu tenang dulu... biar abang coba cek dulu ya .. tunggu di sini.." ucap Rafka.
Anin pun mengangguk.
"Ya udah abang hati-hati.." ucap Anin.
"Iya.." ucap Rafka.
Rafka pun lalu turun dari mobil untuk memeriksa mobilnya.
"Handphone aku mati lagi... coba aja kalau gak mati, mungkin aku bisa coba untuk menghubungi pak Hanan.. ya Allah.. aku benar-benar takut berada di tempat seperti ini.." gumam Anin.
....
Hanan telah tiba di jalan rambutan. Namun, ia tak mendapati Anin atau siapa pun di sana. Tempat itu benar-benar sunyi dan menyeramkan.
"Anin... kamu di mana?? Saya benar-benar mencemaskan kamu..." lirih Hanan ketika dirinya mengedarkan pandangannya dari dalam mobil.
Mobilnya masih berhenti.. Ia benar-benar mencemaskan Anin.
Drrrrrtttt.....
Ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk di sana.
"Mungkin itu dari Anin.." gumam Hanan segera mengambil ponselnya.
Hanan pun melihat pada layar ponselnya untuk mengetahui siapa yang menghubunginya.
Raut wajah Hanan yang semula tampak membaik kembali cemas karena ternyata bukan Anin yang menghubungi dirinya.
"Ternyata bukan Anin... ya Allah..." gumamnya kecewa.
......
Rafka kembali memasuki mobilnya.
"Abang gak ngerti nin bagian mana yang rusak.. as you know kan kalau abang gak ngerti soal mesin mobil??" ucap Rafka.
Anin pun mengangguk. Ia mengetahui bahwa Rafka memang tidak mengerti soal urusan mesin mobil.
"Terus kita gimana dong bang?? Meeting kita juga gimana??" ucap Anin.
"Abang udah lupain soal meeting... yang abang pikirin saat ini adalah gimana caranya kita bisa pergi dari sini.. karena semakin lama, hari akan semakin gelap.." ucap Rafka.
Raut wajah Anin semakin ketakutan.
"Aku mau pulang kak.. aku gak mau di sini.. handphone aku tadi mana kak?? Sini coba biar aku nyalain.. barangkali masih bisa buat hubungi papa.." ucap Anin.
"Udah gak bisa Anin.. ponsel kamu udah mati.. sinyal di sini juga susah.." ucap Rafka.
"Biar aku coba dulu bang..." ucap Anin.
"Gak bisa Anin... jangan keras kepala, please.." ucap Rafka.
Anin merogoh isi tasnya, berusaha untuk menemukan sesuatu.
"Bang aku bawa charger... mungkin kita bisa mencari rumah warga untuk menumpang charge handphone kita.." ucap Anin.
"Di sini gak ada rumah warga.. kamu bisa melihatnya sendiri.. tidak ada penduduknya di sini.." ucap Rafka.
"Terus kita harus gimana dong?? Abang juga lagian ngapain sih dari jalan ini?? Udah tahu jalanannya sepi gini.." ucap Anin.
"Kita harus menunggu di sini sampai ada bantuan.. kita tunggu sampai ada mobil lewat dan meminta tolong pada mereka untuk menarik mobil kita.." ucap Rafka.
"Semoga aja segera ada mobil yang lewat.. aku takut ada di tempat ini.." ucap Anin.
.......
Hanan kembali melajukan mobilnya untuk terus mencari Anin.
Mata Hanan memicing ketika matanya menangkap sesuatu yang tidak asing dalam penglihatannya.
"Itu....." gumam Hanan mempertajam penglihatannya dan memperlambat laju mobilnya.
..........
Vio benar-benar tak percaya bahwa ternyata Daniel dan Sean itu merupakan satu grup yang mencari uang dengan cara kotor seperti itu.
Vio masih menangis di dalam kamarnya. Ia merebahkan dirinya dalam posisi telungkup.
"Hiks... aku gak nyangka kalau Daniel mencari uang dengan seperti itu... kenapa sih harus kayak gini?? Kenapa?? Hiks.." isak tangis Vio.
Vio terus mengusap air matanya yang tali berhenti mengalir.
"Tadinya aku mau bilang sama kamu kalau aku bakal wisuda sebelum ramadhan.. tapi ternyata.. hiks.." ucap Vio terisak.
Tok Tok Tok....
Pintu apartemen Vio diketuk oleh seseorang.
Vio segera mengusap air matanya.
"Siapa lagi yang datang?? Ganggu aja sih.." gerutu Vio.
Vio pun lalu beranjak dari tempat tidurnya, keluar dari kamarnya dan menuju pintu utama.
Ia pun segera membuka pintunya.
Ceklek!
Pintu apartemen pun dibuka dan menampilkan Daniel di sana.
"Lo?? Ngapain lagi lo ke sini??" ucap Vio kesal.
"Vio.. gue minta maaf.. gue minta maaf untuk semua kesalahan gue.. gue benar-benar udah taubat ... gue udah lama menjauhi pekerjaan kotor itu semenjak gue kenal sama lo.. tolong maafin gue.." ucap Daniel memohon.
"Lo tahu Niel?! Waktu itu gue hampir aja diperkosa sama Sean?! Masa depan gue hampir hancur seperti masa depan orang-orang yang sudah kalian hancurkan!! Kalian gak mikir ya gimana perasaan mereka yang kalian hancurkan masa depannya?! Kalian gak mikir bagaimana perasaan keluarga mereka?! Gak mikir?!" ucap Vio emosi.
Tubuh Daniel merosot. Dia bersimpuh di depan Vio.
"Maafin aku Vi.. maaf... itu sama sekali bukan rencana aku.. pada saat dia melakukan itu sama kamu, aku sedang tidak bersama dengan mereka.. aku berada di tempat yang berbeda.. jadi aku gak tahu apa pun tentang itu.. aku tahu hal itu dari mereka ketika kami sedang kumpul.." ucap Daniel.
"Tetap aja! Lo itu pendosa!! Sudah berapa lama lo menjalani pekerjaan ini?? Sudah berapa banyak dosa yang lo perbuat selama ini?! Berapa banyak?!" ucap Vio.
"Aku sadar Vi.. bahwa aku memang pendosa.. dosa aku terlalu banyak.. tapi Tuhan Maha Menerima Taubat.. Tuhan Maha Pemberi Maaf.. kenapa kamu gak bisa maafin aku?? Aku sudah bertaubat dan menyesali semua perbuatan aku Vi.. Aku ingin membuka lembaran baru.. aku ingin belajar untuk menjadi orang yang lebih baik lagi.. tolong bantu aku untuk belajar menjadi orang yang lebih baik lagi.. tolong.." ucap Daniel.
"Apa yang bisa membuat gue mempercayai lo?? Gue terlalu takut untuk memaafkan lo yang belum tentu bisa memperbaiki semuanya.. Gue sayang sama lo Niel.. tapi gue takut rasa sayang yang gue punya buat lo justru nantinya akan menjadi alat buat lo menghancurkan gue... gue takut lo justru akan memanfaatkan gue karena rasa ini nantinya..." ucap Vio.
Deg!!
............