Dear Pak Polisi..

For You



For You

0Seorang kini tengah berada di sebuah ruang yang gelap sendirian. Dirinya sedang menatap sebuah lembaran foto demi foto yang ada di tangannya.     
0

"Saya merindukan kamu... Dan saya percaya bahwa kamu di sana pun juga merindukan saya.. Rindu ini terlalu berat dan menyakitkan untuk saya... Seandainya saya tidak berada di posisi ini, mungkin saya dan kamu tidak akan mengalami hal ini.." ucap orang tersebut dengan air mata yang menetes begitu saja.     

"Saya akan berusaha.. Saya akan terus berjuang sampai semuanya selesai hingga nanti takdir kembali mempertemukan kita dalam hubungan yang lebih baik... In syaa Allah.. Semoga Allah memudahkan niat baik kita..." ucap orang tersebut seraya menyeka air mata yang mengalir di pipinya.     

.....     

"Hmmm kamu tadi lihat??" ucap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya saya lihat tapi hanya dari belakang saja.. Jadi, siapa mereka?? Kenapa gaya penampilan mereka sama seperti dirimu yang seolah sedang menyembunyikan identitas?? Apa mereka adalah bagian darimu?" ucap Anin.     

'Huuh.. Syukurlah Anin tidak melihat mereka sehingga dia tidak mengetahui siapa mereka.. Setidaknya saya bisa memberi alasan lebih mudah..' ucap Wil di dalam hatinya.     

Wil pun lalu mengangguk.     

"Iya.. Mereka adalah bagian dari saya.. Kami sama-sama orang-orang yang harus menyembunyikan identitas kami karena kami memang dalam bahaya.. Untuk itu gak boleh ada satu orang pun yang mengetahui siapa kami.." ucap Wil.     

"Maaf sebelumnya, untuk apa mereka datang ke sini? Bukankah jika untuk hal pekerjaan, seharusnya mereka bisa membahasnya besok di kantormu?" ucap Anin.     

"Hmm ada urusan penting sehingga kami harus segera membahasnya dan saya yang meminta mereka untuk datang ke sini.." ucap Wil.     

Anin pun mengangguk paham.     

"Hmm baiklah.. Maafkan saya karena sempat mengganggu waktumu.." ucap Anin.     

Wil pun mengangguk.     

"Iya nin.. Gak apa-apa." ucap Wil.     

"Oh iya Wil.. Tadi itu saya menghampiri kamar Aurora, namun saya tidak menemukan dia berada di dalam kamarnya.. Apa kamu kira-kira mengetahui di mana dia sekarang?? Atau tadi kamu ada melihat di gak ketika kamu mengantar teman kamu ke depan??" ucap Anin bertanya.     

Wil sedikit berpikir. Ia menautkan kedua alisnya dan mengernyitkan keningnya.     

"Saya tidak melihat Aurora.. Tapi tadi mobil Zivan tidak ada di depan.. Mungkin mereka berdua sedang pergi ke suatu tempat.." ucap Wil.     

Anin pun mengangguk paham.     

"Hmm begitu ya.. Iya iya.. Pantesan saja rumah terlihat begitu sepi.." ucap Anin.     

"Hmm iya nin.. Oh iya, bagaimana dengan Radit?? Apa kamu sudah menghubungi dirinya dan mengatakannya?" ucap Wil.     

"Tadi saya sudah menghubungi dia.. Dan saya juga sudah mengatakan bahwa saya menolak untuk hadir menemui kedua orang tuanya sebagai kekasihnya.. Tapi..." ucap Anin menggantung.     

"Tapi?? Tapi apa, nin?" ucap Wil.     

"Saya minta maaf sebelumnya sama kamu.. Tetapi saya menerima untuk hadir sebagai teman baiknya pak Radit atau mantan mahasiswinya.." ucap Anin.     

Deg!!     

"Apa?! Jadi kamu akan tetap hadir ke rumahnya siang ini?" ucap Wil terkejut.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya Wil.. Maafkan saya.. Saya benar-benar tidak bisa mengecewakan pak Radit dengan sangat.. Untuk itu saya ingin menebus kekecewaan itu dengan sedikit membantunya. Dan Wil, lagi pula kan saya hadir bukan sebagai kekasihnya tetapi hanya sebagai teman baiknya atau mantan mahasiswinya.. Itu tentu tidak akan membuat saya terjebak terlalu jauh..." ucap Anin.     

"Tapi bagaimana jika kedua orang tuanya menyukai kamu?? Lalu mereka akhirnya pelan-pelan membujuk kamu untuk bisa menerima Radit.. Bagaimana, nin?? Tidakkah kamu memikirkan perasaan Hanan di sana??" ucap Wil.     

Anin menunduk.     

"Sejujurnya saya benar-benar berada dalam situasi yang sulit.. Posisi saya saat ini tuh serba salah.. Saya benar-benar tidak tahu harus apa tetapi apa pun yang saat ini saya lakukan, saya putuskan, semua itu sudah saya pertimbangkan dengan sangat matang.. Wil, kamu percaya sama saya.. Saya tidak akan melakukan hal yang lebih dari pada ini karena di hati saya hanya ada pak Hanan.. Meski dia sudah tiada sekarang.." ucap Anin.     

Wil memejamkan matanya sejenak.     

"Baik.. saya mempercayai kamu dan saya harap setiap ucapan yang keluar dari mulut kamu bisa dipercaya.." ucap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

"Saya berjanji.. Dan saya tidak akan mengingkarinya.." Ucap Anin.     

Wil pun mengangguk.     

"Oke.. Saya harus kembali bekerja.. Jika kamu ingin pergi ke sana, minta tolonglah pada Zivan.. Ingat, jangan pernah menggunakan kendaraan umum.." ucap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

"Iya Wil.. Terima kasih.." ucap Anin.     

"Tetapi jika saya ada waktu, nanti saya sendiri yang akan mengantar kamu untuk pergi ke sana.. Dan satu hal, jangan pernah mengundang, membawa atau memberitahu siapa pun tentang alamat ini.. Kamu tentu tahu apa alasannya.." ucap Wil.     

Anin pun kembali mengangguk.     

"Iya Wil.." ucap Anin.     

"Oke kalau begitu saya harus kembali bekerja.." ucap Wil.     

Anin pun mengangguk.     

"Miss Anin!!!" ucap Aurora dengan sedikit berteriak ketika memasuki rumah seraya membawa bungkusan belanjaannya.     

Aurora berlari menuju ke pelukan Anin.     

Plug!!     

Aurora memeluk Anin.     

Anin pun membalas pelukan itu. Anin tersenyum. Zivan yang berjalan dengan santai di belajang Aurora, hanya menunjukkan ekspresi datarnya.     

Wil yang tadinya akan pergi ke ruang kerjanya, mengurungkan niatnya dan memilih untuk menikmati pemandangan indah antara Anin dengan Aurora.     

Keduanya saling melerai pelukan itu.     

"Kamu dari mana aja?? Miss tadi mencari kamu hmm.." ucap Anin pada Aurora.     

Aurora tersenyum.     

"Sorry miss.. Tadi aku sedang pergi dengan paman ke supermarket untuk berbelanja.. Oh iya, aku juga membeli sesuatu untuk miss lho.." ucap Aurora.     

Anin tersenyum.     

"Oh iya??" ucap Anin. Aurora pun mengangguk.     

"Iya miss sungguh.." ucap Aurora.     

"Apa itu??" ucap Anin.     

"Chocolate and ice cream... So, we can eat it together.." ucap Aurora.     

Anin tersenyum.     

"Wow!! That's a great idea.." ucap Anin.     

Aurora hanya mengangguk dengan senyum yang terus mengembang.     

"Let's go to my bedroom and enjoy our time by eating chocolate and ice cream.. Would you like to play with me please??" ucap Aurora.     

Anin pun mengangguk.     

"Yes.. Of course.. Why not?" ucap Anin.     

Aurora lalu mengambil tangan Anin dan menggenggamnya.     

"Let's go!!" ucap Aurora bersemangat.     

Anin hanya tersenyum menanggapi.     

Mereka berdua lalu berjalan bersama menuju kamar Aurora.     

Sekarang, hanya tersisa Wil dan Zivan.     

Keduanya langsung saling pandang.     

"Ingat janji lo sama dia.. Jangan sampai semuanya hancur hanya karena perasaan atau perempuan.. Gue paham dan sadar bahwa dia memang baik dan menarik, tapi dia tercipta bukan buat lo, bang.. Remember that.." ucap Zivan lalu meninggalkan Wil yang mematung di tempat begitu saja.     

Deg!!     

Untuk hari itu, Wil benar-benar merasa tertampar hatinya hanya karena ucapan kedua orang tamunya tadi dan adiknya, Zivan.     

.........     

Maafkan Typo...     

Thank You for Reading...     

Please support this novel by powerstone, buy privilege, share, comment and review..     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.