Rasa Cemburu Atau Karena Janji?
Rasa Cemburu Atau Karena Janji?
"Hmm om, tante.. sebelumnya terima kasih atas jamuan luar biasa ini.. Anin senang sekali bisa bertemu dan ngobrol dengan om dan tante.. sekali lagi terima kasih om, tante.." ucap Anin.
Ravi dan Dita pun mengangguk dengan senyum mereka.
"Iya sama-sama Anin.. nanti sering-sering main ke sini ya... tante dan om senang banget bisa ngobrol sama kamu.." ucap Dita.
Anin tersenyum lalu mengangguk.
"Iya tante.. In Syaa Allah.. ya udah kalau begitu Anin pamit pulang dulu ya.. Assalamualaikum.. " ucap Anin pamit pada Ravi dan Dita.
"Waalaikumsalam.." ucap Ravi dan Dita secara bersamaan.
"Hmm.. Dit, kamu antar Anin pulang ke rumahnya kan??" ucap Ravi.
"Hmm gak usah om.. gak apa-apa.. saya nanti pesan taksi online aja atau telepon sopirnya papa.." ucap Anin.
"Lho.. jangan begitu dong nin.. om gak tenang kalau seperti itu.. lebih baik kamu diantar saja oleh Radit.. lagi pula kan Radit sedang tidak ada pekerjaan apa-apa.." ucap Ravi.
"Iya gak apa-apa kok nin kalau kamu mau.. saya bersedia kok.." ucap Radit.
Anin pun tersenyum kaku.
"Hmm iya pak.. ya udah kalau begitu saya pamit.." ucap Anin.
Dita dan Ravi pun mengangguk.
Radit dan Anin lalu melangkahkan kaki keluar dari rumah.
Saat dirinya dan Radit telah berada di teras rumah, mata Anin menyipit kala ia mendapati mobil Wil tepat di depan pagar rumah Radit.
'Duhhh itu pasti Wil.. dia pasti mau jemput aku karena takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.. aku harus bagaimana ini??' ucap Anin di dalam hatinya.
...
Di lain sisi, Wil menghentikan mobilnya tepat di depan pagar rumah Radit dan menatap tajam ke arah Anin dan juga Radit dari dalam mobilnya.
Melihat Radit akan mengantar Anin untuk pulang, Wil segera mengirimkan pesan pada nomor Anin.
[Masuk ke mobil saya sekarang atau saya yang mengahampiri kamu ke sana!] Wil.
...
Tring...
Anin menerima pesan masuk dari nomor Wil.
Segera ia pun membuka isi pesan tersebut dan membacanya. Anin langsung menelan salivanya sendiri dengan susah payah.
'Kalau Wil sampai datang ke sini langsung.. bisa bahaya.. dia bisa-bisa ngamuk di sini.. gak.. aku gak akan membiarkan hal itu terjadi.. aku harus mencegah Wil melakukan hal itu..' ucap Anin cemas di dalam hatinya.
"Hmm pak Radit.. sopir papa saya sudah jemput.. hmm saya langsung pulang aja ya pak.." ucap Anin sedikit gugup.
"Lho.. memangnya kapan kamu menghubunginya?? Dan di mana dia?" ucap Radit.
"Hmm dia sudah ada di depan pak.. sa-saya permisi.. Assalamualaikum.." ucap Anin bergegas meninggalkan Radit.
"Waalaikumsalam.." ucap Radit parau ketika Anin telah pergi.
"Anin kenapa buru-buru sekali ya?? aneh.." gumam Radit.
Radit pun lalu kembali memasuki rumahnya.
Ketika itu, orang tuanya melihatnya.
"Lho dit.. kamu gak jadi mengantar Anin untuk pulang??" ucap Dita bertanya.
"Iya dit.. kenapa??" ucap Ravi.
"Anin sudah dijemput oleh sopirnya ternyata.. ya udah ma, pa.. kalau begitu aku ke kamar dulu.." ucap Radit.
Ravi dan Dita pun mengangguk.
...
Anin dengan segera memasuki mobil Wil. Dan Wil pun segera melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Wil, turunin kecepatannya.. kamu ini kenapa sih???" ucap Anin panik dan bingung melihat sikap Wil yang dingin dan datar seperti saat ini.
Wil sama sekali tidak merespon ucapan Anin. Dia terus melajukan mobil tersebut dengan kecepatan di atas rata-rata.
"Wil!! Turunin kecepatannya!! Atau aku yang turun?!!" ucap Anin berteriak dengan tegas.
Wil melirik ke arah Anin sekilas. Dan perlahan, Wil menurunkan kecepatan mobilnya.
Anin pun dapat bernafas lega akhirnya.
"Kamu ini kenapa sih?? Datang tanpa diundang, tiba-tiba seperti ini.. kenapa sih??" Ucap Anin heran.
"Kamu yang kenapa!" ucap Wil tanpa melihat ke arah Anin. Tatapannya benar-benar tajam lurus ke depan.
"Aku?? Aku kenapa?? Memangnya apa yang aku lakukan??" ucap Anin bingung.
"Udahlah... kamu gak perlu berpura-pura lagi.. kamu bahagia kan bertemu dengan kedua orang tuanya Radit yang hangat sama kamu?? Iya kan?!" ucap Wil dengan penuh penekanan dan sedikit menusuk.
"Kamu ini bicara apa sih Wil?? Aku benar-benar gak mengerti dengan apa yang kamu maksud.." ucap Anin.
"Udahlah... Jangan lagi bersandiwara karena ini bukan saatnya untuk berakting.." ucap Wil.
"Apa maksud kamu sih?? Berakting??" ucap Anin tak percaya.
"You pretend!" ucap Wil emosi dan langsung menghentikan mobilnya karena tepat pada saat itu mereka pun telah tiba di rumah Wil.
Anin menatap Wil tak percaya. Ia berpikir bagaimana mungkin Wil bisa mengatakan hal itu padanya.
"Kamu mengatakan hal itu sama aku?? Sungguh??" ucap Anin tak percaya.
Wil lalu mengalihkan tatapannya pada Anin.
"Kamu bermuka dua Anin!!" ucap Wil.
Anin semakin tak percaya dengan apa yang Wil ucapkan.
"A-apa?? Do you realize itu when you said like that to me??" ucap Anin dengan mata yang berkaca-kaca.
"Saya membenci seseorang yang tidak bisa dipercaya ucapannya! Kamu tahu, saya membenci sebuah pengkhianatan!" ucap Wil.
"Pengkhianatan apa sih?? Apa yang sudah saya lakukan memangnya??!! Apa?!" ucap Anin meninggikan nada bicaranya.
"Saya tahu semuanya.. saya tahu apa yang kamu, dia dan kedua orang tuanya bicarakan tadi.. I know all about it!! I know!!" ucap Wil.
"Apa yang kamu dengar tak selamanya benar.. dan apa yang kamu lihat tak selamanya nyata. But, It's up to you.. wanna believe me or no.." ucap Anin.
Anin pun lalu turun dari mobil dan memasuki rumah Wil.
Wil memukul setir mobilnya, mengusap wajahnya kasar dan menjambak rambutnya frustasi kala itu juga ketika Anin telah turun dari mobil.
"Argh!!! Kenapa saya menjadi seemosi ini sih?? Apa yang sebenarnya telah terjadi sama saya?! Kenapa saya bisa seperti ini? Apa arti dari semua ini?? Benarkah ini artinya bahwa saya benar-benar menepati janji saya pada dia untuk selalu menjaganya atau justru semuanya sudah berbanding terbalik?? Ya Allah... tolong saya.." monolog Wil.
......
Anin berlari menuju kamarnya. Ketika dirinya akan menaiki tangga menuju lantai dua rumah itu, Aurora memanggil namanya.
"Miss Anin..." ucap Aurora seraya berjalan menghampiri Anin.
Anin segera mengusap air matanya dan berbalik badan menatap ke arah Aurora.
Anin menunjukkan senyum palsunya di depan Aurora.
Di sana, juga terdapat Zivan yang mengamati.
"What's going on, miss?? Are you okay??" ucap Aurora.
Anin pun tersenyum lalu mengangguk.
"Hmm?? Iya.. Miss gak apa-apa kok.. I'm okay.." ucap Anin.
"Lalu mengapa miss berlari dan terlihat seperti sedang terburu-buru tadi??" ucap Aurora.
...........
Maafkan Typo..
Thank You for Reading...
Please support this novel..
:red_heart::red_heart::red_heart: