Dear Pak Polisi..

True Love Between Us



True Love Between Us

0Hanan membalas pelukan itu. Mereka berpelukan dengan sangat erat.     
0

"Hiks.. saya rindu pak.. saya sangat merindukan bapak... saya sayang sama bapak.. hiks.." ucap Anin ketika dirinya berada dalam pelukan Hanan.     

Hanan pun semakin mengeratkan pelukannya. Ia mengecup puncak kepala Anin.     

"Saya jauh lebih merindukan kamu... saya berjanji bahwa saya tidak akan pernah lagi meninggalkan kamu setelah ini... saya mencintai kamu..." ucap Hanan.     

"Pak, kita harus pergi dari sini.." ucap Anin seraya melerai pelukan itu.     

Hanan pun mengangguk.     

"Iya nin.. harus..." ucap Hanan.     

"Kalian berdua gak akan pernah bisa pergi dari rumah ini!! PENJAGA!!!" Ucap Wilbert dengan teriakannya.     

Lima orang penjaganya pun memasuki rumah.     

"Hajar Hanan!" ucap Wilbert dengan suara lantang.     

Para penjaga Wilbert pun langsung menyerang Hanan secara keroyokan.     

Tak ingin tinggal diam, Anin pun membantu Hanan dengan posisi mereka yaitu punggung yang saling bertemu untuk perlawanan terlindungi agar tak ada yang bisa dipukul dari belakang.     

Dulu, Anin pernah belajar ilmu bela diri sedikit bersama dengan Rafka di sebuah kursus, untuk itu, paling tidak, sedikit banyaknya dia bisa.     

"Anin.. Apa kamu yakin bisa melakukan semua ini?? Ini berbahaya.." ucap Hanan cemas.     

"In syaa Allah pak.." ucap Anin.     

Wilbert yang melihat hal itu semakin emosi.     

'Sial!! Anin gak boleh sampai terluka!! Bagaimana pun saya hanya ingin Hanan mati!! Dia harus mati!' ucap Wilbert di dalam hatinya.     

Bugh!! Bugh!!!     

Mereka pun saling melakukan perlawanan. Hanan terus memperhatikan Anin sekilas. Ia benar-benar takut jika Anin sampai terluka.     

"Anin?? Are you still okay??" ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk.     

"Yes.. I'm okay pak.." ucap Anin.     

"Hati-hati.. saya takut jika kamu sampai terluka.." ucap Hanan.     

Anin hanya tersenyum. Lalu mereka pun kembali beradu.     

....     

Di lain sisi, Andre kini sedang berada di apartemen Hanan. Ia benar-benar tidak tenang memikirkan Hanan.     

"Bagaimana kondisi Hanan di sana sekarang ya?? Apa dia sudah berhasil menyelamatkan Anin?? Dan apakah dia baik-baik saja??" gumam Andre merasa cemas.     

"Gue harus memastikan kondisi Hanan sekarang.. gue harus melakukan sesuatu..." gumam Andre.     

...     

Wiran sejak tadi malam tak bisa tidur karena memikirkan soal Anin.     

Ia benar-benar gelisah saat ini. Ia benar-benar tidak tenang.     

Wiran, Asni dan juga Rafka saat ini sedang menikmati sarapan pagi mereka di meja makan. Acara sarapan pagi kali ini di rumah mereka benar-benar sepi. Hanya terdengar suara sendok garpu dan piring yang saling beradu dan berdenting.     

Asni dan Rafka yang memperhatikan bahwa Wiran tengah melamun saat ini dan membiarkan makanannya tanpa menyentuhnya pun saling pandang dan bertanya-tanya melalui bahasa tubuh.     

Rafka mengendikkan bahunya.     

Asni pun akhirnya bertanya pada Wiran.     

"Mas... kamu Kenapa??" ucap Asni memecah keheningan yang ada.     

Wiran menggeleng.     

"Saya tidak apa-apa.." ucapnya seraya menyendokkan makanannya ke dalam mulutnya.     

"Kalau ada apa-apa, mas bisa cerita pada aku atau pun Rafka, mas... tolong jangan disimpan sendiri mas.. karena siapa tahu ketika mas berbagi cerita dengan kami berdua, mas bisa lebih tenang hati dan pikirannya.." ucap Asni.     

"Sejak tadi malam.. saya kepikiran soal Anin.. saya takut dia kenapa-kenapa.." ucap Wiran.     

Deg!!     

Asni dan Rafka pun saling pandang dan bungkam.     

"Pa, jika papa ingin aku mencari tahu soal ini, maka aku akan mencari tahunya pa.. Aku juga merasakan hal yang sama seperti apa yang papa rasakan.. karena sejak semalam, Anin tak kunjung menerima telepon dari aku.." ucap Rafka.     

"Carilah dia.. dan pastikan jika dia baik-baik saja.. saya benar-benar mencemaskan dia.." ucap Wiran meletakkan sendok garpu nya di atas piringnya.     

"Mas yang tenang ya.. kita berdoa saja yang terbaik.. semoga Anin baik-baik saja di sana.." ucap Asni.     

Wiran pun mengangguk.     

....     

Beberapa anak buah Wilbert berhasil ditumbangkan oleh Anin dan juga Hanan.. Kini hanya tinggal beberapa dari mereka saja.     

"Pak!! Sedikit lagi dan kita akan bisa pergi dari sini.. Bismillah pak.." ucap Anin.     

"Iya nin... bismillah.." ucap Hanan.     

Mereka pun kembali melakukan perlawanan.     

Bugh!! Bugh!! Bugh!!!     

Bugh!!     

"Awww!!!" Anin meringis ketika salah seorang dari mereka berhasil melayangkan pukulan pada lengan kirinya.     

"Shit!!" umpat Hanan.     

"Anin!!" teriak Wilbert. Wilbert menatap tajam anak buahnya yang dengan berani memukul Anin.     

Dengan emosi, Hanan langsung menghajar si pemukul Anin dengan cara yang membabi buta hingga semua anak buah Wilbert pun berhasil tumbang dibuat oleh Hanan.     

Hanan lalu membawa Anin sedikit menjauh dari sana seraya memegangi lengan Anin.     

"Sakit??" tanya Hanan cemas pada Anin. Anin pun mengangguk seraya menahan sakitnya.     

"Kita pergi dari sini sekarang!" ucap Hanan lalu menggendong Anin ala bridal style.     

"Hanan brengsek!! Kembalikan Anin!!! Shit!!" umpat Wilbert dengan sangat emosi ketika Hanan telah berhasil membawa Anin pergi dari rumahnya.     

"Papa!!" teriak Aurora ketika dirinya menatap Wilbert yang terduduk di lantai seraya memegangi kakinya yang terasa sakit.     

Wilbert menoleh pada Aurora.     

Aurora berlari ke arah Wilbert karena cemas.     

Aurora lalu berjongkok di depan Wilbert.     

"Papa kenapa?? Kenapa semua ini bisa terjadi, pa??" ucap Aurora mencemaskan Wilbert.     

Aurora lalu memegang kaki Wilbert yang digenggam oleh Wilbert.     

"Kaki papa kenapa?? Papa sakit??" ucap Aurora cemas.     

Wilbert hanya menatap Aurora. Ia benar-benar merasa bersalah pada Aurora karena pernah menganggap bahwa Aurora hanya akan membebani dirinya dan tidak lagi penting untuknya.     

'Maafin papa Aurora... karena papa sempat berpikir akan meninggalkan kamu sendirian di rumah ini karena papa merasa bahwa kamu tidak lagi penting untuk papa.. maaf nak..' ucap Wilbert di dalam hatinya.     

Wilbert lalu langsung menarik Aurora ke dalam pelukannya.     

Aurora membeku dalam pelukan Wilbert. Sungguh, ia tak pernah merasakan pelukan sehangat ini dari Wilbert. Bahkan Wilbert hampir tidak pernah memeluknya jika bukan Aurora sendirilah yang memeluknya.     

"Papa..." gumam Aurora.     

"Maafin papa sayang... Selama ini, papa sudah kurang peduli pada kamu.. maaf.." ucap Wilbert.     

......     

Hanan dan Anin kini telah berada di dalam mobil Hanan dan tengah berada dalam perjalanan menuju ke suatu tempat.     

Ddrrrrrrttt....     

Ponsel Hanan berdering menandakan ada panggilan masuk di sana.     

Hanan lalu mengambil ponselnya dan menerima panggilan tersebut.     

"Anin, kamu tahan sebentar ya.. saya akan mengobati kamu di rumah tersembunyi saya.." ucap Hanan.     

Anin pun mengangguk. Hanan lalu menerima panggilan tersebut.     

"Ya halo.. waalaikumsalam.." ucap Hanan pada seseorang di seberang telepon.     

.....     

Andre pun mencoba untuk menghubungi Hanan untuk benar-benar memastikan bahwa Hanan baik-baik saja.     

Setelah sepuluh kali mencoba untuk menghubungi dirinya, pada panggilan ke sebelas pun akhirnya Hanan menerimanya.     

"Halo Assalamualaikum nan??" ucap Andre pada Hanan di seberang telepon dengan cemas.     

"Ya halo waalaikumsalam..." ucap Hanan.     

"Nan, gimana kondisi lo? Lo udah berhasil menyelamatkan Anin?? Lo dan Anin baik-baik aja kan??" tanya Andre secara beruntun mencemaskan kondisi Hanan dan Anin.     

.........     

Maafkan Typo...     

Thank You for Reading....     

Please support this novel.....     

:red_heart::red_heart::red_heart:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.