Misunderstanding Berujung Kecewa
Misunderstanding Berujung Kecewa
"Bagaimana Ziv??" tanya Radit pada Devan.
Devan pun menggeleng lemah.
"Tidak bisa pak... Zivan tidak menerima panggilan dari saya... Padahal biasanya dia selalu menerimanya.. karena kami teman baik.." ucap Devan.
"Apakah kamu mengetahui alamatnya?? Atau mungkin bisnisnya??" ucap Radit.
"Saya mengetahui saya salah satu bisnis penerbitannya.. kita mungkin bisa ke sana sekarang pak..." ucap Devan.
"Ya sudah.. kamu pergi dengan saya saja.. bisa kan kamu tinggalkan kursus ini?? Kita pergi dengan mobil saya saja.." ucap Radit.
Devan pun mengangguk.
"Iya pak bisa.. ayo pak.. kita pergi sekarang.. semoga dia berada di sana.." ucap Devan.
Radit pun mengangguk.
Mereka berdua lalu bergegas untuk beranjak dari sana menuju halaman utama kursus. Segera mereka memasuki mobil Radit dan Radit pun segera melajukan mobilnya.
......
Anin tersenyum dan mengangguk.
"Iya boleh pak... tapi saya harap bapak tidak cemburu ya... hehehe.." ucap Anin disertai tawa kecilnya.
"Hmm cemburu atau tidak ya?? Hmmm.." ucap Hanan yang benar-benar menggemaskan.
"Ihhh saya serius pak heheh.." ucap Anin terkekeh.
"Hahah iya iya saya tidak akan cemburu kok.. karena kan saya tahu bahwa hati kamu hanya untuk saya wkwk.." ucap Hanan tertawa kecil.
"Itu tahu heheh... kalau cinta pertama saya, bapak sudah tahulah ya siapa... dan kalau cinta kedua saya itu adalah orang yang sudah bersama saya sejak saya kecil.. mungkin bapak juga mengetahuinya.." ucap Anin.
"Siapa?? Rafka??" ucap Hanan.
Anin pun mengangguk.
"Iya pak... saya selalu bersama bang Rafka sejak saya kecil dan saya mencintai dia sebagai abang saya.." ucap Anin.
"Hanya cinta biasa antara adik dan kakak kan?" ucap Hanan yang membuat Anin tertawa geli.
"Ya iyalah pak wkwk.. memangnya cinta seperti apa yang bapak pikirkan?? Saya tidak mungkin mencintai bang Rafka lebih dari pada itu.. tidak akan mungkin.." ucap Anin.
Hanan mengangguk paham.
"Ya baiklah saya percaya... lalu siapa yang ketiga?? Apakah dia adalah Arga Dirgantara??" ucap Hanan.
Anin mengangguk.
"Iya pak.. untuk cinta dalam konteks perasaan dan hati, mungkin dia adalah yang pertama untuk saya.." ucap Anin.
Hanan mengangguk paham.
"Ya saya paham.. cinta pertama adalah cinta yang paling membekas di hati dan akan sangat sulit sekali untuk dilupakan, sepahit apa pun pengalamannya.." ucap Hanan.
"Tetapi saya sudah berhasil melupakannya setelah Allah mempertemukan saya dengan bapak.." ucap Anin.
"Dan kamu tahu?? Saya juga telah berhasil membuka hati saya untuk kamu setelah ia selalu tertutup seumur hidup saya.. Saya bahkan tidak pernah memberikannya pada siapa pun kecuali mama saya.." ucap Hanan.
"Saya bersyukur menjadi yang pertama yang menempati hati bapak.. tetapi saya akan lebih bersyukur jika saya menjadi yang pertama dan terakhir di hati bapak.." ucap Anin.
Hanan tersenyum.
"That's of course nin... you are the first and the end for my heart and my life.." ucap Hanan.
"Aamiin In Syaa Allah..." ucap Anin.
"Nah sekarang kan kartu kamu sudah terpasang di handphone kamu, kamu sudah bisa menghubungi papa kamu artinya.. segera hubungi nin.. saya khawatir mereka mencemaskan kamu.." ucap Hanan.
Anin pun mengangguk..
"Iya pak baik.. saya akan mencobs untuk menghubungi papa.." ucap Anin.
Hanan pun mengangguk.
"Iya nin.. silahkan. " ucap Hanan.
Anin pun lalu mencoba untuk menghubungi Wiran, papanya.
......
"Jadi seperti itu kejadiannya?! Brengsek!! Berani sekali dia melakukan hal itu!! Saya tidak pernah menyangka jika dia ternyata seperti itu orangnya! Saya benar-benar menyesal karena dulu saya sempat menyetujui jika Anin akan menikah dengannya.."ucap Wiran emosi.
"Iya om seperti itu.. maafkan saya..." ucap Wilbert dengan seringainya tanpa diketahui oleh mereka semua.
'Apa benar Hanan seperti itu?? Kenapa saya merasa jika ada sesuatu yang aneh ya di sini?? Tapi bagaimana pun saya tidak peduli.. karena bagi saya sekarang, Wil adalah saingan terberat saya untuk saat ini... dia benar-benar licik..' ucap Rafka di dalam hatinya.
Drrrrrtttttt...
Ponsel Wiran berdering menandakan ada panggilan masuk di sana.
Wiran pun mengambil ponselnya dan melihat pada layar ponselnya, sebuah nama yang tertera di sana. Yang sejak tadi ia cemaskan dan rindukan serta nama yang baru saja selesai mereka bicarakan.
"Siapa pa??" ucap Asni.
"Tepat sekali.. ini Anin.." ucap Wiran.
Mereka semua pun terkejut tak percaya.
"Segera terima panggilannya pa.." ucap Asni.
Wiran pun lalu menerima panggilan tersebut.
.....
"Halo papa... Assalamualaikum..." ucap Anin pada Wiran di seberang telepon.
"Waalaikumsalam... Kamu di mana?! Pulang sekarang!!" ucap Wiran dengan tegas.
"Pa..?? Hehe papa kenapa sih?? Kenapa serius banget gitu sih nada bicaranya??" ucap Anin masih tak percaya dengan nada bicara Wiran padanya di seberang telepon.
"Papa bilang pulang sekarang!! Atau papa yang seret kamu dari lelaki brengsek itu!!" ucap Wiran yang terdengar emosi.
"Maksud papa apa sih?? Siapa laki-laki brengsek yang papa maksud?? Anin benar-benar gak ngerti, pa..." ucap Anin bingung.
Hanan pun mengerutkan keningnya mendengar ucapan Anin yang menyebutkan kata laki-laki brengsek tersebut.
Hanan seolah bertanya pada Anin dengan memberikan isyarat. Anin mengendikkan bahunya karena ia pun tidak mengetahui msksud dari ucapan Wiran. Dia juga benar-benar bingung bagaimana bisa Wiran mengatakan hal itu.
'Kenapa papanya Anin mengatakan hal itu ya?? Apa yang sebenarnya telah terjadi di sana?? Kenapa papanya Anin terdengar marah ya pada Anin di telepon..??' ucap Hanan bertanya-tanya di dalam hatinya.
"Sudahlah.. kamu jangan lagi membohongi papa!! Kamu sedang bersama dengannya kan saat ini?! Iya kan?! Pulang sekarang papa bilang, Anin!! Atau nama kamu papa coret dari daftar kartu keluarga!!" ucap Wiran emosi.
"Pa??? Papa kenapa sih?? Kenapa papa menjadi semarah ini pada Anin sih pa?? Anin salah apa sih pa sebenarnya?? Kenapa papa seperti ini?? Anin benar-benar gak ngerti sama apa yang papa maksud dan katakan sejak tadi.. Anin benar-benar gak menyangka bahwa papa bisa berkata seperti itu pada Anin ... Anin gak menyangka pa.. kenapa sih papa tega banget berbicara seperti itu pada Anin?? Sedangkan Anin sendiri juga gak tahu apa topik permasalahannya.. hiks.. tadinya Anin pikir, setelah Anin menghubungi papa, Anin akan mendengar kalimat kerinduan yang papa lontarkan pada Anin, tapi ternyata papa justru marah-marah tanpa kejelasan pada Anin.. bahkan papa mengancam untuk mencoret nama Anin dari daftar kartu keluarga untuk sebuah masalah yang Anin sendiri gak tahu apa.." ucap Anin.
Cukup lama, keduanya saling diam dan keadaan benar-benar hening.
Anin menangis.
Hanan benar-benar tak kuat melihat perempuan yang sangat ia cintai menangis seperti itu.
Hanan lalu menarik Anin secara perlahan ke dalam pelukannya.
Hanan mengecup berulang kali puncak kepala Anin untuk menenangkannya.
Sambungan telepon masih terhubung ketika Anin berada dalam pelukan Hanan.
...............
Maafkan Typo....
Thank You For Reading....
Please support this novel....
:red_heart::red_heart::red_heart: