Dear Pak Polisi..

Tempat Penyejuk



Tempat Penyejuk

0"Baik sir... semua telah dipersiapkan... mari saya antar.." ucap karyawan perkebunan tersebut.     
0

Radit pun mengangguk.     

Untuk saat ini, mungkinkah Radit akan menangkan dirinya terlebih dahulu di tempat tersebut?? Tepatnya di perusahaan miliknya yang bergerak pada bidang perkebunan??     

Apa yang akan Radit lakukan selama berada di tempat itu??     

Radit dan karyawannya pun lalu mulai melangkahkan kakinya kembali memasuki mobil milik Radit dan Radit pun mulai melajukan mobilnya.     

Ini adalah kali ketiga Radit menginjakkan kakinya ke perkebunan itu. Dia sangat jarang sekali mengunjungi perkebunan miliknya karena seperti yang diketahui bahwa lokasinya sangat jauh sekali dari pusat kota.     

Perusahaan perkebunan yang berada di sini sebenarnya adalah perusahaan pertama yang dirintis oleh papa Radit, kemudian kini telah beralih menjadi milik Radit.     

Dahulu sebelum sejaya dan sekaya seperti sekarang ini, kedua orang tua Radit hanyalah seorang petani dari perkebunan teh. Kemudian mereka menciptakan suatu inovasi terbaik mengenai teh hingga akhirnya saat ini mereka telah berhasil memiliki banyak perusahaan yang bergerak pada bidang-bidang tertentu.     

Radit mewarisi sifat papanya yang cerdas dan pekerja keras. Sejak kecil, Radit sudah terbiasa melakukan segala hal sendiri dan selalu senang mencoba hal yang baru, jiwa kepemimpinan Radit juga mulai terlihat ketika dia menginjakkan bangku SMP dan menjadi seorang ketua panitia pada saat acara ulang tahun sekolah.     

Sejak saat itu, papa Radit mulai melatih jiwa kepemimpinan Radit lebih dalam lagi agar ketika Radit telah tumbuh dewasa, dia mampu mewarisi perusahaan papanya dan menjadi pemimpin yang profesional.     

Skip....     

Radit telah tiba di sebuah perusahaan miliknya yang berada di sana. Perusahaan ini memiliki bangunan yang cukup sederhana namun sangat terlihat elegan melalui desain interior yang sangat luar biasa yang dipadukan dengan desain Amerika klasik.     

Radit menyukai suasana dan nuansa perusahaan ini. Tempat ini benar-benar menenangkan. Selain udaranya yang sejuk tanpa menggunakan AC, para karyawan di sini juga mayoritas lelaki sehingga tak ada gosip atau bisik-bisik yang dilakukan baik pada saat jam kerja ataupun jam istirahat.     

Seluruh karyawan yang bekerja di perusahaan itu juga memiliki sopan santun dan tutur bahasa yang baik. Itulah sebabnya Radit memilih tempat ini untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau saat ini.     

Radit telah berada di private room nya pada lantai teratas bangunan ini. Dan karyawan yang ikut mengantarnya tadi pun telat kembali bekerja.     

Suasana kantor sudah cukup sepi saat ini. Karena beberapa dari mereka telah selesai jam kerjanya dan hanya tersisa beberapa karyawan yang masih harus bekerja dikarenakan memiliki pekerjaan yang belum terselesaikan sehingga harus lembur.     

"Semoga di sini.. saya bisa menenangkan pikiran saya... pikiran saya bisa jernih.. dan ketika saya kembali ke sana nanti, hati dan pikiran saya telah baik-baik saja dan telah ikhlas menerima semua kenyataan yang nantinya akan terjadi.. aamiin ya Allah.." gumam Radit.     

.....     

Vio dan Daniel kini telah tiba di sebuah pantai.     

Mereka sedang berjalan di tepi pantai dengan kondisi kaki telanjang. Daniel sengaja mengajak Vio untuk berjalan di tepi pantai dengan kaki telanjang agar kaki mereka bisa langsung menyentuh hangatnya pasir pantai yang cukup menenangkan.     

"Ngapain sih kita ke pantai??" ucap Vio.     

Daniel tersenyum.     

"Sebentar lagi matahari akan terbenam... gue membawa lo ke sini agar lo bisa menyaksikan matahari terbenam bersama gue.. kita lukis senja bersama.. jadikan ini kenangan terbaik di dalam hidup lo.." ucap Daniel.     

"Apa hubungannya ketenangan hati dan pikiran gue sama ngelihat senja?? Gue ga merasa tenang sama sekali! Sumpah ya! Lo tuh benar-benar gabut!" ucap Vio kesal seraya kakinya menendang pasir.     

Daniel tertawa kecil.     

'Tadinya gue berniat untuk menjadikan lo ladang duit buat gue, Vi.. tetapi semakin ke sini gue semakin sadar.. bahwa lo udah cukup hancur dengan kehidupan lo, meskipun lo yang saat ini hidup bergelimang harta, tapi lo tidak benar-benar menikmati semua itu.. gue sadar.. seharusnya gue membimbing lo.. mengarahkan lo untuk menjadi lebih dewasa dan lebih baik, bukannya justru merusak lo dan memanfaatkan harta kekayaan bokap lo...' ucap Daniel di dalam hatinya.     

"Gue pernah hancur.. bahkan lebih hancur dari lo yang sekarang, Vi... pada saat itu, orang tua gue meninggal karena kecelakaan.." ucap Daniel menunduk.     

Daniel lalu mengambil posisi duduk di atas pasir pantai.     

Vio yang mulai terlarut pun mengikuti Daniel dan ikut duduk di sana.     

Vio mulai mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut Daniel dengan baik.     

'Gak ada salahnya juga gue dengarin cerita dia.. siapa tahu aja dengan cara ini bisa lebih menenangkan hati gue..' ucap Vio di dalam hatinya.     

"Gue sih gak maksa lo untuk dengarin cerita gue.. but gak ada salahnya kan kalau gue cerita sama lo soal ini?" ucap Daniel.     

Vio pun mengangguk.     

Daniel pun melanjutkan ceritanya.     

"Papa dan mama yang gue cintai meninggal tepat pada hari ulang tahun gue yang ke tujuh belas tahun..." ucap Daniel tersenyum getir.     

Vio yang mendengarkan hal itu benar-benar terkejut tak menyangka.     

'Jadi, Daniel kehilangan orang tuanya tepat di hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas?? Sweet seventeen dong?? Seharusnya kan hari itu menjadi hari paling membahagiakan untuk dia karena itu artinya dia sudah mulai beranjak dewasa dan setiap anak yang gue temui, ketika mereka berusia tujuh belas tahun, mereka biasanya mengadakan big party untuk merayakannya.. sedangkan Daniel?? Kok gue jadi kasihan ya sama dia??' ucap Vio di dalam hatinya.     

....     

Hanan telah tiba di rumahnya. Dia langsung menendang pintu rumahnya dengan emosi. Rahangnya mengeras, wajahnya menyiratkan sebuah kemarahan yang memuncak.     

"Reta!!! Keluar kamu dari rumah saya Sialan!!!" teriak Hanan dengan emosi seraya melangkahkan kakinya dengan cepat.     

"RETA!! RISA!! Keluar kalian dari rumah saya!!" teriak Hanan menggema pada seisi rumah.     

"Mas Hanan?? Akhirnya mas datang ke rumah ini.. bibi kangen sekali dengan mas Hanan.." ucap bibi, asisten rumah tangga di rumah itu. Bibi terlihat sedang menenteng dua bungkus kresek putih dan datang dari arah luar. Sepertinya dia barus saja selesai berbelanja.     

"Di mana Reta dan Risa?!" ucap Hanan dengan tatapan tajam.     

"Bibi tidak tahu mas.. bibi baru saja pulang dari supermarket untuk berbelanja keperluan dapur.. memangnya ada apa mas??" ucap bibi.     

"Mereka menggunakan semua perhiasan mama dan bahkan mereka juga memakai semua barang-barang mama saya tanpa seizin saya!! Mereka juga menjual rumah mama yang berada di Surabaya tanpa sepengetahuan saya!! Sialan!!" emosi Hanan.     

"Astaghfirullah... bibi benar-benar tidak mengetahui hal itu mas.. karena sudah beberapa hari ini bapak tidak ada di rumah... bapak masuk rumah sakit, mas.." ucap bibi.     

..........     

JANGAN LUPA IKUT GIVE AWAY NYA!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.