Dear Pak Polisi..

Cerita Senja



Cerita Senja

0Hanan mengernyitkan keningnya.     
0

"Apa?! Papa masuk rumah sakit?? Papa sakit apa bi? Kenapa bibi tidak memberitahu pada saya soal ini?" Ucap Hanan.     

"Maaf mas.. bibi bukannya tidak ingin memberitahu mas soal ini.. tetapi handphone bibi diambil oleh ibu dan mbak Risa, mas.. mereka melarang bibi untuk memberitahukan hal ini pada mas... maaf mas.." ucap bibi menunduk.     

"Shit!! Saya akan mencari mereka terus bahkan hingga ke ujung dunia sekalipun!! Di mana papa sekarang?" ucap Hanan.     

"Rumah sakit yang waktu itu untuk pengobatan mamanya mas.." ucap Bibi.     

"Oke.. saya pamit bi.. saya titip rumah sama bibi... nanti saya akan suruh orang untuk memberikan handphone untuk bibi untuk memberi kabar pada saya.. saya permisi.." ucap Hanan.     

Bibi pun mengangguk.     

"Iya mas.. hati-hati.." ucap Bibi.     

Hanan pun mengangguk lalu meninggalkan rumah.     

...     

Vio masih setia mendengarkan cerita Daniel.     

"Papa dan mama meninggal di usia gue yang ke tujuh belas tahun dan di hari ulang tabuntahun gue.. haha.. terkadang rencana Tuhan seperti itu ya.. gak bisa ditebak.." ucap Daniel dengan tersenyum getir.     

Vio hanya menatap Daniel dengan tatapan iba.     

"Vi, perlu lo tahu bahwa gue gak butuh dikasihani sama orang-orang... gue sudah terbiasa hidup dengan kesendirian dan kemandirian.." ucap Daniel.     

"Yeee... siapa juga yang kasihan sama lo.. gue cuma mau menjadi pendengar yang baik aja untuk lo... jangan geer deh.." ucap Vio.     

Daniel tersenyum.     

"Oke gue lanjut ya.." ucap Daniel.     

Vio pun mengangguk.     

"Udah kayak ngedongengin bocah ya gue wkwk.." ucap Daniel.     

Plak!     

Vio memukul lengan Daniel.     

"Ini gue udah serius ya dengerin cerita lo.. jangan sampai gue tinggal deh lo.." ucap Vio.     

Daniel pun terkekeh mendengar ancaman Vio.     

"Iya iya gue lanjut... lo tahu gak Vi? Setelah papa dan mama gue meninggal, gue langsung gak punya apa-apa.. mungkin menyedihkan banget ya.. karena di satu sisi gue baru saja kehilangan orang tua gue dan setelah itu gue harus merasakan kehilangan seluruh harta gue... That's fucking shit!!" ucap Daniel tersenyum getir.     

"Kok lo bisa sih kehilangan semua harta lo?? Gimana ceritanya coba??" ucap Vio.     

"Itu semua karena seluruh orang kepercayaan papa dan mama ternyata adalah pengkhianat.." ucap Daniel.     

Vio pun tersentak kaget mendengar penuturan Daniel.     

"Terus?? Waktu lo kehilangan semuanya, kehidupan lo gimana?? Jahat banget sih mereka.." ucap Vio.     

Daniel kembali tersenyum getir.     

"Gue hidup di jalanan... gak ada satu orang pun dari teman-teman gue yang mau memberikan tempat tinggal atau tumpangan untuk gue... haha.. miris banget hidup gue pada saat itu.. As you know, Vi.. padahal sehari sebelum Tuhan merebut semuanya dari gue, gue baru saja mentraktir mereka semua belanja sepuasnya.. tiba lusa nya gue minta bantuan sama mereka.. they look like never know me.. and I'm look like so uppotinable for them.." ucap Daniel.     

"Jadi, siapa yang menolong lo pada saat itu??" ucap Vio.     

Daniel diam sejenak. Matanya lalu beralih pada langit.     

"Vi... sunset.. don't you wanna take a picture of it?? That's so beautiful, as beautiful as you.." ucap Daniel.     

Vio mengikuti arah pandang Daniel ke langit. Vio tersenyum. Kini dirinya sedikit merasa tenang. Matanya kini beralih menatap wajah Daniel dari samping yant fokus menatap langit.     

'Hidup Daniel bahkan jauh lebih menderita dari hidup gue.. tetapi selama ini Daniel selalu menyimpannya sendiri dan bahkan gak ada seorang pun yang tahu.. Niel.. gue benar-benar kagum sama lo yang tangguh...' ucap Vio di dalam hatinya.     

"Niel.. can you capture this moment for me?? I wanna take a picture at this moment, at the edge of the beach.." ucap Vio.     

Daniel tersenyum dan mengangguk.     

"Yes, of course, girl.." ucap Daniel.     

Keduanya pun lalu bangkit dari duduk masing-masing. Daniel mengeluarkan ponselnya dan Vio menunjukkan pose terbaiknya.     

Keduanya sama-sama tersenyum bahagia.     

'For the first time, gue bisa melihat senyum terindah yang pernah lo miliki, Vi..' ucap Daniel di dalam hatinya.     

....     

Anin duduk di tepi ranjangnya.     

"Sepertinya aku harus menghubungi pak Hanan... Aku takut jika terjadi sesuatu yang buruk padanya..." gumam Anin.     

Anin pun lalu mencoba untuk menghubungi Hanan.     

....     

Di lain sisi, Hanan tengah mengemudikan mobilnya dnegan situasi hati yang tercampur aduk.     

Hanan memukul setir kemudinya.     

"Shit!! Kenapa saya bisa sampai kehilangan informasi soal papa sih?! Papa bahkan sampai harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari ini..?? Papa sakit apa ya?? Sebenci apapun saya dengan papa, bagaimana pun dia tetaplah papa saya.. satu-satunya keluarga yang saya punya di dunia ini... ya Allah.. pa.." gumam Hanan.     

Drrrrrrttttt...     

Ponsel Hanan berdering, menandakan ada panggilan masuk di sana..     

Hanan segera mengambil ponselnya dan melihat pada layar ponselnya. Ia segera menggunakan airpods nya dan menerima panggilan telepon tersebut yang mana berasal dari Anin.     

"Halo nin... Assalamualaikum..." ucap Hanan pada Anin di seberang telepon.     

'Saya harus terdengar tenang ketika sedang berbicara pada Anin di seberang telepon... iya harus... Anin tidak boleh mengetahui apa yang sedang terjadi pada saya saat ini..' ucap Hanan di dalam hatinya.     

"Halo pak.. waalaikumsalam... bapak sedang di mana saat ini??" ucap Anin dengan suara yang terdengar cemas.     

'Duhhh... saya harus menjawab apa ini??' ucap Hanan di dalam hatinya.     

"Halo pak?? Bapak?? Bapak bisa mendengar suara saya kan??" ucap Anin.     

"Hmmm iya iya nin... ini saya sedang dalam perjalanan menuju pulang kok... ada apa??" ucap Hanan.     

"Perjalanan menuju pulang?? Bapak dari mana saja tadi?? Kenapa bapak tiba-tiba pergi dari rumah??" ucap Anin.     

"Maaf nin... nanti saya jelaskan ya.. sekarang saya harus mengakhiri sambungan ini... baterai handphone saya lemah... Assalamualaikum..." ucap Hanan.     

"Tapi pak??-" ucapan Anin langsung terpotong ketika Hanan memutuskan sambungan secara sepihak.     

Hanan menyandarkan kepalanya sejenak pada sandaran joknya.     

"Maafkan saya nin.. untuk saat ini saya belum bisa jujur sama kamu tentang bagaimana keluarga saya.." gumam Hanan.     

"Sepertinya saya tidak bisa ke rumah sakit untuk menjenguk papa secara langsung saat ini.. saya harus meminta orang untuk bisa menjaga dan mengawasi papa di sana.." gumam Hanan.     

Hanan pun lalu mencoba untuk menghubungi seseorang.     

.....     

Anin benar-benar cemas dan bingung. Pasalnya, tidak biasanya Hanan memutuskan sambungannya secara sepihak seperti itu.     

Mata Anin pun berkaca-kaca.     

"Apa yang sebenarnya terjadi pada pak Hanan?? Apa yang dia lakukan di luar sana?? Kenapa aku merasa bahwa pak Hanan sedang menyembunyikan sesuatu dari aku ya??" gumam Anin.     

Anin mengusap wajahnya perlahan.     

"Ya Allah... apa pun yang terjadi, tolong lindungilah pak Hanan selalu.. tolong jaga emosinya ya Allah.. jangan biarkan dia melakukan hal-hal yang tidak baik dan Engkau benci ya Allah... aamiin.. aamiin ya Allah.." gumam Anin dengan penuh harapan pada Sang Pencipta.     

...     

JANGAN LUPA IKUTAN GIVE AWAY!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.