Dear Pak Polisi..

Look Like Change



Look Like Change

0Hanan lalu mencoba untuk menghubungi seseorang.     
0

"Halo..." ucapan Hanan pada seseorang di seberang telepon.     

"....."     

"Saya mau kamu mengawasi papa saya yang sedang dirawat di rumah sakit... ingat, jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi padanya..." ucap Hanan.     

"..."     

"Untuk hal itu, kamu cari tahu sendiri... saya tidak mau tahu bagaimana pun caranya kamu harus bisa melindungi papa saya dari Reta dan Risa!" ucap Hanan.     

"....."     

"Saya tunggu sampai besok pagi kabar dari kamu.. jika kamu tidak kunjung mendapatkan informasi apapun, jangan pernah salahkan saya untuk apapun yang terjadi pada kamu ataupun keluarga kamu nanti!" ucap Hanan.     

"..."     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

"Ya Allah.. maafkan saya karena saya telah mengancam orang... huuh..." lirih Hanan.     

.....     

Anin, Alex dan juga Andre kini sedang menikmati makan malam bersama.     

"Ndre, lo sama Hanan malam ini gerak kan??" ucap Alex di sela-sela makan.     

Andre pun mengangguk.     

"Iya Lex.. tapi sampai sekarang Hanan juga belum pulang... Gak tahu deh jadi atau enggak.." ucap Andre.     

Anin hanya mendengarkan tanpa berniat untuk ikut membuka suara, ia hanya sibuk berkutat dengan hati dan pikirannya sendiri.     

'Kenapa pak Hanan belum pulang sampai sekarang ya?? Bukannya tadi pak Hanan mengatakan bahwa dia sudah dalam perjalanan menuju pulang ya?? Tapi kenapa dia belum tiba di rumah ini sampai detik ini juga??' ucap Anin di dalam hatinya.     

....     

Hanan memarkirkan mobilnya tepat di halaman rumahnya bersama dengan Anin. Ia lalu turun dari mobilnya dan memasuki rumah.     

"Assalamualaikum..." ucap Hanan.     

Andre, Alex dan Anin pun menoleh pada sumber suara.     

"Waalaikumsalam.." ucap Anin, Andre dan Alex.     

Hanan langsung mengambil posisi duduk dengan posisi yang berjauhan pada Anin. Hanan benar-benar tidak seperti biasanya.     

Anin hanya menatap Hanan dengan tatapan bersalahnya. Hanan mengambil makanannya dan mulai memakan makanannya.     

Andre dan Alex yang mengetahui sedikit jarak di antara keduanya pun hanya bisa diam menahan semua pertanyaan yang sudah memenuhi isi otak keduanya.     

'Kenapa pak Hanan terlihat sedang menjauhi aku?? Apa dia masih sakit hati sama aku karena hal tadi pagi??' ucap Anin di dalam hatinya.     

Mata Anin berkaca-kaca. Ia berusaha menahan tangisnya dengan mengerjap-ngerjapkan matanya.     

Hanan yang mengetahui bahwa Anin akan menangis pun hanya diam. Sungguh, pikirannya benar-benar kacau untuk saat ini.     

'Maafkan saya nin.. saya rasa kita sedang membutuhkan jarak untuk saat ini..' ucap Hanan di dalam hatinya.     

Drrrrrrtttt.....     

Ponsel Anin pun berdering, menandakan ada panggilan masuk di sana.     

Hanan yang mengetahui bahwa ponsel Anin berdering, dirinya pun lalu memicingkan matanya.     

'Siapa yang menghubungi Anin di malam hari seperti ini??' ucap Hanan di dalam hatinya.     

Anin lalu menatap layar ponselnya.     

"Saya permisi.." ucap Anin lalu bangkit dari duduknya dan meninggalkan meja makan.     

'Kenapa Anin tidak menjawab panggilannya di sini?? Gak biasanya dia pergi dari saya ketika dia ingin menerima telepon.. siapa sebenarnya yang tadi menghubunginya??' ucap Hanan bertanya-tanya di dalam hatinya.     

......     

Zivan dan Devan baru saja selesai menikmati makan malam mereka. Kini mereka sedang berada di ruang televisi.     

"By the way, ini udah malam lho Dev... kenapa kak Radit belum pulang juga ya sampai sekarang??" ucap Zivan.     

"Iyaya udah jam segini tapi dia belum pulang... Kenapa ya??" ucap Devan.     

"Perasaan saya gak enak deh Dev jadinya.. saya takut jika terjadi sesuatu pada kak Radit.." ucap Zivan.     

"Iya Ziv saya juga... bagaimana ya?" ucap Devan.     

"Hmm coba deh Dev kamu hubungi kak Radit.. barangkali bisa.." ucap Zivan.     

Devan pun mengangguk lalu mencoba untuk menghubungi Radit.     

"Gak aktif Ziv nomornya..." ucap Devan.     

"Ya Allah.. gimana ya??" gumam Zivan.     

"Hmmm gimana kalau saya coba hubungi Anin saja?? Saya tanya aja ke dia.. barangkali dia sedang bersama dengan pak Radi saat ini?? Atau nanti kita meminta bantuan pada Anin untuk bantu menghubungi pak Radit.. soalnya ini aneh.. gak biasanya dia gak aktifin handphonenya seperti ini." ucap Devan.     

"Ya udah boleh deh Dev.. coba aja kamu hubungi Anin. Barangkali dia tahu atau dia bisa bantu.." ucap Zivan.     

Devan pun mengangguk lalu mencoba untuk menghubungi Anin.     

......     

Anin memasuki kamarnya. Ia pun lalu duduk di tepi ranjangnya.     

Anin pun kemudian menerima panggilan dari Devan.     

"Halo kak... Assalamualaikum..." ucap Anin pada Devan di seberang telepon.     

"Halo nin.. waalaikumsalam.." ucap Devan.     

"Ada apa ya kak?? Tumben kakak menghubungi saya malam-malam seperti ini.." ucap Anin.     

"Anin, sebelumnya maaf jika saya mengganggu waktu kamu.. tapi saya mau tanya mengenai pak Radit.." ucap Devan.     

"Pak Radit?? Memangnya pak Radit kenapa kak?" ucap Anin.     

"Pak Radit siang tadi pamit untuk pergi meeting dengan client nya.. tetapi sampai sekarang dia belum juga pulang ke rumah... Apakah kamu mengetahui di mana pak Radit sekarang?? Atau apakah pak Radit tadi ada menghubungi kamu?" ucap Devan.     

"Saya... saya sedang tidak bersama dengan pak Radit untuk saat ini kak... saya juga gak tahu kalau pak Radit siang tadi pergi.. dan dia juga gak ada menghubungi saya sebelumnya kak.. terakhir itu tadi yang dia telepon terus Zivan ikut ngomong juga.." ucap Anin.     

"Anin... mungkin pak Radit sedang dalam masa kecewanya... boleh saya minta tolong sama kamu??" ucap Devan.     

"Minta tolong? Minta tolong apa kak?" ucap Anin.     

........     

Radit dengan sengaja mematikan ponselnya lalu menyimpannya ke dalam lemari.     

"Saya sengaja mematikan ponsel ini agar tak ada seorang pun yang bisa menghubungi saya dan mengganggu waktu saya untuk menenangkan diri... semoga dengan cara ini, saya bisa lebih mudah move on dari Anin.." gumam Radit.     

Radit pun lalu merebahkan dirinya di atas tempat tidurnya dan mulai terlelap dalam tidurnya.     

......     

Vio dan Daniel kini sedang dalam perjalanan, setelah tadi mereka menghabiskan waktu sore mereka di pantai.     

"Dan.. thanks ya... pikiran dan hati gue sudah mulai tenang sekarang... gue gak nyangka kalau lo ternyata jauh lebih baik dari pada Sean... thanks sekali lagi.. lo kalau butuh sesuatu.. lo bisa hubungi gue atau temui gue di apartemen gue.. tadi lo udah save nomor gue kan?" ucap Vio.     

Daniel pun mengangguk.     

"Iya Vi sama-sama... iya gue udah save nomor lo.. sorry aja nih gue gak bisa kasih apa-apa buat lo.. karena lo kan tahu sendiri kalau gue ini yatim piatu.." ucap Daniel.     

Vio pun mengangguk paham.     

"Iya gak masalah kok... gue udah cukup senang tadi menikmati senja di pinggir pantai bareng lo.. seriously, itu adalah kali pertama gue benar-benar bisa menikmati senja wkwk.. ... oh iya ntar jangan lupa lo kirimin foto-foto gue yang ada di handphone lo tadi.." ucap Vio.     

"Hahah... berarti worth it dong ya wkwk... siip deh.. Satu foto lima puluh ribu ya wkwk.." ucap Daniel.     

........     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.