Dear Pak Polisi..

Malam Yang Panjang



Malam Yang Panjang

0"Sialan lo... udah belajar buat morotin gue ya lo wkwk.." ucap Vio.     
0

"Hahah bercanda gue... ya udah nanti gue kirim ya.." ucap Daniel.     

Vio pun mengangguk.     

"Niel.. Niel... makan bentar deh di mana gitu.. gue laper nih.. lo pasti juga laper kan?? Kuylah biar gue trakrir sekalian.." ucap Vio.     

"Lo manggil gue suka-suka lo ya kadang.. kadang lo panggil gue Niel, Dan.. kudanil dah lama-lama wkwk.." ucap Daniel...     

"Hahah otw.. ntar gue panggil lo kuda ya wkwk.." ucap Vio.     

"Gak masalah.. yang penting buat bubur merah putih terus lo bagi-bagiin karena lo udah ganti nama gue wkwk.." ucap Daniel.     

"Sialan lo wkwk.." ucap Vio.     

"Vi, makan di situ aja ya... tukang bakso langganan gue itu.." ucap Daniel.     

"Emang enak makan di pinggir jalan gitu?" ucap Vio.     

"Ya enaklah... gak pernah kan lo?? Mulai sekarang, don't judge a book by its cover.. karena enak gak enaknya soal rasa, bukan dilihat dari mewah atau enggaknya tempatnya, tetapi siapa yang membuat dan juga kualitas bahan-bahannya, serta cara dia membuat itu.." ucap Daniel.     

"Jadi enak dong ini ya??" ucap Vio.     

"Enak dong... ini tuh bakso empat M.." ucap Daniel.     

"Empat M apaan?" ucap Vio.     

Daniel tertawa kecil..     

"Wkkw... Murah, Meriah, Maknyus, Merakyat wkwk.." Ucap Daniel.     

"Ya Allah.. ada-ada aja.." ucap Vio terkekeh.     

....     

"Nin, tolong coba hubungi pak Radit... katakan sesuatu yang membuat dia tenang... saya yakin bahwa saat ini dia sedang dalam kondisi yang kurang baik.. pikiran dan hatinya kacau.. dia benar-benar sedang tidak baik-baik saja untuk saat ini..." ucap Devan.     

"Apa yang bisa saya katakan untuk bisa menenangkan hati pak Radit, kak?? Saya juga gak tahu harus berbuat apa sekarang.. karena posisi saya juga serba salah untuk saat ini.." ucap Anin.     

"Tolong, berikan dia beberapa perkataan yang membuat dia bisa sedikit tenang.. setidaknya sampai dia bisa belajar untuk mengikhlaskan kamu.." ucap Devan.     

"Saya akan coba sebisa saya kak.. tapi saya tidak tahu apakah ini akan berhasil atau enggak.." ucap Anin.     

"Saya mohon nin... selama ini pak Radit yang saya kenal, sudah banyak sekali berkorban untuk kamu... Mungkin di sisi lain, hati saya juga sakit karena yang perlu kamu tahu adalah saya juga mencintai kamu.. tetapi saya sadar bahwa cinta saya untuk kamu gak ada apa-apanya dibandingkan dengan cintanya pak Radit untuk kamu.. saya sadar nin.. saya kalah dan mengalah.. pikirkan kembali lalu silahkan putuskan.." ucap Devan.     

"Saya berterima kasih untuk kakak yang bisa mengerti.. dan untuk masalah pak Radit.. saya akan mencari jalan keluarnya.. Karena saat ini, hubungan saya dengan pak Hanan juga sedang tidak baik-baik saja." ucap Anin dengan suara yang parau.     

"Maafkan saya jika saya menambah beban di pikiran kamu nin.. sungguh saya tidak bermaksud seperti itu.. saya hanya ingin kamu tahu bahwa pak Radit juga memiliki cinta yang besar untuk kamu.. sekali lagi saya minta maaf... Assalamualaikum nin.." ucap Devan.     

"Iya kak... waalaikumsalam.." ucap Anin.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

Anin menghembuskan nafas beratnya.     

"Ya Allah... kenapa semuanya menjadi semakin rumit??" monolog Anin.     

.....     

"Dev, Anin pasti lagi bingung banget sekarang.. dia benar-benar sedang berada dalam posisi yang sulit untuk saat ini... Saya kasihan sama dia.. ketika dia dan Hanan hampir saja akan bersatu, selalu saja ada masalah.. memang benar adanya ya.. ketika kita ingin melakukan niat baik, selalu ada rintangan yang membuat kita sulit untuk bisa melakukan niat baik itu.." ucap Zivan.     

"Memang seperti itu adanya Ziv.. apalagi bagi orang-orang yang akan menikah, akan ada banyak ujian yang datang ke mereka... terutama soal kegelisahan hati.. tugas kita sekarang, hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mereka.." ucap Devan.     

"Tapi kenapa ya saya merasa bahwa kamu sepertinya lebih berpihak pada pak Radit??" ucap Zivan.     

Deg!     

...     

"Ndre, gue minta maaf karena untuk malam ini, gue belum bisa ikut penyidikan.. mungkin lo bisa meminta bantuan pada Alex untuk membantu lo malam ini.. kondisi gue lagi kurang baik..." ucap Hanan.     

Andre pun mengangguk paham.     

"Gue paham nan... gue udah kirim pesan ke Jeffry tadi untuk mengalihkan penyidikan ini pada yang lain.. dan komandan Farid juga sudah menyetujui.. kita akan melakukan penyidikan selanjutnya ketika kondisi lo sudah benar-benar membaik nantinya.." ucap Andre.     

"Iya nan.. lo lebih baik istirahat aja deh di kamar... kalian sepertinya memang perlu untuk saling mengintrospeksi diri agar nantinya bisa benar-benar memutuskan..." ucap Alex.     

Hanan pun mengangguk.     

"Gue ke kamar..." ucap Hanan bangkit dari duduknya lalu meninggalkan meja makan.     

...     

Ketika Hanan sedang berjalan melewati kamar Anin, dirinya tak sengaja mendengar suara Anin dari dalam kamar Anin.     

.....     

Anin telah mencoba beberapa kali untuk bisa menghubungi Radit, namun nomor Radit masih juga tidak aktif.     

"Ya Allah... ini nomor pak Radit kenapa bisa gak aktif gini sih?? Tumben sekali.. gak biasanya pak Radit seperti ini.. dia tuh biasanya paling mudah sekali jika dihubungi... bapak di mana pak??" monolog Anin dengan kecemasan.     

...     

Hanan yang mendengar hal itu dari luar kamar Anin pun merasa tubuhnya semakin lemas.     

"Gak tahu kenapa.. saya merasa bahwa kini hati kamu sudah terbagi nin.. sudah tak lagi hanya untuk saya, tetapi juga untuk Radit.. apa benar, bahwa yang menjaga dari kejauhan dan sembunyi-sembunyi akan kalah dengan yang selalu ada dan selalu meluangkan waktu untuk bisa bersama sebagai rasa perhatian??" lirih Hanan.     

"Saya memang tidak bisa untuk selalu ada untuk kamu setiap saat atau setiap kamu membutuhkan saya.. tapi saya selalu berusaha untuk bisa memperhatikan dan melindungi kamu melalui orang lain, meskipun jarak membentang di antara kita nin.. apakah kamu tidak pernah menyadari itu??" lirih Hanan.     

Hanan benar-benar sedih. Ia lalu melangkahkan kakinya dengan sangat pelan lalu memasuki kamarnya.     

.....     

Hanan duduk di tepi ranjangnya dengan wajah menunduk.     

"Radit.. kini sepertinya kamu telah berhasil merebut hati Anin melalui perhatian-perhatian yang kamu berikan pada Anin dan perbuatan baik kamu... sedangkan saya?? Mungkin sayalah nantinya yang akan kehilangan Anin, ketika Anin telah sepenuhnya memberikan hatinya untuk kamu dan tak lagi tersisa untuk saya.." lirih Hanan.     

"Saya sadar bahwa selama ini saya jarang sekali menghubungi kamu.. bahkan untuk sekedar menyapa dan memberi kabar pun saya jarang atau hampir tidak pernah.. mungkin ini memang salah saya.. salah saya karena saya membiarkan kamu diperhatikan oleh lelaki lain yang hingga akhirnya membuat kamu menjadi jatuh cinta padanya... hiks.. ya Allah .. kenapa rasanya bisa sehancur ini??" gumam Hanan mengusap wajahnya perlahan dan menjambak rambutnya frustasi.     

Hanan benar-benar frustasi saat ini. Ia bahkan menangis.     

Tahukah kalian?? Ketika seorang laki-laki telah menangis karena seorang perempuan, maka itu tandanya bahwa dia benar-benar mencintaimu dan takut kehilangan kamu....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.