Siapa yang lebih pantas??
Siapa yang lebih pantas??
"Saya bisa melihat dan merasakannya, Dev... kamu seperti gigih sekali dalam menyatukan kak Radit dengan Anin.. Kenapa kamu lebih setuju jika Anin bersama dengan kak Radit dari pada dengan Hanan?" ucap Zivan.
"Oke... saya katakan.. saya jujur bahwa benar adanya jika saya lebih setuju Anin dengan pak Radit dari pada dia harus bersama dengan Hanan... Saya punya alasan untuk hal itu.." ucap Devan.
"Apa alasan yang membuat kamu begitu yakin bahwa kak Radit itu lebih layak untuk Anin dari pada Hanan?" ucap Zivan.
"Karena pak Radit jauh lebih baik dari pada Hanan... pak Radit selalu ada untuk Anin, bahkan di saat Hanan gak ada untuk Anin... Pak Radit juga yang berhasil membuat Anin mampu bangkit dari kesedihan dan keterpurukannya ketika dia mendengar kabar kematian palsu soal Hanan pada saat itu.. pak Radit sebisa mungkin selalu meluangkan waktu untuk Anin, kapan pun Anin butuh.. sekali pun dia sedang sibuk, dia tetap memprioritaskan Anin di atas semua kesibukannya.. Itulah alasannya kenapa saya lebih setuju jika Anin bersama pak Radit.. karena jujur, cinta Hanan untuk Anin, gak ada apa-apanya dibandingkan dengan cinta pak Radit untuk Anin.." ucap Devan.
........
Daniel dan Vio telah tiba di apartemen Vio.
"Niel, thanks ya untuk hari ini... gue senang banget.. baksonya juga enak banget sumpah.. pokoknya tadi tuh bakso terenak yang pernah gue makan seumur hidup gue... thanks lho.. next gue mau makan bakso di sana lagi deh.." ucap Vio.
Daniel pun mengangguk.
"Iya sama-sama Vi.. gue senang deh kalau lo suka... ya udah next kalau lo gak keberatan, kita jalan-jalan lagi deh.." ucap Daniel.
"Asyiapppp... eh by the way niel, lo ada pekerjaan gak?" ucap Vio.
"Kenapa memangnya Vi?" ucap Daniel.
"Ya gak apa-apa.. gue cuma tanya aja... kalau lo gak ada pekerjaan sih rencananya gue mau ajak lo untuk join di bisnis gue.. kita menjadi partner bisnis untuk merintis usaha ini.." ucap Vio.
"Lo mau buat bisnis apaan Vi?" ucap Daniel.
"Kuliner sih... mau buka cafe gitu gue.. tapi nanti sih setelah kuliah gue selesai... Bokap gue janji kalau dia bakal kasih gue uang buat jadi modal usaha kalau gue udah lulus.." ucap Vio.
"Wah ide bagus tuh.. boleh dong gue mau.. kebetulan juga kan gue belum ada pekerjaan.. pekerjaan gue masih serabutan wkwk.." ucap Daniel.
"Ah iya.. ya udah ntar gue kabarin lagi deh ke lo.. by the way skripsi lo gimana?" ucap Vio.
"Judul gue udah diacc sih.. ini gue lagi tahap pengerjaan sih.." ucap Daniel.
"Hmm gitu.. lo mau gak bantui gue niel?? Supaya judul gue bisa segera diacc gitu... capek banget gue udah sepuluh kali ganti judul.." ucap Vio.
Daniel berpikir sejenak.
"Boleh dong... besok kita bahas lagi ya.. ini udah malam.. gue pamit pulang dulu deh.." ucap Daniel.
"Lo naik apaan pulangnya? lo kan tadi naik mobil gue.." ucap Vio.
"Gampang gue sih.. naik ojek aja.." ucap Daniel.
"Beneran gak apa-apa??" ucap Vio.
Daniel pun mengangguk.
"Iya Vi gak masalah.. udah ya.. ini kunci mobil lo.. gue pamit.. bye..." ucap Daniel.
"Bye... hati-hati.." ucap Vio
Daniel pun mengangguk lalu pergi dari sana.
......
Keesokkan harinya.....
Anin bersama dengan Hanan sedang menikmati sarapan pagi di meja makan. Mereka saling diam tanpa berniat menyapa. Entah kenapa saat ini keduanya menjadi terasa canggung.
"Morning guys!!" ucap Alex yang baru tiba di sana dan menarik kursi untuk duduk.
"Morning, nin.. nan.." ucap Andre seraya duduk.
Anin mengangguk dan tersenyum.
"Morning pak Andre, pak Alex.." ucap Anin.
"Wangi banget kamu nin... udah rapi banget lagi... mau ke mana??" ucap Andre.
Anin tersenyum kaku.
"Hmmm saya nanti ada urusan pak.. jadi saya mau pergi.." ucap Anin.
Andre pun mengangguk paham.
"Perginya dengan Hanan kan nin?" ucap Andre.
Anin lalu menoleh pada Hanan, namun Hanan sepertinya tak acuh. Wajahnya terus menunduk menatap piring makanannya.
Anin menggeleng.
"Enggak pak... saya pergi sendiri..." ucap Anin.
"Mau pergi ke mana memangnya, nin?" ucap Andre.
"Hmmm ada pak... maaf saya gak bisa cerita.." ucap Anin.
"Kamu mau pergi bersama siapa??" ucap Hanan dengan datar tanpa melihat pada lawan bicaranya.
"Hmm kak Devan.." ucap Anin.
Hanan pun mengangguk.
"Jika kamu memang benar-benar menganggap bahwa saya adalah rumah kamu, sejauh apapun kamu pergi, kamu pasti akan kembali lagi ke sini.. kecuali jika rumah kamu sudah berpindah, bukan lagi dengan saya." ucap Hanan.
Deg!!
Anin menunduk.
Ia terdiam sejenak.
'Hanan pasti benar-benar takut kehilangan Anin untuk saat ini... Kenapa perjalanan cinta lo serumit ini sih nan?? Gue benar-benar kasihan sama lo...' ucap Alex di dalam hatinya.
'Sindiran Hanan ngena banget.. dia pasti lagi nyindir Anin soal perasaannya yang sepertinya saat ini sudah mulai terbagi antara untuk Hanan atau dengan yang lainnya..' ucap Andre di dalam hatinya.
Hanan memainkan makanannya. Selera makannya benar-benar hilang untuk saat ini. Hal itu juga terjadi pada Anin.
Anin benar-benar tidak tahu harus menjawab apa sekarang.. Dia benar-benar bingung.
"Saya minta maaf jika selama ini saya kurang dalam memberikan perhatian untuk kamu.. sehingga kamu akhirnya jatuh pada pelukan laki-laki lain yang mungkin bisa memberikan perhatian yang lebih untuk kamu... Jujur, saya tidak pernah merasa sesakit ini sebelumnya nin.. apalagi ini adalah kali pertama saya jatuh cinta... Jika kamu merasa bahwa dia lebih baik dari pada saya dan dia lebih layak untuk kamu dari pada saya... gak apa-apa.. saya ikhlas jika pada akhirnya kamu memilih dia.." ucap Hanan.
Tanpa disadari, air mata Anin menetes begitu saja. Anin menangis tak bersuara.
"Saya sadar nin.. saya gak bisa selalu ada untuk kamu.. saya ini sibuk.. dan mungkin menurut kamu bahwa saya lebih memprioritaskan pekerjaan saya dari pada kamu... sebenarnya itu tidak benar-benar seperti itu.. jujur, sesibuk apapun saya, saya sebisa mungkin selalu berusaha untuk mengawasi kamu dan menjaga kamu dari kejauhan.. mungkin saya gak bisa secara langsung menjaga kamu dan memberikan perhatian pada kamu karena di antara kita, ada jarak yang membentang.. saya hanya menjaga dan memperhatikan kamu lewat bantuan orang lain.. tapi ketahuilah, bahwa di sana, saya pun begitu mencemaskan kamu.." ucap Hanan.
Air mata Anin semakin deras mengalir. Ia benar-benar merasa bersalah karena mungkin dia sering menyalahkan Hanan yang kurang perhatian padanya, sementara Radit selama ini selalu ada untuknya.
Ia teringat bahwa ia pernah mengatakan hal itu pada Hanan, pada hari perayaan kelulusan kuliahnya pada saat itu.
..........