Dear Pak Polisi..

Perpisahan Paling Menyakitkan?



Perpisahan Paling Menyakitkan?

0Zivan sedikit menimang sebelum dia akhirnya mengangguk.     
0

"Iya sih... tapi penerbitan saya gimana ya?? Dan saya hari ini sedang ada jadwal pameran novel di hotel.." ucap Zivan.     

"Jam berapa?" ucap Devan.     

"Setelah ashar sih.." ucap Zivan.     

"Ya udah nanti gue temenin lo deh ke penerbitan lo ... tapi sekarang gue harus keluar dulu.. ada hal penting yang harus gue selesaikan. Lo gak apa-apa kan Ziv gue tinggal?? Gue gak lama kok.." ucap Devan.     

Zivan pun mengangguk.     

"Iya Dev..Gak apa-apa kok... ya uda deh hati-hati Dev.." ucap Zivan.     

Devan pun mengangguk.     

"Oke Ziv.. " ucap Devan.     

.....     

Baru saja Radit menyalakan ponselnya, tiba-tiba ponselnya langsung berdering, menandakan ada panggilan masuk di sana.     

"Papa??" gumam Radit ketika melihat layar ponselnya dan mendapati kata bertulis nama papanya di sana.     

"Ada apa ya? Perasaan hari ini saya tidak memiliki meeting penting dengan siapa pun..." gumam Radit.     

Radit pun lalu menerima panggilan dari papanya tersebut.     

"Iya pa? Assalamualaikum.." ucap Radit pada Ravi di seberang telepon.     

"Waalaikumsalam dit.. Dit, kamu di mana sekarang?" ucap Ravi.     

"Aku sedang ada di perusahaan perkebunan utama pa.. kenapa pa?" ucap Radit.     

"Nanti malam, akan ada acara ulang tahun perusahaan cabang kita di hotel.. Kamu gak lupa kan?" ucap Ravi.     

Radit menepuk keningnya karena melupakan hal itu.     

'Ya Allah saya hampir saja lupa jika papa tidak mengingatkan..' ucap Radit di dalam hatinya.     

"Hmm iya pa saya tidak lupa.." ucap Radit.     

"Jangan lupa ya jam delapan malam kamu dan Anin harus sudah berada di sana.." ucap Ravi.     

"Apa pa?? Saya dan Anin?? Kenapa saya harus datang ke acara itu dengan Anin?" ucap Radit.     

...     

Anin membawa beberapa barang-barangnya keluar dari kamarnya. Ia masih terus menangis.     

Ia berjalan melewati ruang keluarga dan melewati Hanan beserta Alex dan Andre di sana.     

"Anin!! Kamu mau ke mana??" ucap Andre.     

Anin mengusap kasar air matanya dan menatap sejenak pada Hanan yang tak menatapnya.     

"Saya ingin pergi dari sini pak.. karena sudah tak ada lagi yang bisa dipertahankan di sini... Bahkan orang yang saya cintai saja tidak bisa mempercayai saya.." ucap Anin dengan air mata yang terus mengalir.     

"Nin, sabar dulu.. kamu tunggu dulu di sini dan selesaikan semuanya pada Hanan dengan baik-baik.. tolong jangan seperti ini... saya yakin bahwa kalian berdua sama-sama memiliki cinta yang kuat.." ucap Andre.     

Hanan yang menunduk dengan ekspresi yang tidak dapat diartikan.     

"Percuma pak... Selama ini jika saya memang tidak benar-benar mencintai pak Hanan, gak mungkin saya bersedia menunggu pak Hanan hingga sampai detik ini.. tapi apa yang saya dapat?? Hanya karena satu permasalahan yang masih sangat perlu dipikirkan, pak Hanan sudah mengambil keputusan secara sepihak.. dia sudah memberi kesimpulannya sendiri.." ucap Anin.     

"Pikiran Hanan mungkin sedang kacau.. kalian masih perlu waktu untuk saling memperbaiki diri.. tolong jangan seperti ini... tenangkan dulu pikiran kamu di dalam kamar kamu ya.. tolong jangan pernah keluar dari rumah ini.. Hanan tidak benar-benar mengatakan hal itu.." ucap Andre.     

"Nan... apa lo yakin bahwa lo akan terus diam kayak gini di saat lo benar-benar akan kehilangan Anin?? Lo yakin nan?? Cuma segini perjuangan lo?? Kalau lo memang benar-benar mencintai Anin, lo harus terus memperjuangkan dia, sebelum semuanya terlambat.." ucap Alex sedikit berbisik pada Hanan.     

Hanan diam. Ia tak berniat merespon.     

"Sekali lagi gue katakan sama lo nan.. ini kesempatan terakhir lo, maka ketika lo menyia-nyiakan kesempatan terakhir lo, jangan pernah berharap bahwa lo akan mendapatkan kesempatan yang kedua.. perempuan kalau udah benci, udah sakit hati, sampai mati pun dia gak akan pernah mau menoleh pada kita lagi... bukankah hal ini pernah terjadi antara Anin dan Arga? Apa lo mau jika Anin membenci lo sama seperti dia membenci Arga dahulu?" ucap Alex kembali berbisik.     

'Saya gak mau jika Anin membenci saya... dan saya juga gak mau kehilangan Anin... Tetapi saya harus melakukan apa??' ucap Hanan di dalam hatinya.     

Anin masih terus memandangi Hanan yang tak kunjung bersuara.     

Tring...     

Sebuah pesan masuk di handphone Anin. Tanpa mengambil ponsel nya yang berada di dalam tasnya, Anin sudah menduga.     

"Sepertinya Jemputan saya sudah tiba.. jika tak ada lagi yang perlu dijelaskan di sini, saya akan pergi.. bapak hanya perlu tahu.. saya mungkin mencintai bapak, cinta saya begitu besar. Tetapi ketika saya telah membenci seseorang, maka mau sebesar apapun cinta itu, saya akan tetap membencinya dan membuang cinta itu jauh-jauh.. Terima kasih untuk semuanya selama ini.." ucap Anin yang baru saja melangkahkan satu kakinya, Hanan langsung bersuara.     

"Berhenti!" ucap Hanan yang membuat langkah kaki Anin mendadak berhenti.     

Anin lalu menoleh pada Hanan. Hanan diam sejenak, ia kemudian bangkit dari duduknya, berjalan menghampiri Anin.     

Hanan hanya menatap Anin dengan tatapan yang sangat sulit untuk diartikan.     

Perlahan tapi pasti, air mata Hanan menetes begitu saja.     

Segera ia menepisnya. Ia lalu terus menatap Anin dalam-dalam. Hingga sedetik kemudian, ia langsung menarik Anin ke dalam pelukannya.     

"Saya membenci perpisahan Anin.. Dan kamu tahu?? Perpisahan yang paling menyakitkan adalah ketika saya dipisahkan oleh kamu karena kebencian atau justru kematian... Dan saya gak mau jika hal itu sampai terjadi.." ucap Hanan dalam pelukannya.     

Anin yang tiba-tiba mendapat perlakuan seperti itu pun terkejut. Ia lantas hanya mematung dalam pelukan itu. Ia tak bergeming sama sekali.     

"Saya pernah dipisahkan.. dengan seseorang yang sangat saya cintai.. di saat saya baru memulai karir saya.. dan itu benar-benar menyakitkan karena Allah memisahkan kami karena kematian.. kamu tahu? Berpisah karena kematian itu sakit.. sakit sekali.. karena ketika saya merindukannya, saya tak lagi bisa bertemu dengan nya atau bahkan hanya sekedar melihat senyumnya.." ucap Hanan.     

Anin terus saja diam. Ia tak berbicara apa pun.     

'Siapa yang pak Hanan maksud?? Apa dulu pak Hanan pernah jatuh cinta pada seseorang, lalu orang tersebut meninggal? Sehingga selama ini sangat sulit bagi pak Hanan untuk bisa jatuh cinta lagi karena trauma?' ucap Anin bertanya-tanya di dalam hatinya.     

"Kamu tahu dengan siapa saya dipisahkan??" ucap Hanan.     

Anin tetap saja diam.     

"Mama saya... perempuan yang sangat saya cintai yang meninggal di saat saya baru saja terjun di dunia kepolisian.." ucap Hanan.     

Deg!!     

Bagaikan disambar petir di siang hari, Anin benar-benar terkejut mendengarnya. Anin berpikir bahwa yang Hanan maksud adalah kekasihnya, tetapi nyatanya adalah ibu kandungnya.     

"Saya tidak pernah jatuh cinta pada perempuan lain selain mama dan kamu.. untuk itu, tolong jangan pergi.. jangan pernah tinggalkan saya.. karena hanya kamu satu-satunya perempuan yang saya punya di dunia ini.." ucap Hanan.     

.......     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.