Dear Pak Polisi..

Asking For A secret Help



Asking For A secret Help

0Rio kini telah tiba di apartemen Vio. Dirinya sedang berjalan pada koridor gedung apartemen.     
0

......     

Vio segera keluar dari kamarnya untuk menemui Daniel.     

Dor.. Dor.. Dor...     

Vio menggedor-gedor pintu kamar Daniel. Daniel yang baru saja selesai mandi pun terkejut.     

"Itu Vio kenapa gedor-gedor pintu ya??" gumam Daniel.     

.     

.     

"Daniel!!! Buka pintunya!! Cepetan!!" ucap Vio berteriak.     

"Iya iya sebentar Vi.. Gue pakai kaos dulu.." ucap Daniel dari dalam kamar.     

Daniel pun segera memakai pakaiannya.     

Ia pun dengan cepat berlari menuju pintu kamar dan membukanya.     

"Kenapa sih Vi?? Kok lo kelihatan panik banget gitu?" ucap Daniel.     

"Lo tahu?? Papa gue sedang on the way ke sini..." ucap Vio dengan nafas yang tak beraturan.     

"Vi.. tenang.. lo ngomong yang tenang dong... nafas lo gak teratur itu.. " ucap Daniel.     

Vio menarik nafasnya lalu membuangnya.     

"Huh... gue takut ini gue cemas... gue parno, Daniel!!!!" ucap Vio.     

"Astaghfirullah... tenang dong Vi.. emangnya kenapa sih kalau papa lo datang ke sini??" ucap Daniel.     

"Ya gue takutlah kalau sampai papa tuh mikir yang macem-macem soal kita karena dia ngelihat ada lo di sini.. apa lagi kalau si kompor itu juga ikut, bisa ribet urusannya.." ucap Vio.     

"Ya lo gak perlu takutlah.. kita kan juga gak macem-macem di sini.. udah tenang aja.. ntar gue yang jelasin.." ucap Daniel.     

"Eh...?? Lo jangan macem-macem ya Niel.. kalau papa sampai marah sama gue, habis gue.. seluruh aset gue bisa disita sama dia.." ucap Vio.     

"Gak akan marah Vio... gue tahu kok kalau bokap lo itu orang baik... santai.." ucap Daniel.     

"Ya udah terserah lo deh.. awas aja ya lo pokoknya kalau sampai papa marah dan salah paham nanti ketika dia ngelihat lo ada di sini.." ucap Vio.     

"Iya Vio... gue jamin deh.." ucap Daniel.     

......     

"Hmm.... saya baik-baik saja kok di sini, nin... saya hanya sedang sibuk dengan pekerjaan saya semalam sampai saya lupa mencharge ponsel saya dan akhirnya baterainya low lalu mati deh.." ucap Radit.     

"Ya Allah pak.. lain kali, bapak tuh harus kasih kabar dulu.. entah ke siapa gitu.. ke kak Devan, Zivan atau mungkin saya.. supaya gak ada yang cemas pak.." ucap Anin.     

"Iya iya nin.. saya minta maaf ya jika saya sudah membuat kamu cemas... Karena saya pikir kan gak akan ada lagi yang mencemaskan saya.. orang tua saya juga mengetahui saya gitu kan tanpa saya beritahu.. jadi ya udahlah gitu.." ucap Radit.     

"Bapak jangan berpikiran seperti itu.. bagaimana pun ada banyak orang yang sangat mengkhawatirkan bapak di sini.. termasuk saya... tapi saya bersyukur karena bapak tidak apa-apa di sana.. Hmm oh iya, memangnya bapak ada di mana saat ini??" ucap Anin.     

"Iya Anin.. maaf ya... Hmm saya saat ini sedang berada di perusahaan utama saya... Kenapa nin? Kamu ingin ke sini? wkwk.." ucap Radit.     

"Hmm enggak pak... hmm bapak ada apa ya tadi menghubungi saya??" ucap Anin.     

"Saya ingin meminta tolong sesuatu pada kamu.. bolehkah?" ucap Radit.     

"Minta tolong dalam hal apa ya pak?" ucap Anin.     

........     

Hanan baru saja menyelesaikan sholatnya. Ia pun lalu melipat sajadah dan sarungnya, lalu ia pun duduk pada sofa di kamarnya seraya membuka laptopnya.     

"Saya melupakan soal Wilbert... saya yakin bahwa dia tidak akan tinggal diam ketika dia kehilangan Anin.. Saya benar-benar khawatir jika dia akan kembali merebut Anin dari saya ketika saya pergi nanti... ya Allah.. bagaimana ini??" gumam Hanan.     

Hanan pun lalu menghubungi seseorang.     

"Kirimkan semua filenya pada email saya... Dan berikan saya jadwal agendanya.." ucap Hanan.     

"...."     

"Apa?! Kenapa kamu begitu mendadak dalam memberitahukan hal ini pada saya?!" ucap Hanan.     

"......"     

"Sudah sejak seminggu yang lalu?? Bagaimana bisa?? Saya bahkan tidak pernah menerima email apa pun.." ucap Hanan.     

"...."     

"Ya Allah... saya melupakan email perusahaan... oke oke baik.. jam berapa acaranya akan berlangsung?" ucap Hanan.     

"....."     

"Oke oke baik.. akan saya usahakan untuk datang... tapi seperti yang saya katakan.. sembunyikan identitas lengkap saya.." ucap Hanan.     

"..."     

"Oke bagus.. persiapkan semuanya dan jangan lupa kirimkan beberapa file penting yang perlu saya pelajari.." ucap Hanan.     

"..."     

"Hmm." ucap Hanan dengan deheman.     

Tut.     

Sambungan telepon pun terputus.     

"Kenapa saya bisa melupakan agenda malam ini sih?! Shit!!" Gerutu Hanan.     

Hanan pun lalu menutup laptopnya dan menghubungi yang lainnya.     

.......     

Wilbert kini sedang berada di ruang kerjanya yang berada di dalam rumahnya.     

Sesaat ketika dia sedang sibuk dengan beberapa pekerjaannya, ponselnya pun berdering, menandakan ada panggilan masuk di sana.     

"Hmm??" ucap Wilbert tanpa mengucap salam terlebih dahulu ketika menerima panggilan tersebut.     

"...."     

"Saya sibuk! Saya tidak bisa hadir!" ucap Wilbert dengan tegas.     

"..."     

"Saya tidak peduli!! Sudah saya katakan berapa kali sih pada kamu?! Jika untuk acara seperti itu, maka gunakanlah orang pengganti! Karena saya tidak akan pernah sudi untuk bisa hadir ke sana!" ucap Wilbert.     

"......"     

"Shit!! Saya melupakan Zivan yang telah pergi dari rumah ini! Baik! Saya akan datang! Urus identitas saya dengan baik! Jangan sampai ada satu orang pun yang mengetahui kehadiran saya sebagai Wilbert!" ucap Wilbert.     

"...."     

"Bagus!" ucap Wilbert lalu memutuskan sambungan secara sepihak.     

"Sial!! Untuk kali pertama, saya harus datang ke sana.. karena jika sampai tidak, nama perusahaan saya akan dicap buruk karena tidak bisa menghargai undangan yang diberikan oleh partner bisnis! Shit!! Seandainya Zivan tidak kabur, mungkin saya bisa menyuruh dia untuk hadir sebagai Wil!" gerutu Wilbert.     

"Saya tidak bisa hidup dengan cara seperti ini! Bagaimana pun saya juga masih membutuhkan bantuan Zivan!! Shit!" umpat Wilbert.     

Wilbert pun lalu mencoba menghubungi salah seorang anak buahnya.     

"Bagaimana dengan perintah saya?!" ucap Wilbert dan pada seseorang di seberang telepon.     

"...."     

"Bodoh!!!" umpat Wilbert.     

Tut.     

Sambungan terputus. Setelah mendengar jawaban yang sangat tidak memuaskan dari anak buah yang dia hubungi, Wilbert langsung memutuskan sambungan telepon secara sepihak.     

"Shit!! Cara apa yang bisa saya gunakan untuk membuat dia kembali ke rumah ini lagi dan ada di pihak saya?!" monolog Wilbert.     

Sejenak dirinya berpikir dan ia langsung menyunggingkan senyum kala ia menemukan ide tersebut.     

"Saya tahu bagaimana caranya... You're so smart, Wil.." gumam Wilbert dengan senyum miring.     

..........     

Zivan telah selesai dengan acaranya. Kini, dirinya dengan Devan sedang dalam perjalanan menuju pulang ke rumah Radit.     

"Ada perkembangan gak Dev soal kak Radit??" ucap Zivan membuka obrolan di tengah keheningan.     

"Kenapa?" ucap Devan.     

"Saya hanya ingin tahu... mungkin kak Radit sudah bisa dihubungi.." ucap Zivan.     

Devan pun mengangguk.     

"Ya.. pak Radit memang sudah bisa dihubungi.." ucap Devan.     

"Alhamdulillah.. lalu apakah kamu mengetahui di mana dia saat ini??" ucap Zivan.     

..............     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.